Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian

sudah ada yang berbunga, dimana warga Subak memercikkan air suci tirtha di sawah masing-masing. Upacara neduh atau nangluk nerana yaitu upacara pemberantasan hama yang dilakukan apabila padi terserang hama penyakit. Upacara odalan di Pura Subak yang dilakukan setiap 210 hari sekali. Jenis pura Subak, antara lain : Pura Empelan yang terletak di areal bendungan merupakan tempat persembahyangan bagi seluruh warga Subak; Pura Ulun Suwi yang terletak di hulu Subak masing-masing merupakan tempat persembahyangan bagi warga Subak yang bersangkutan; Sanggah Catu yang terletak di hulu sawah setiap masing-masing warga Subak merupakan tempat persembahyangan bagi warga Subak bersangkutan. Uraian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan bersama warga Subak sebagian besar bertumpu pada pengairan, pola tanam, dan upacara. Kegiatan pengairan bertujuan untuk mengadakan dan mengatur pembagian air. Keberhasilan pengairan untuk menyediakan dan mengelola air menentukan keberhasilan pelaksanaan pola tanam. Pelaksanaan kegiatan pengairan dan pola tanam itu diawali, diikuti, dan diakhiri dengan kegiatan upacara. Ketiga jenis kegiatan tersebut merupakan kegiatan utama yang satu sama lain berkaitan. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga membutuhkan biaya yang disebut biaya transaksi, dimana biayanya didapat dari iuran anggota Subak dan bantuan Pemerintah.

1.1.4. Karakteristik Petani Responden

Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 66 orang, yang menanam padi beras merah dalam satu musim tanam. Karakteristik petani responden antara lain, umur, pendidikan, dan pengalaman bertani padi sawah serta luas lahan garapan.

a. Umur Petani

Petani responden yang mengusahakan padi sawah dengan sistem subak di Desa Jatiluwih berusia antara 25-75 tahun. Rata-rata petani di Desa Jatiluwih berusia 51-55 tahun. Berdasarkan Tabel 7, petani responden tersebut dikelompokkan menjadi petani responden berumur 25-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, 41-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun, 56-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Petani pada usia 51-55 tahun, 46- 50 tahun, 56-60 tahun dan 41-45 tahun merupakan mayoritas, dengan persentase masing-masing sebesar 19.70, 18.84, 13.64 dan 13.64. Tabel 7. Petani responden di Desa Jatiluwih berdasarkan umur Umur Jumlah orang Persentase 25-30 4 6.06 31-35 4 6.06 36-40 8 12.12 41-45 9 13.64 46-50 12 18.84 51-55 13 19.70 56-60 9 13.64 60 7 10.61 Jumlah 66 100.00 Sumber : Monografi Desa Jatiluwih 2011

b. Luas Lahan Garapan

Luas lahan yang dimiliki petani responden beragam, yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0.5 ha dan lahan yang luasnya lebih dari 0.5 ha. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Desa Jatiluwih Tahun 2013 Luas Lahan ha Rata-rata Luas Lahan Jumlah orang Persentase 0,5 0.32 27 62.69 0,5 0.78 39 37.31 Sumber : Data Primer diolah 2013 Berdasarkan Tabel 8, dapat kita ketahui bahwa jumlah responden yang memiliki luas lahan kurang dari 0.5 ha lebih banyak daripada responden yang memiliki luas lahan lebih besar dari 0.5 ha yaitu sebesar 62.69. Jadi, dapat dikatakan bahwa usahatani di Desa Jatiluwih masih berskala kecil.

c. Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani Responden

Sebagian besar petani di Desa Jatiluwih hanya berpendidikan SD dengan persentase sebesar 48.49 meskipun ada juga yang telah lulus S1 dan S2 sebesar 3.03.