Untuk memperjelas gambar pohon keputusan di atas, dibuat tabel yang berisi aturan keputusan untuk menentukan diperlukannya kebijakan lanjutan
pengendalian gangguan atau tidak. Tabel 3 Aturan keputusan penentuan kebijakan lanjutan pengendalian gangguan
No Aturan Keputusan
1 Jika frekuensi jarang atau frekuensi sering maka tidak perlu dilakukan
kebijakan lanjutan
2 Jika frekuensi sangat sering dan tingkat keparahan ringan maka tidak
perlu dilakukan kebijakan lanjutan
3 Jika frekuensi sangat sering dan tingkat keparahan biasa maka perlu
dilakukan kebijakan lanjutan
4 Jika frekuensi sangat sering dan tingkat keparahan sangat parah dan
dampak gangguan tidak berpotensi maka tidak perlu dilakukan kebijakan lanjutan
5 Jika frekuensi sangat sering dan tingkat keparahan sangat parah dan
dampak gangguan sangat berpotensi maka perlu dilakukan kebijakan lanjutan
Tabel 4 Pelaksana kebijakan lanjutan pengendalian gangguan berdasarkan sumber gangguan.
Apabila direkomendasikan dilakukan Kebijakan Lanjutan Pemeriksaan Sumber Gangguan : Kode Sumber
Pelaksana Kebijakan Lanjutan
Supply : S Divisi SCM
Internal Sistem Produksi – Raw Material : ISP-1
Divisi PPIC Internal Sistem Produksi
– Mesin : ISP-2 Divisi Maintenance
Internal Sistem Produksi - Operator : ISP-3 Divisi Produksi
Internal Sistem Produksi - Energi : ISP-4 Manager Pabrik
Internal Sistem Produksi –
KebijakanTeknologiBudayaLingkungan : ISP-5 General Manager
Demand : D Divisi Penjualan dan
Pemasaran
4.4.3 Sub Model Toleransi Persediaan
Sub model ini berisi rancang bangun model pengendalian gangguan yang berfungsi untuk memperbaharui meng-update nilai safety stock sebagai
fungsi persediaan pengaman berdasarkan pertimbangan bahwa bahan baku pada industri pangan adalah bahan baku yang potensi menimbulkan gangguan
karena karakteristiknya yang perishable, musiman dan bulky.
Penentuan Persediaan Pengaman Safety Stock
Industri pangan menjadi bagian dari rantai pasok, dimana industri pangan akan menggunakan output dari agroindustri lainnya. Agroindustri
tersebutjuga tergantung dari industri sebelumnya, yang juga tergantung dari kondisi alam.Dengan adanya kondisi tersebut, model pengendalian persediaan
yang sesuai untuk industri pangan adalah menggunakan pendekatan continuous review system dengan kondisi supply dan demand yang tidak
pasti.Berdasarkan pendekatan
tersebut diatas,
untuk mengantisipasi
permintaan yang tidak pasti, ditambahkan suatu nilai persediaan pengaman safety stock.
Penentuan persediaan pengaman sesuai dengan pendekatan continuous review system yang selama ini banyak diaplikasikan, hanya mengantisipasi
terjadinya ketidakpastian permintaan demand dengan memasukkan nilai service level dan standar deviasi permintaan selama lead time serta
memasukkan pertimbangan ketidakpastian supply dengan menambahkan nilai permintaan selama lead time. Nilai persediaan pengaman safety stock
dimasukkan dalam perhitungan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dalam angka persediaan pengaman bahan baku yang akan turut dipertimbangkan
dalam penentuan rencana pemesanan bahan baku ke pemasok. Penentuan persediaan pengaman berdasarkan model tersebut hanya
dilakukan untuk bahan baku saja dengan mengasumsikan bahwa persediaan pengaman bahan baku tersebut sudah mengantisipasi ketidakpastian
permintaan demand uncertainty sekaligus ketidakpastian pasokan supply uncertainty.
Sesuai dengan bahasan sebelumnya mengenai identifikasi gangguan pada sistem produksi industri pangan, diketahui bahwa gangguan sistem
produksi selain mencakup gangguan pasokan supply uncertainty dan gangguan permintaan demand uncertainty, juga mencakup gangguan internal
sistem produksi. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model penentuan persediaan pengaman dengan menggunakan pendekatan yang
berbeda dalam penentuan nilai persediaan pengaman safety stock baik untuk bahan baku raw materialRM maupun untuk produk jadi finished goodFG.
Penentuan persediaan pengaman yang diusulkan bersifat lebih adaptif karena secara periode akan disesuaikan, mempertimbangkan
gangguan-gangguan sistem produksi yang terjadi gangguan pasokan, gangguan permintaan dan gangguan internal sistem produksi.Nilai
persediaan pengaman yang adaptif tersebut akan menjadi nilai toleransi persediaan persediaan pengaman yang juga akan mengadaptasi model
PPIC. Istilah persediaan pengaman untuk pembahasan berikutnya akan
dinamakan persediaan pengaman bahan baku dan persediaan pengaman produk jadi. Persediaan pengaman akan ditambahkan dikaitkan dengan
ketidakpastian yang dalam penelitian ini disebutkan sebagai gangguan yang akan terus disesuaikan di-update secara periodik.
Angka persediaan pengaman akan di-update diperbaharui dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
a. Gangguan operasional sistem produksi yang terjadi b. Penyimpangan variansi yang terjadi karena adanya gangguan
sistem produksi terkait dengan rekomendasi sub model PPIC. c. Faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi perubahan
Persediaan Pengaman Bahan Baku ataupun Persediaan Pengaman Produk Jadi.
Pengaruh Variansi dalam Persediaan Pengaman
Gangguan sistem produksi menyebabkan terjadinya penyimpangan antara rencana dengan aktual produksi. Penyimpangan yang terjadi karena
adanya gangguan sistem produksi,dikelompokkan dalam tujuh tipe variansi, meliputi variansi-variansi sebagai berikut :
a. Variansi a adalah penyimpangan antara Purchase Order PO item produk hasil prakiraan permintaan dengan penjualan aktual.
b. Variansi b adalah penyimpangan antara PO bahan baku ke supplier dengan penerimaan bahan baku dari supplier aktual.
c. Variansi c adalah penyimpangan antara jumlah persediaan bahan baku hasil perhitungan MRP dengan Stock Opname bahan baku
aktual. d. Variansi d adalah penyimpangan antara rencana produksi output
Penjadwalan Induk Produksi dengan produksi aktual. e. Variansi e adalah penyimpangan antara waktu target penyelesaian
produksi output Penentuan Urutan Job Flowshop Genetic Algorithm dengan makespan produksi aktual.
f. Variansi f adalah penyimpangan antara rencana distribusi sesuai pesanan dengan penerimaaan distribusi aktual.
g. Variansi g penyimpangan antara waktu tempuh jalur distribusi output Genetic Algorithm dengan waktu tempuh distribusi aktual.
Variansi-variansi yang terjadi akibat gangguan sistem produksi tersebut di atas berpotensi menurunkan ataupun menaikkan nilai persediaan pengaman
safety stock. Variansi a, variansi d, variansi f dan variansi g akan menentukan nilai persediaan pengaman produk jadi Persediaan Pengaman Produk Jadi,
sedangkan variansi b dan variansi c akan menentukan nilai persediaan pengaman bahan baku Persediaan Pengaman Bahan Baku sesuai dengan
gambar berikut.
Penentuan Pengaruh pada Persediaan
Pengaman Produk Jadi
Penentuan Pengaruh pada
Persediaan Pengaman Bahan
Baku Variansi a = PO
– Penjualan Aktual
Variansi d = Rencana Produksi –
Produksi Aktual
Variansi e = Waktu Target –
Makespan Aktual
Variansi f = Rencana Distribusi –
Distribusi Aktual Variansi g = Waktu Pengiriman
– Waktu Target
Variansi b = Pemesanan Bahan Baku ke Supplier
– Penerimaan Bahan Baku Aktual
Variansi c = Persediaan Bahan Baku Hasil Perhitungan
– Stock Opname Bahan Baku
Persediaan Pengaman
Produk Jadi
Persediaan Pegnaman
Bahan Baku
Gambar 17 Keterkaitan antara variansi dengan persediaan pengaman produk jadi dan persediaan pengaman bahan baku.
Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi persediaan pengaman.
Berdasarkan hasil identifikasi juga diketahui bahwa perubahan kenaikan atau penurunan nilai persediaan pengaman dapat disebabkan oleh hal-hal
lainnya termasuk variansi sebagai berikut : a. Peningkatan Persediaan Pengaman Produk Jadi, disebabkan karena:
1 Permintaan yang belum terpenuhi kebutuhannya pada periode sebelumnya.