2.1.7. Pemanenan
Waktu yang tepat untuk pemanenan hasil sesungguhnya ditetapkan oleh kadar air yang dikandung oleh butir-butir yang terdapat pada bulir. Petani mengetahui
waktu yang tepat untuk pemungutan hasil dengan memeriksa apakah semua butir- butir, termasuk juga butir-butir gabah yang terdapat pada bagian paling bawah dari
bulir telah menguning Siregar 1981. Kegiatan pemanenan mencakup aktivitas pemetikan dan perontokan padi. Kegiatan pemanenan biasa dilakukan setelah
tanaman berumur 4 -5 bulan. Padi kering panen ialah padi berupa bulir diwaktu pemungutan hasil. Padi kering giling ialah padi yang berupa buliran sesudah dijemur
untuk beberapa hari sebelum siap untuk diproses menjadi beras. Gabah kering giling ialah butiran-butiran sesudah dirontokkan dari malainya atau bulirnya sebelum
diproses menjadi beras.
2.1.8. Penggunaan Input
Input usahatani beras merah sistem Subak, terdiri dari benih, pupuk Kandang, pupuk Urea, KCl, NPK, pestisida padat, dan pestisida cair. Berikut ini adalah uraian
penggunaan input pada usahatani beras merah sistem Subak.
Benih
Benih yang digunakan oleh petani di Desa Jatiluwih adalah varietas beras merah lokal atau disebut juga padi Cendana. Benih padi beras merah didapat dari
hasil panen sebelumnya. Alasan para petani menggunakan varietas tersebut karena kualitasnya baik serta rasa nasi yang dihasilkan lebih enak. Rata-rata jumlah benih
per hektar yang digunakan oleh petani di Desa Jatiluwih sebesar 26.81 kgha dengan harga per kilogramnya sebesar Rp 7 833.33. Biaya benih yang dikeluarkan oleh
petani adalah sebesar Rp 209 994.62ha. Rata-rata penggunaan benih berdasarkan tipe petani dan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata-rata penggunaan benih berdasarkan tipe petani dan luas lahan di Desa Jatiluwih tahun 2013
Pemilik Penggarap
Luas Sempit
Luas Sempit
Jumlah Benih kgha 26.48
27.44 26.15
26.30 Biaya Rp
207 401.27 214 911.28 207 595.24
205 966.93
Sumber : Data Primer diolah 2013
Rata-rata benih yang digunakan usahatani padi petani pemilik lahan sempit lebih banyak daripada lahan luas, yaitu sebesar 27.44 kgha dengan biaya yang
dihabiskan sebesar Rp 214 911.28. Rata-rata benih yang digunakan usahatani padi petani penggarap lahan sempit lebih banyak daripada usahatani padi petani penggarap
lahan luas yaitu sebanyak 26.30 kgha dengan biaya sebesar Rp 205 966.93.
Pupuk
Pupuk yang sering digunakan oleh petani responden adalah pupuk Kandang, pupuk Urea, NPK, dan KCl. Kegiatan pemupukan dilakukan dua sampai tiga kali
dalam satu musim tanam. Rata-rata jumlah pupuk per hektar yang digunakan petani di Desa Jatiluwih dijadikan pada Tabel 14. Pupuk yang paling banyak digunakan
adalah pupuk Kandang, sedangkan pupuk yang paling sedikit digunakan adalah pupuk KCl. Harga pupuk Kandang sebesar Rp 500, harga pupuk Urea sebesar 1 906,
harga pupuk NPK Rp 2 107, dan harga pupuk KCl sebesar Rp 2 029. Pengeluaran untuk pembelian pupuk adalah sebesar Rp 1 434 120.49ha.
Rata-rata jumlah pupuk yang digunakan usahatani pemilik dengan lahan luas lebih banyak daripada usatani petani pemilik dengan lahan sempit, terutama untuk
pupuk Kandang, NPK, dan KCL. Rata-rata jumlah pupuk yang digunakan usahatani penggarap lahan sempit lebih banyak dari pada usahatani penggarap lahan luas, yaitu
pupuk Kandang dan Urea. Rata-rata pupuk yang digunakan oleh usahatani padi beras merah di Desa Jatiluwih dapat dilihat pada Tabel 13.