pengaman Bahan Baku yang diperbaharui nilainya secara periodik berdasarkan gangguan sistem produksi yang terjadi pada perusahaan.
e. Penentuan urutan penjadwalan job berdasarkan metode Algoritma Genetika yang memberikan hasil mendekati optimal memberikan hasil
urutan job dengan makespan yang jauh lebih kecil dari makespan urutan job tanpa optimasi penjadwalan.
2. SPK IPRADIPA memiliki basis data dan basis kasus yang dapat diubah atau ditambahkan sehingga meningkatkan fungsi PPIC dalam hal sebagai
berikut : a. Penentuan aksi pengendalian gangguan membantu perusahaan dalam
menentukan tindakan aksi yang harus dilakukan apabila terjadi gangguan didukung oleh kasus data yang tersimpan dan dapat
ditemukan kembali sesuai dengan kata kunci gangguan yang terjadi. b. Pemberian rekomendasi kebijakan lanjutan pengendalian gangguan
membantu perusahaan dalam menentukan apakah diperlukan tindakan follow up kebijakan pengendalian gangguan dilengkapi dengan
informasi mengenai pihak yang akan melakukan kebijakan lanjutan apabila gangguan terusterjadi walaupun sudah dilakukan aksi sesuai
usulan sistem. c. Model pengendalian gangguan diharapkan akan membantu perusahaan
untuk meningkatkan performansi sistem produksinya sekaligus memberikan solusi untuk meminimasi penyimpangan variansi yang
terjadi yang disebabkan karena adanya gangguan sistem produksi.
3. SPK IPRADIPA memiliki menu dialog yang dilengkapi dengan informasi mengenai prosedur yang membantu mengingatkan dan memudahkan
pengguna untuk menjalankan SPK.
6.3.2 Keterbatasan SPK PPIC Adaptif.
Hasil rancang bangun SPK IPRADIPA memiliki keterbatasan sebagai berikut.
1. SPK IPRADIPA adalah prototipe sistem yang dirancang berdasarkan kebutuhan sistem produksi pada industri roti dengan menggunakan data
sampel sistem produksi pada PT NIC, Tbk. Apabila ada industri pangan lain yang ingin memanfaatkan dan menggunakan SPK IPRADIPA,
harus dilakukan modifikasi dan penyesuaian-penyesuaian tanpa harus merubah rangka, basis model serta aliran data. Modifikasi atau
penyesuaian yang harus dilakukan mengikuti kebutuhan perusahaan terkait.
2. Model Pengendalian Gangguan khususnya sub model Aksi Pengendalian Gangguan pada SPK IPRADIPA dibangun dengan
menggunakan mekanisme protokol atau rule base yang belum memanfaatkan sistem pakar dalam penentuan deteksi gangguan sistem
produksi. 3. Rancang bangun model PPIC dan model Pengendalian Gangguan pada
SPK IPRADIPA belum mempertimbangkan permasalahan kualitas bahan baku dan umur simpan bahan baku secara lebih spesifik.
Pengembangan lebih lanjut model PPIC dan model Pengendalian Gangguan yang telah mempertimbangkan permasalahan kualitas bahan
baku dan umur simpan bahan baku akan memberikan nilai tambah yang berarti.
4. SPK IPRADIPA dibangun atas dukungan dua sistem aplikasi yang berbeda, yaitu MATLAB dan Excell Solver
– Visual Basic. Hal ini terpaksa dilakukan karena kebutuhan model yang terdapat pada SPK
IPRADIPA tidak dapat dirancang bangun pada satu sistem aplikasi yang sama. Hal ini mengakibatkan adanyaperbedaan tampilan menu
model antar hasil rancang bangun sistem aplikasi, walaupun sudah diusahakan untuk mengintegrasikan kedua sistem aplikasi tersebut
untuk memudahkan pengguna sistem.
6.4 Pemanfaatan SPK IPRADIPA Untuk Industri Pangan Lainnya
Berdasarkan studi pustaka, studi lapang dan observasi industri yang dilakukan, diketahui bahwa industri pangan khususnya industri makanan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan input bahan baku, proses produksi dan output produk jadi yang dihasilkan. Hal ini juga terkait
dengan strategi perusahaan untuk merespon permintaan konsumen antara lain strategi make to order, assembly to order atau make to stock yang diadopsi.
Faktor lainnya yang akan membedakan pemanfaatan SPK IPRADIPA adalah karakteristik bahan baku umur simpan, karakteristik produk jadi umur simpan
produk jadi, kebijakan perusahaan pangan, serta perjanjian kerjasama dengan pemasok fleksibilitas. Sesuai dengan gambar 66 berikut, faktor-faktor ini akan
membedakan pemanfaatan SPK IPRADIPA dalam hal : periode perencanaan, teknik lot sizing yang diterapkan, kriteria fungsi tujuan dan fungsi pembatas yang
ditetapkan, kriteria performansi yang ingin dicapai serta tingkat pemanfaatan model PPIC.
PEMANFAATAN SPK IPRADIPA
FAKTOR PEMBEDA 1.Karakteristik Bahan Baku : umur
simpan 2. Karakteristik Produk Jadi : umur
simpan 3. Strategi Merespon Permintaan
Konsumen : make to stock, assembly to order, make to order
4. Kebijakan Perusahaan 5. Perjanjian kerjasama dengan
pemasok : tingkat fleksibilitas PERBEDAAN :
1. Periode perencanaan 2. Teknik Lot sizing
3. Fungsi tujuan dan fungsi pembatas model optimasi
4. Kriteria performansi 5. Pemanfaatan Model PPIC
Gambar 66 Faktor pembeda dalam pemanfaatan SPK IPRADIPA.
Perusahaan penghasil makanan umumnya menggunakan input bahan baku yang bersifat perishable juga output produk jadi makanan yang bersifat
perishable. Seperti yang terjadi pada PT NIC, Tbk misalnya, varian bahan baku di PT NIC, Tbk memiliki umur simpan bahan baku yang juga bervariasi dari hari-an
hingga bulan-an, sedangkan produk jadi-nya memiliki umur simpan dalam hitungan hari maksimum 5 hari. Umur simpan produk jadi yang relataif singkat
ini menyebabkan data yang digunakan untuk model-model pada fungsi PPIC dirancang dengan periode harian. Waktu perencanaan menjadi faktor pembeda
dan pertimbangan dalam proses rancang bangun SPK IPRADIPA.
Untuk perusahaan pangan yang menghasilkan produk jadi dengan umur simpan pada kisaran minggu-an atau bulan-an atau bahkan tahun-an, model
prakiraan permintaan dilakukan berdasarkan periode minggu-an atau bulan-an, output model prakiraan permintaan akan menjadi input dalam model penjadwalan
induk produksi dalam periode minggu-an. Berikutnya output penjadwalan induk produksi berupa jumlah produksi optimum produk jadi menjadi input untuk model
perencanaan persediaan bahan baku dan selanjutnya menjadi rencana pemesanan bahan baku ke pemasok. Pendekatan Continuous Review System tetap
dimanfaatkan namun dengan periode review lebih panjang misalnya minggu-an. Pemanfaatan model penentuan urutan job produksi dan penentuan rute pengiriman
sesuai dengan kebutuhan produksi dan pengiriman. Model Pengendalian Gangguan dapat dimanfaatkan dengan periode rekapitulasi untuk penilaian
gangguan dan perhitungan perubahan persediaan pengaman yang juga lebih panjang misalnya menjadi bulan-an.
Strategi untuk merespon permintaan konsumen juga menjadi faktor yang membedakan pemanfaatan model-model PPIC pada SPK IPRADIPA. Industri
pangan dengan strategi make to order dengan umur produk jadi jangka menengah minggu
– bulan akan memanfaatkan model Prakiraan Permintaan berdasarkan riwayat penjualan untuk merencanakan kebutuhan bahan baku ke pemasok.
Jadwal Induk Produksi tidak perlu memanfaatkan model optimasi Fuzzy Multi Objective Linier Programming karena perusahaan lebih memprioritaskan
pemenuhan pesanan konsumen dengan menjadwalkan pesanan konsumen sesuai dengan kapasitas produksi yang tersedia. Perusahaan akan memaksimumkan
kapasitas produksinyamempertimbangkan bahwa produk jadi memiliki umur simpan yang relatif cukup dan tidak mengganggu kualitas produk jadi dengan
melakukan kebijakan penyimpanan produk jadi untuk mengantisipasi adanya lonjakan permintaan. Faktor strategi ini juga akan membedakan kriteria
performansi dalam pemanfaatan model Penentuan Urutan Job Produksi misalnya menjadi minimasi keterlambatan. Periode perencanaan relatif tidak terpengaruh
oleh faktor penentuan strategi merespon permintaan konsumen yang berbeda. Selain faktor pembeda yang telah disebutkan di atas, hal-hal yang juga
menjadi pertimbangan dalam modifikasi atau penyesuaian SPK IPRADIPA
adalah ketersediaan pemasok dan perjanjian kerjasama yang dilakukan dengan pemasok akan menentukan model Perencanaan dan Pengendalian Persediaan
Bahan Baku khususnya dalam penentuan metode lot sizing yang akan diterapkan. Kebijakan perusahaan dapat membedakan fungsi tujuan dan fungsi
pembatas dalam model optimasi penjadwalan induk produksi serta kriteria performansi yang digunakan dalam penentuan urutan job produksi dan penentuan
rute pengiriman.