diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi. Komponen biaya tetap, antara lain : pajak, tanah, pajak air, penyusutan alat, pemeliharaan tenaga
ternak, pemeliharaan traktor, biaya kredit atau pinjaman, dan lain sebagainya. 2. Biaya Variabel
Biaya variabel atau biaya tidak tetap ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Komponen biaya variabel, antara lain : pupuk, benih atau bibit,
pestisida, upah tenaga kerja, biaya pemanenan, pengolahan tanah. 3. Biaya Tunai
Biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam usahataninya. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa pajak tanah dan pajak air, sedangkan biaya tunai
dari biaya variabel antara lain biaya pemakaian bibit atau benih, pupuk, pestisida, dan tenaga luar keluarga.
4. Biaya Tidak Tunai Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak benar-benar dikeluarkan oleh petani
dalam menjalankan usahataninya, namun ikut diperhitungkan. Biaya tidak tunai dari biaya tetap, antara lain : biaya sewa lahan milik sendiri, penyusutan alat-alat
pertanian, bunga kredit bank dan sebagainya. Biaya tidak tunai dari biaya variabel, antara lain biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga dalam pengolahan lahan dan
pencemaran, serta jumlah pupuk kandang yang dipakai. Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi actual cost, sedangkan biaya
tidak langsung meliputi biaya penyusutan, dan lain sebagainya.
2.3. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan usahatani meliputi pendapatan kotor atau
penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya
produksi Rahim dan Hastuti 2007.
2.4. Irigasi
Irigasi adalah usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran-saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-
bagikan air ke sawah-sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air yang tidak diperlukannya lagi setelah air itu dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Di Indonesia, irigasi yang dikelola oleh pemerintah dulu disebut ―irigasi rakyat‖ atau ―irigasi tradisional‖, tetapi menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku resminya disebut ―irigasi pedesaan‖ atau ―irigasi desa‖.
Irigasi tersebut telah dibangun dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah dan dikelola sepenuhnya oleh petani yang bersangkutan. Irigasi sejenis ini dapat disebut
―irigasi petani‖ Gandakoesoemah 1975.
2.5. Kelembagaan
Yang dimaksud lembaga institution adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota
masyarakat tertentu baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu Mubyarto 1989. Menurut Ambler et al. 1991,
indikator keragaan performance kelembagaan terdiri dari efisiensi teknis, efisiensi ekonomis, dan efisiensi sosial. Organisasi yang efisien secara teknis adalah organisasi
yang dapat mengoperasikan sarana fisik yang ada sedemikian rupa sehingga jaringannya dapat mencapai efisiensi teknis yang setinggi mungkin. Efisiensi
ekonomis menurut teori ekonomi murni, setiap tindakan memerlukan biaya dan setiap tindakan juga dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai. Nilai yang diharapkan itu
lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan, maka orang terdorong untuk melakukannya. Kemampuan organisasi petani pengelola air untuk memperhitungkan
faktor-faktor ekonomis tidak dapat diabaikan. Tidak ada definisi yang pasti tentang efisiensi sosial. Efisiensi sosial bertalian
dengan rasa senang dan rasa adil dari petani setempat, yang kadang-kadang teramat sulit untuk diukur dengan orang luar. Tingkat efisiensi sosial yang tinggi adalah
ketika petani meras bahwa sistem yang sedang berlaku itu sudah adil. Organisasi