Gambar 64  Tampilan output perhitungan  persediaan pengaman.
6.2  Analisis Hasil Implementasi SPK IPRADIPA
Dalam implementasi model prakiraan permintaan produk roti berdasarkan metode  JST,  dipilih  data  item  produk  RTG  dengan  grafik  plot  data  penjualan
sebagai berikut.
Gambar 65  Plot data penjualan produk RTG. Berdasarkan gambar plot data penjualan produk roti tawar gandum RTG
di atas terlihat bahwa data memiliki kecenderungan musiman, sangat berfluktuasi bahkan  ada  data  dengan  nilai  0.  Bila  kita  menggunakan  metode  peramalan  time
series  untuk  pengujian  data  penjualan  produk  RTG,  maka  dapat  diperkirakan bahwa  hasil  pengujian  akan  memberikan  nilai  kesalahan  yang  sangat  besar.
Metode  Jaringan Syaraf Tiruan JST memiliki kemampuan  yang sangat efektif dalam mengenali pola data masa lalu untuk kebutuhan prakiraan permintaan.
Dalam  proses  pengujian  berdasarkan  metode  deret  waktu,    dilakukan perhitungan  nilai  kesalahan  error  untuk  semua  alternatif  metode  terpilih.
Metode  dengan  akurasi  terbaik  MAE,  MSE  atau  MAPE  terkecil  akan  terpilih menjadi  metode  yang  akan  digunakan  untuk  melakukan  prakiraan  permintaan.
Data  prakiraan  permintaan  ini  akan  menjadi  input  data  untuk  melakukan perhitungan  penjadwalan  induk  produksi  perhitungan  Master  Production
Scheduling    MPS.  Untuk  industri  pangan  seperti  PT  NIC,  Tbk  yang menghasilkan  produk  roti,  proses  prakiraan  permintaan  juga  dilakukan  untuk
perencanaan  produksi  jangka  menengah,  yaitu  untuk  mendapatkan  prakiraan permintaan  selama  periode  1
–  3  bulan,  sebagai  input  perencanaan  persediaan bahan baku.
Berdasarkan  hasil  pengujian  peramalan  dengan  memanfaatkan  beberapa metode  yang  berbeda,  terlihat  perbedaan  nilai  akurasi  MAE,  MSE  ataupun
MAPE  yang  cukup  signifikan.  Metode  Dekomposisi  merupakan  metode peramalan permintaan yang dianggap baik karena menggunakan pendekatan yang
sudah mengantisipasi pola trend, siklis dan musiman dari data penjualan, sehingga hasil  proyeksinya  diharapkan  sudah  sesuai  dengan  pola  data  penjualan  yang
umumnya  memiliki  karakteristik  trend,  siklis  dan  musiman.  Namun  hasil pengolahan data menunjukkan bahwa JST memberikan hasil pengujian peramalan
yang memberikan akurasi sangat baik nilai kesalahan   minimum. JST memiliki kemampuan  untuk  mempelajari  pola  data  penjualan  berdasarkan  data  input  yang
diberikan dengan sangat baik, sehingga mampu memproyeksikan nilai peramalan yang mendekati pola yang aktual.
JST juga memiliki sejumlah besar kelebihan dibandingkan dengan metode perhitungan  lainnya.    antara  lain  adalah    kemampuan  untuk  memproses
pengetahuan secara efisien karena melakukan sistem paralel sehingga waktu yang diperlukan untuk mengoperasikannya menjadi lebih singkat.
Kemampuan metode JST untuk mengenali pola data dengan sangat efektif menyebabkan  JST  mampu  melakukan  perkiraan  permintaan  dengan  akurat  nilai
kesalahan  yang  sangat  kecil.  Hal  inilah  yang  menjadi  kelebihan  metode  ini dibandingkan  metode  prakiraan  permintaan  yang  lainnya.  Keterbatasan  metode
JST dalam perkiraan permintaan adalah tingkat kesulitan yang cukup tinggi untuk mendapatkan  struktur  jaringan  dimana  dalam  aplikasinya  membutuhkan  waktu
dan  usaha  yang  besar  dalam  melakukan  percobaan-percobaan  dan  running program berbasis software Mathlab dibandingkan metode heuristik lainnya.
Model    Fuzzy  Multi  Objective  Linier  Programming  yang  memanfaatkan kurva-s termodifikasi dalam penentuan angka fuzzy merupakan model keputusan
PPIC yang cukup handal untuk meningkatkan fungsi PPIC pada industri pangan. Model  ini  merupakan  model  optimasi  yang  sudah  mengakomodir  kebutuhan
industri  pangan  dengan  memungkinkan  perhitungan  angka  fuzzy  serta  fungsi tujuan yang sesuai.
Untuk  mengendalikan  persediaan  bahan  baku,  diusulkan  penggunaan model  Pengendalian  Bahan  Baku  yang  telah  mempertimbangkan  hasil
pemeriksaan  persediaan  secara  kontinu  Continuous  Review  System  dengan
output  Stock  Opname    untuk  item  bahan  baku  kelas  A  dimana  untuk  PT  NIC, kegiatan  ini  dilakukan  setiap  hari.  Selain  itu,  model  ini  juga  mempertimbangkan
output  jadwal  induk  produksi  MPS.  Apabila  terjadi  gangguan  internal  sistem produksi,  dapat  diketahui  apakah  perlu  dilakukan  penyesuaian  atas  MRP  yang
telah dibuat. Sesuai  dengan  kebutuhan  tahapan  model  Penentuan  Urutan  Job  Produksi
berdasarkan  metode  Genetic  Algorithm,  mula-mula  akan  dilakukan  penentuan representasi  dari  permasalahan  sesuai  dengan  kebutuhan  model  penjadwalan
untuk  kasus  Flowshop  berdasarkan  metode  Genetic  Algorithm  atau  sering disingkat  dengan  GAFS.  Dengan  menggunakan  data  kasus  di  PT  NIC,Tbk.
terdapat 17 job yang akan diselesaikan pada 18 mesinstasiun kerja di Lini 1 Roti Tawar.  Tiap  job  akan  dibuat  representasi  kromosom  yang  memiliki  gen  sesuai
dengan  nomor  job,  yaitu  no  job  1  sampai  dengan  17.  Kriteria  yang  digunakan sebagai  fitness  function  adalah  waktu  penyelesaian  job  makespan.  Output  hasil
yang diinginkan adalah urutan job yang memberikan nilai makespan minimum. Proses  penentuan  urutan  job  produksi  berdasarkan  metode  Algoritma
Genetika  ini  dalam  aktual  perhitungan  secara  manual  membutuhkan  tahapan pengembangan  populasi  awal.  Populasi  awal  akan  mengalami  proses  pertukaran
silang  cross  over  dan  mutasi  yang  akan  dievaluasi  berdasarkan  nilai  fitness function.  Untuk  mempertahankan  kromosom  dengan  fitness  function  terbaik,
dilakukan  proses  yang  menggunakan  pendekatan  elitisme,  dimana  dilakukan pemilihan 2 kromosom dengan nilai makespan minimum untuk tiap populasi awal
pada  masing-masing  populasi  yang  tidak  akan  mengalami  proses  seleksi kromosom  dalam  rangka  operasional  cross  over  maupun  mutasi.  Urutan
pengerjaan  job  tersebut  membutuhkan  makespan  yang  lebih  kecil  dibandingkan urutan pengerjaan job sebelum dilakukan proses FSGA.
Model  Pengendalian  Gangguan  yang  diintegrasikan  dengan  model  PPIC pada SPK IPRADIPA ini menjadi kebaruan dalam penelitian disertasi ini. Dalam
aplikasi  model,  untuk  mendapatkan  manfaat  yang  cukup  besar  dari  sistem, pengguna  sistem    adalah  manajer  pabrik  yang  memahami  permasalahan  dan
gangguan sistem produksi.
6.3  Analisis Rancangan SPK IPRADIPA
Berdasarkan  hasil  pemodelan  sistem,  rancang  bangun  sistem  pendukung keputusan  SPK  IPRADIPA  dan  implementasi  sistem,    diketahui  bahwa  hasil
rancang  bangun  SPK  IPRADIPA  memiliki  keunggulan  dan  keterbatasan  sesuai dengan uraian berikut ini.
6.3.1 Keunggulan SPK IPRADIPA.
1.  SPK  PPIC  Adaptif  memiliki  basis  model  yang  cukup  handal  yang  dapat meningkatkan performansi fungsi PPIC dalam hal sebagai berikut:
a.  Akurasi  prakiraan  permintaan  menggunakan  metode  Jaringan  Syaraf TiruanArtificial  Neural  Network  ditunjukkan  dengan  nilai  Mean
Square Error MSE yang jauh dibawah nilai MSE berdasarkan metode Dekomposisi atau metode Time Series.
b.  Perencanaan  jumlah  produksi  yang  optimum  menggunakan  metode Fuzzy Multi Objective Linier Programming dengan mempertimbangkan
tujuan  minimasi  biaya  produksi  dan  maksimasi  utilisasi  produksi  serta fungsi  pembatas  sumberdaya  produksi  bahan  baku,  jam  kerja  mesin,
kebutuhan  demand.  Sub  model  PPIC  ini  dapat  memasukkan  input persediaan  pengaman    persediaan  pengaman  Produk  Jadi  yang
merupakan hasil perhitungan model Pengendalian Gangguan yang telah diintegrasikan pada SPK IPRADIPA.
c.  Penentuan waktu
dan jumlah
pemesanan yang
sudah mempertimbangkan  ukuran  pemesanan  bahan  baku  yang  ekonomis
berdasarkan  metode  EOQ  sekaligus  sudah  mempertimbangkan  nilai persediaan  pengaman    persediaan  pengaman  Bahan  Baku  yang
diperbaharui  nilainya  secara  periodic  berdasarkan  kebutuhan  dan kondisi perusahaan.
d.  Penentuan revisi waktu pemesanan berdasarkan pendekatan Continuous Review  System  sesuai  untuk  diterapkan  pada  kondisi  sistem  produksi
dengan permintaan yang tidak pasti. Penentuan titik pemesanan kembali ROP  telah  menambahkan  nilai  persediaan  pengaman      persediaan
pengaman  Bahan  Baku  yang  diperbaharui  nilainya  secara  periodik berdasarkan gangguan sistem produksi yang terjadi pada perusahaan.
e.  Penentuan  urutan  penjadwalan  job  berdasarkan  metode  Algoritma Genetika  yang memberikan hasil mendekati optimal memberikan  hasil
urutan  job  dengan  makespan  yang  jauh  lebih  kecil  dari  makespan urutan job tanpa optimasi penjadwalan.
2.  SPK  IPRADIPA  memiliki  basis  data  dan  basis  kasus  yang  dapat  diubah atau ditambahkan sehingga meningkatkan fungsi  PPIC dalam hal sebagai
berikut : a.  Penentuan  aksi  pengendalian  gangguan  membantu  perusahaan  dalam
menentukan  tindakan  aksi  yang  harus  dilakukan  apabila  terjadi gangguan  didukung  oleh  kasus  data  yang  tersimpan  dan  dapat
ditemukan kembali sesuai dengan kata kunci gangguan yang terjadi. b.  Pemberian  rekomendasi  kebijakan  lanjutan  pengendalian  gangguan
membantu  perusahaan  dalam  menentukan  apakah  diperlukan  tindakan follow  up  kebijakan  pengendalian  gangguan  dilengkapi  dengan
informasi  mengenai  pihak  yang  akan  melakukan  kebijakan  lanjutan apabila  gangguan  terusterjadi  walaupun  sudah  dilakukan  aksi  sesuai
usulan sistem. c.  Model pengendalian  gangguan diharapkan  akan  membantu perusahaan
untuk  meningkatkan  performansi  sistem  produksinya  sekaligus memberikan  solusi  untuk  meminimasi  penyimpangan  variansi  yang
terjadi yang disebabkan karena adanya gangguan sistem produksi.
3.  SPK IPRADIPA memiliki menu dialog yang dilengkapi dengan informasi mengenai  prosedur  yang  membantu  mengingatkan  dan  memudahkan
pengguna untuk menjalankan SPK.
6.3.2 Keterbatasan SPK PPIC Adaptif.
Hasil  rancang  bangun  SPK  IPRADIPA  memiliki  keterbatasan  sebagai berikut.