Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah per Hektar di Desa Jatiluwih

Total biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani di Desa Jatiluwih untuk satu musim tanam pada usahatani petani pemilik lahan luas adalah sebesar Rp . 9 367 016.81ha yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 7 520 010.27ha atau 80.28 dari total biaya usahatani dan total biaya diperhitungkan sebesar Rp . 1 . 847 . 006.54ha atau 19.72 dari total biaya usahatani. Petani pemilik lahan sempit mengeluarkan biaya total usahatani sebesar Rp 11 606 395.15ha yang terdiri dari biaya tunai sebesar Rp 7 443 855.11ha atau 64.14 dari total biaya usahatani dan biaya diperhitungkan sebesar Rp 4 162 540.04ha atau 35.86 dari total biaya usahatani. Selisih antara total biaya usahatani antara pemilik lahan luas dan pemilik lahan sempit adalah sebesar Rp 2 416 622.84ha. Petani penggarap lahan luas memiliki total biaya usahatani sebesar Rp 19 362 382.20ha yang terdiri dari Rp . 16 . 724 841.50ha atau 86.38 dari total biaya usahatani dan biaya diperhitungkan sebesar Rp 2 637 540.74ha atau 13.62 dari total biaya usahatani. Petani penggarap lahan sempit memiliki total biaya usahatani sebesar Rp . 14 . 751 . 451.30ha yang terdiri dari Rp 11 202 953.6ha biaya tunai atau 75.95 dari total biaya usahatani dan biaya diperhitungkan sebesar Rp 3 548 497.62ha atau 24.06 dari total biaya usahatani. Pengeluaran terbesar adalah untuk biaya tenaga kerja. Usahatani petani pemilik lahan sempit mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih besar daripada usahatani petani pemilik lahan luas. Usahatani pemilik lahan luas menghabiskan biaya sebesar Rp 6 665 700HOKha atau 71.16 dari total biaya usahatani yang terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp 5 168 800HOKha atau 55.18 dari total biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 1 496 900HOKha atau 15.98 dari total biaya usahatani. Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp . 8 . 902 . 600HOKha atau 76.71 dari total biaya usahatani yang terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp 5 147 500HOKha atau 44.35 dari total biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 3 755 100HOKha atau 33.36 dari total biaya usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan antara usahatani pemilik lahan sempit dan pemilik lahan luas adalah sebesar Rp 2 236 900HOKha. Usahatani penggarap lahan sempit menghabiskan biaya tenaga kerja yang lebih besar daripada usahatani penggarap lahan luas. Usahatani penggarap lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp . 7 . 735 . 900HOKha atau 52.45 dari total biaya 63 usahatani yang terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp 4 462 700HOKha atau 30.26 dari total biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 3 273 200HOKha atau 22.19 dari total biaya usahatani. Usahatani penggarap lahan luas menghabiskan biaya sebesar Rp 5 986 300HOKha atau 30.52 dari total biaya usahatani yang terdiri dari biaya TKLK sebesar Rp . 3 . 882 . 000HOKha atau 20.05 dari total biaya usahatani dan biaya TKDK sebesar Rp 2 104 300HOKha atau 10.87 dari total biaya usahatani. Selisih biaya tenaga kerja penggarap lahan sempit dan penggarap lahan luas adalah sebesar Rp . 1 . 749 . 600HOKha. Pengeluaran terbesar kedua adalah untuk sewa lahan. Sewa lahan sebesar Rp . 10 . 180 . 070.1ha atau 52.58 dari total biaya usahatani pada petani penggarap lahan luas dan sebesar Rp 4 345 151.89ha atau 29.46 dari total biaya usahatani pada petani penggarap lahan sempit. Selisih biaya sewa lahan antara petani penggarap lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp 5 834 918.21ha. Pengeluaran terbesar ketiga adalah biaya untuk pembelian pupuk. Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya untuk pembelian pupuk lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas. Usahatani pemilik lahan luas menghabiskan biaya sebesar Rp 1 435 987.7 atau 15.33 dari total biaya usahatani dengan persentase pupuk Kandang sebesar 6.49, Urea sebesar 4.89, KCl sebesar 1.94, NPK sebesar 2.01 dari total biaya usahatani. Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp 1 436 016.13 atau 12.36 dari total biaya usahatani dengan persentase pupuk Kandang sebesar 6.11, Urea sebesar 2.97, KCl sebesar 1.61, dan NPK sebesar 1.67 dari total biaya usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk antara usahatani pemilik lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp 28.4. Usahatani penggarap lahan sempit menghabiskan biaya untuk pembelian pupuk lebih besar daripada usahatani penggarap lahan luas. Usahatani penggarap lahan luas menghabiskan biaya sebesar Rp 1 226 726.11 atau 5.35 dari total biaya usahatani untuk pembelian pupuk dengan persentase pupuk Kandang sebesar 2.69, Urea sebesar 1.62, KCl sebesar 0.01, dan NPK sebesar 1.03 dari total biaya usahatani. Usahatani penggarap lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp 1 433 939.77 untuk pembelian pupuk dengan persentase pupuk Kandang sebesar 4.72, Urea sebesar 3.65, KCl sebesar 0.34, dan NPK sebesar 1.01 dari total biaya 64 usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk antara petani penggarap lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp . 207 . 213.66. Pengeluaran terbesar keempat adalah biaya untuk menyewa traktor. Usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya untuk menyewa traktor yang lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas. Usahatani pemilik lahan luas menghabiskan biaya untuk menyewa traktor sebesar Rp 32 975.03 atau 0.35 dari total biaya usahatani, sedangkan usahatani pemilik lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp . 247 . 312.76 atau 2.13 dari total biaya usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk menyewa traktor antara petani pemilik lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp 214 337.73. Usahatani penggarap lahan luas menghabiskan biaya untuk menyewa traktor lebih besar daripada usahatani penggarap lahan sempit. Usahatani penggarap lahan luas menghabiskan biaya sebesar Rp 552 331.82 atau 2.85 dari total biaya usahatani, sedangkan usahatani penggarap lahan sempit menghabiskan biaya sebesar Rp 272 044.03 atau 1.84 dari total biaya usahatani. Selisih biaya yang dikeluarkan untuk menyewa traktor antara usahatani penggarap lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp . 280 . 287.79. Pengeluaran terbesar berikutnya adalah biaya penyusutan yaitu sebesar Rp . 350 . 106.54 atau 3.74 dari total biaya usahatani pada usahatani pemilik lahan luas dan Rp 407 440.04 atau 3.51 dari total biaya usahatani pada usahatani pemilik lahan sempit. Usahatani pemilik lahan sempit memiliki biaya penyusutan alat-alat pertanian yang lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas. Selisih biaya penyusutan antara usahatani pemilik lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp . 57 . 333.5. Biaya penyusutan usahatani penggarap lahan luas sebesar Rp . 533 . 240.74 atau 2.75 dari total biaya usahatani, sedangkan biaya penyusutan usahatani penggarap lahan sempit sebesar Rp 275 297.62 atau 1.87 dari total biaya usahatani. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani penggarap lahan lahan luas memiliki biaya penyusutan yang lebih besar daripada usahatani penggarap lahan sempit. Selisih biaya penyusutan antara usahatani penggarap lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 257 943.12. Pengeluaran lainnya adalah untuk membeli benih, biaya transaksi, biaya untuk membayar pajak lahan dan pestisida. Biaya pembelian benih usahatani 65 pemilik lahan sempit menghabiskan biaya yang lebih besar dari usahatani pemilik lahan luas, yaitu sebesar Rp 214 946.58 atau 1.85 dari total biaya usahatani. Selisih biaya pembelian benih antara ushatani pemilik lahan sempit dan luas adalah sebesar Rp 7 520. Usahatani penggarap lahan lahan sempit menghabiskan biaya yang lebih besar untuk pembelian benih, yaitu sebesar Rp 206 016.58 atau 1.40 dari total biaya usahatani. Selisih biaya pembelian benih antara usahatani penggarap lahan sempit dan luas adalah sebesar Rp 1 175. Biaya transaksi pemilik lahan luas lebih besar dari lahan sempit yaitu sebesar Rp 462 777.80. Selisih biaya transaksi pemilik usahatani lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp . 177 . 244.50. Biaya transaksi penggarap lahan luas lebih besar daripada lahan sempit yaitu sebesar Rp 386 944.44. Selisih biaya transaksi penggarap lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 12 222.22. Biaya untuk pembayaran pajak lahan pada usahatani pemilik lahan luas lebih besar daripada lahan sempit, yaitu Rp . 211 . 631.20 atau 2.26 dari total biaya usahatani. Selisih biaya untuk pembayaran pajak lahan antara usahatani pemilik lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp 116 550.51. Usahatani penggarap lahan luas juga menghabiskan biaya yang lebih besar untuk pembayaran pajak lahan daripada usahatani penggarap lahan sempit yaitu sebesar Rp 251 503.75 atau 1.30 dari total biaya usahatani dan selisih biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak lahan antara usahatani penggarap lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 144 154.59. Biaya untuk pembelian pestisida pada usahatani pemilik lahan sempit lebih besar daripada usahatani pemilik lahan luas yaitu Rp 17 465.67 atau 0.15 dari total biaya usahatani. Selisih biaya pembelian pestisida antara usahatani pemillik lahan sempit dan luas adalah sebesar Rp 17 053.67. Usahatani penggarap lahan luas memiliki biaya pembelian pestisida yang lebih besar daripada usahatani penggarap lahan sempit yaitu Rp 40 423.67 atau 0.21 dari total biaya usahatani. Selisih biaya pembelian pestisida usahatani penggarap lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp 39 393.67. Berdasarkan struktur biaya pada Tabel 23, maka unit cost usahatani padi beras merah dapat disajikan pada Tabel 24. 66 Tabel 24. Unit Cost Usahatani Padi Beras Merah di Desa Jatiluwih Tahun 2013 Pemilik Penggarap Lahan Luas Lahan Sempit Lahan Luas Lahan Sempit Unit cost Rpkg 1 619.69 2 030.90 3 373.52 2 641.67 Sumber : Data Primer diolah 2013 Tabel 24 menunjukkan bahwa unit cost usahatani pemilik lahan sempit lebih besar daripada lahan luas, yaitu sebesar Rp 2 030.90kg. Selisih unit cost pemilik lahan sempit dan lahan luas adalah sebesar Rp 411.21kg. Unit cost penggarap lahan luas lebih besar daripada penggarap lahan sempit, yaitu ssebesar Rp 3 373.52kg. Selisih unit cost penggarap lahan luas dan lahan sempit adalah sebesar Rp 731.85kg. Usahatani petani penggarap memiliki unit cost yang lebih besar daripada usahatani petani pemilik.

3.2. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Beras Merah dengan

Sistem Subak di Jatiluwih Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total padi sawah dengan harga jual dari hasil produksi tersebut. Selain penerimaan usahatani, terdapat pula biaya usahatani atau pengeluaran usahatani yang merupakan nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani. Pendapatan dari suatu usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya dari usahatani tersebut. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan tunai merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan yang diperhitungkan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya yang diperhitungkan. Pendapatan rata-rata usahatani yang dibandingkan terdiri dari pendapatan rata-rata atas biaya tunai dan pendapatan rata-rata atas biaya total. Pendapatan rata-rata atas biaya tunai merupakan selisih antara penerimaan total rata-rata dengan biaya tunai rata-rata. Pendapatan rata-rata atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan total rata-rata dengan biaya total rata-rata. Perbandingan penerimaan dengan biaya rasio RC ini terdiri dari rasio RC total yang merupakan rasio antara penerimaan total rata-rata dengan biaya total rata-rata dan rasio RC tunai yang merupakan rasio antara penerimaan total 67 rata-rata dengan biaya tunai rata-rata. Tabel 25 menunjukkan pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih dengan biaya transaksi tahun 2013. Tabel 25. Pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih dengan biaya transaksi tahun 2013 Komponen Nilai Rp Penerimaan Total 39 897 410 Biaya Tunai 13 172 510.99 - Biaya Transaksi 341 666.70 Biaya Diperhitungkan 3 275 069.09 Total Biaya Usahatani 16 447 580.08 Pendapatan atas Biaya Tunai 26 383 232.30 Pendapatan atas Biaya Total 23 449 829.90 RC atas Biaya Tunai 2.95 RC atas Biaya Total 2.43 Sumber : Data Primer diolah 2013 Rata-rata produksi padi sawah per hektar yang dijual oleh petani adalah sebesar 5 699.63 kgha dalam bentuk gabah kering panen GKP dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 7 000kgha, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh petani dari produksi padi sawah adalah sebesar Rp 39 897 410kgha. Biaya tunai sebesar Rp 13 514 177.69, sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 3 275 069.09. Pendapatan tunai diperoleh dari mengurangi penerimaan total dengan total biaya tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh mengurangi penerimaan total dengan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp . 26 . 383 . 232.30 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 23 . 449 . 829.90. Berdasarkan nilai penerimaan dan biaya usahatani, diperoleh juga RC ratio total usahatani padi adalah sebesar 2.43 artinya setiap Rp 1 dari total biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah di desa Jatiluwih akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2.43. Adapun RC ratio tunai usahatani padi sawah desa Jatiluwih adalah sebesar 2.95 yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani padi sawah di desa Jatiluwih akan memberikan penerimaan sebesar Rp 2.95. Berdasarkan nilai RC rasio total dan tunai, usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih layak atau sudah efisien. Pendapatan usahatani petani pemilik dan penggarap berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 26. 68 Tabel 26. Pendapatan rata-rata usahatani padi beras merah petani pemilik dan penggarap berdasarkan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013 Komponen Pemilik Penggarap Nilai Lahan Luas Rp Nilai Lahan Sempit Rp Nilai Lahan luas Rp Nilai Lahan sempit Rp Penerimaan Total 38 759 490.00 40 004 370.00 40 176 640.00 39 088 910.00 Biaya Tunai 7 057 232.47 7 158 321.81 16 337 897.06 10 828 231.38 - Biaya Transaksi 462 777.80 285 533.30 386 944.44 374 722.22 Biaya Diperhitungkan 1 847 006.54 4 162 540.04 2 637 540.74 3 548 497.62 Total Biaya Usahatani 9 367 016.81 11 606 395.15 19 362 382.20 14 751 451.30 Pendapatan atas Biaya Tunai 31 239 479.70 32 560 514.90 23 451 798.50 27 885 956.40 Pendapatan atas Biaya Total 29 392 473.20 28 397 974.90 20 814 257.80 24 337 458.70 RC atas Biaya Tunai 5.15 5.37 2.40 3.49 RC atas Biaya Total 4.14 3.45 2.08 2.65 Sumber : Data Primer diolah 2013 Tabel 26 menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya total setelah ditambahkan biaya transaksi usahatani pemilik lahan luas lebih besar daripada usahatani pemilik lahan sempit, yaitu sebesar Rp 29 392 473.20. Selisih pendapatan atas biaya total usahatani pemilik lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp . 994 498.34. RC ratio atas biaya total usahatani pemilik lahan luas juga lebih besar dari usahatani pemilik lahan sempit, yaitu sebesar 4.14 sehingga usahatani pemilik lahan luas lebih layak diusahakan dengan selisih RC ratio sebesar 0.69. Usahatani penggarap lahan sempit memiliki pendapatan atas biaya total yang lebih besar daripada usahatani penggarap lahan luas, yaitu sebesar Rp 24 337 458.70. Selisih pendapatan atas biaya total usahatani penggarap lahan luas dan sempit adalah sebesar Rp . 3 523 200.90. RC ratio atas biaya total usahatani penggarap lahan sempit lebih besar dari usahatani penggarap lahan luas, yaitu sebesar 2.65 sehingga usahatani penggarap lahan sempit lebih layak untuk diusahakan. RC ratio usahatani penggarap lahan luas maupun lahan sempit juga sudah layak diusahakan dengan selisih sebesar 0.58. Biaya transaksi yang dikeluarkan petani untuk melaksanakan kegiatan Subak tidak mengurangi keuntungan yang diterima oleh petani. Hal tersebut menunjukkan pentingnya untuk tetap menjaga keberlanjutan usahatani padi sistem Subak karena Subak dapat mengatur pembagian air dan menuntun masyarakat untuk tetap menjaga sumber airnya beserta lingkungannya. 69

4. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI USAHATANI PADI SISTEM SUBAK

4.1. Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi didasarkan pada data yang terkumpul dari 66 petani responden. Data yang dikumpulkan meliputi data produksi sebagai variabel yang dijelaskan atau dependen Y, sedangkan data jumlah benih, jumlah pupuk Kandang, Urea, KCl, NPK, jumlah pestisida, jumlah tenaga kerja, serta biaya transaksi yang digunakan oleh petani responden per hektar yang diusahakan sebagai variabel yang menjelaskan atau independent Xi. Data rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih Musim Tanam I Tahun 2013 disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013 No. Uraian Satuan Rata-Rata 1. Luas Lahan Ha 0.51 2. Benih Kg 13.52 3. Kandang Kg 1 310.85 4. Urea Kg 204.28 5. KCl Kg 87.18 6. NPK Kg 100.84 7. Pestisida Padat Kg 0.85 8. Pestisida Cair Ml 0.21 9. Tenaga Kerja HOK 103.41 10. Biaya Transaksi Rupiah 341 666.70 11. Produksi Kg 5699.63 Sumber : Data Primer diolah 2013 Untuk menguji pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara simultan dapat diuji dengan menggunakan uji-F atau sering disebut analisis ragam. Hubungan antara faktor-faktor produksi sebagai variabel independent dengan produksi padi sawah sebagai variabel dependent dapat dilihat pada tabel 27. Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar 19.09 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah. 70 Model I Tanpa Variabel Dummy Uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar 13.82 dimana F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi sawah. Tabel 28. Analisis ragam fungsi produksi usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013 Sumber Ragam Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F-hitung Peluang Regresi 9 0.7971 0.8856 13.82 0.000 Galat 56 0.3590 0.0064 Total 65 1.1560 Keterangan : Nyata pada selang kepercayaan 99 Sumber : Data Primer diolah 2013 Dari pengolahan data pada Tabel 28 diperoleh pendugaan fungsi produksi, dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi sawah di Desa Jatiluwih adalah benih X 1 , pupuk kandang X 2 , pupuk Urea X 3 , pupuk KCl X 4 , pupuk NPK X 5 , pestisida cair X 6 , pestisida padat X 7 , Hari Orang Kerja X 8 , dan biaya transaksi X 9 . Hasil parameter penduga fungsi produksi dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Hasil parameter penduga fungsi produksi per hektar yang diusahakan petani responden pada usahatani padi sawah di Desa Jatiluwih tahun 2013 Penduga Koefisien Regresi Simpangan Baku P-value VIF Konstanta 6.9163 0.2678 0.000 Benih X 1 0.3413 0.0569 0.000 1.2 Pupuk kandang X 2 0.0043 0.0011 0.000 1.1 Urea X 3 0.0043 0.0014 0.004 1.2 KCl X 4 -0.0112 0.0015 0.000 1.3 NPK X 5 -0.0003 0.0016 0.847 1.3 Pestisida cair X 6 0.0036 0.0032 0.268 1.1 Pestisida padat X 7 -0.0001 0.0027 0.981 1.3 Hari orang kerja X 8 0.0862 0.0257 0.001 1.2 Biaya transaksi X 9 0.0113 0.0122 0.356 1.0 R-square 68.9 R-square adjusted 64.0 Keterangan : Nyata pada selang kepercayaan 99 atau α = 0,01 Sumber : Data Primer diolah 2013