Kerangka Pemikiran Rancang bangun sistem pendukung keputusan intelijen Production Planning and Inventory Control (PPIC) adaptif pada industri pangan

kebutuhan aliran informasi untuk para pelaku sistem secara lebih spesifik akan disampaikan pada bab Rancang Bangun Sistem.

4.2 Identifikasi Sistem

Tahapan identifikasi sistem dilakukan untuk menjelaskan rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Berdasarkan analisis kebutuhan dan identifikasi permasalahan yang terjadi pada industri pangan dilakukan proses identifikasi sistem PPIC pada industri pangan serta identifikasi gangguan yang terjadi pada sistem produksi industri pangan.

4.2.1 Kegiatan PPIC pada Industri Pangan

Aplikasi model PPIC konvensional pada industri memiliki model-model keputusan Demand Management, Master Production Scheduling, Material Requirment Planning, Inventory Control dan Scheduling yang bertujuan antara lain untuk : 1. Merencanakan dan mengendalikan input produksi pada suatu industri seefisien mungkin untuk menghasilkan output produksi yang sesuai dengan permintaan pasar 2. Mengefektifkan sistem produksi 3. Memenuhi kebutuhan demand dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan 4. Minimasi penyimpangan 5. Mengefisienkan input sistem produksi dengan cara meminimasi pemborosan dalam rangka minimasi biaya produksi Kegiatan PPIC pada industri pangan dimulai dengan kegiatan prakiraan permintaan yang menjadi dasar kegiatan perencanaan produksi dan pengendalian produksi berikutnya yaitu kegiatan penjadwalan induk produksi, perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku, penentuan urutan job lot produksi serta penentuan rute pengiriman produk jadi. Untuk menjalankan fungsi PPIC dibutuhkan input produksi berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin, metode, lingkungan kerja, informasi dan energi. Dengan adanya sistem pendukung keputusan PPIC Adaptif, diharapkan output berupa : permintaan konsumen yang terpenuhi, aliran material rantai pemasok yang lancar, penggunaan sumber daya yang optimum, kapasitas produksi mencukupi, waktu penyelesaian produksi manufacturing lead time yang minimum, biaya persediaan minimum, serta pengiriman produk jadi sesuai dengan kebutuhan pemesanan. Tujuan dilakukannya kegiatan PPIC adalah untuk dapat melakukan perencanaan produksi dan persediaan dengan menggunakan model keputusan yang tersedia sehingga didapatkan penyimpangan yang minimum antara perencanaan dengan kondisi aktual. Adanya input sistem produksi yang tidak terkendali seperti fluktuasi jumlah permintaan pelanggan, ketidaktersediaan bahan baku, ketidaktersediaan pasokan energi, ketidakhadiran operator produksi, kerusakan mesin membutuhkan adanya mekanisme pengendalian untuk mengatur supaya sistem produksi dapat kembali stabil dengan didapatkannya penyimpangan antara perencanaan dan aktual produksi yang minimum. Permasalahan yang harus dihadapi dalam PPIC antara lain adalah : penyesuaian apa dilakukan pada level sistem manufaktur, berapa banyak, kapan, siapa serta bagaimana penyesuaian harus dilakukan. Berikut adalah beberapa poin hasil identifikasi sistem untuk memperjelas bahasan sistem PPIC pada industri pangan : 1. Kegiatan PPIC yang dilakukan pada industri pangan adalah kegiatan manajemen produksi dan pengendalian persediaan yang bersifat jangka menengah dan jangka pendek dimana tiap perusahaan pangan dapat memiliki horisan waktu yang berbeda. 2. Kegiatan PPIC yang dimaksud hanya meliputi kegiatan perencanaan produksi dan pengendalian persediaan dengan menggunakan model-model keputusan yang sifatnya heuristik yang umumnya sudah didukung fasilitas komputer menggunakan program aplikasi Microsoft Excell, bahkan untuk industri pangan dengan kondisi tingkat kerumitan yang sudah cukup tinggi, sudah menggunakan program aplikasi ERP SAPR3 dan sudah memiliki Local Area Network LAN sehingga bisa bertukar informasi melalui internet diantara pengambil keputusan. 3. Industri pangan yang telah menerapkan PPIC di perusahaannya adalah perusahaan yang berskala menengah dan atas saja, terutama untuk industri pangan yang memang telah memiliki permintaan yang perlu dikelola dengan dengan baik. 4. Kegiatan PPIC dan model keputusan yang digunakan oleh industri pangan meliputi kegiatan Demand Management, Master Production Planning, Material Requirement Planning, Final Assembly Scheduling, Production Activity Control dan Purchase Planning Control. 5. Kegiatan PPIC dan model keputusan yang digunakan adalah sesuai dengan karakteristik industri pangan yang proses produksinya bersifat process industries berbeda dengan industri manufaktur yang bersifat diskrit. 6. Terdapat perbedaan strategi untuk merespon kebutuhan pelanggan. Strategi ini disesuaikan dengan umur simpan produk jadi untuk industri pangan terkait. Sebagai contoh, untuk industri penghasil mie instant dan biskuit misalnya, karena produk jadinya memiliki umur simpan berkisar antara 9 bulan – 2 tahun, maka sesuai untuk menerapkan strategi make to stock. Berbeda halnya dengan industri penghasil roti, dikarenakan produk jadinya memiliki umur simpan yang relatif pendek dalam hitungan hari, maka sesuai untuk menerapkan strategi make to order. Perbedaan kebijakan strategi ini, berdampak pada kebijakan produksi dan kebijakan persediaan yang diterapkan dalam kegiatan PPIC industri terkait. 7. Untuk Industri pangan berbasis tepung terigu khususnya industri roti, PPIC yang diterapkan juga harus dapat mempertimbangkan karakteristik bahan bakunya yaitu gandum dan tepung terigu. Untuk memenuhi tujuan PPIC dibutuhkan pemanfaatan pengetahuan mengenai gangguan-gangguan sistem produksi yang terjadi sehingga fungsi PPIC bertambah dengan adanya kemampuan untuk mengendalikan gangguan sistem produksi yang terjadi. Fungsi PPIC untuk mengendalikan gangguan sistem produksi juga sebaiknya mempertimbangkan penyimpangan antara perencanaan