Analisis Strategi Pemasaran Produk Makanan

8 produknya, pengelola kafe harus mengutamakan kualitas dari produknya. Untuk itu pengelola kafe diharuskan untuk menggunakan bahan-bahan yang segar dan alami. Dengan penggunaan bahan-bahan dasar yang segar dan alami bukan tidak mungkin akan menjadi risiko bagi kafe. Apabila dalam satu hari bahan-bahan dasar tersebut tidak digunakan atau tidak habis terpakai maka bahan-bahan tersebut tidak akan dapat digunakan lagi pada hari berikutnya, dikarenakan pengelola kafe harus mampu menjaga kesegaran produk yang akan diolah. Selain risiko produksi, risiko harga menjadi ancaman bagi pebisnis kafe. Dengan terjadinya kenaikan harga-harga bahan baku produksi akan menjadi kekhawatiran bagi pengelola kafe. Pengelola tidak dapat menaikkan harga menu- menu masakan yang ditawarkannya tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu, karena akan membuat konsumen beralih ke kafe lain. Dengan kenaikan harga bahan baku produksi, pengelola harus mampu memikirkan cara untuk menutupi kenaikan harga bahan baku tersebut tanpa menaikkan harga menu-menu yang ditawarkan. Dengan cara ini biasanya pengelola kafe memotong keuntungan yang biasanya diterima.

2.2 Analisis Strategi Pemasaran Produk Makanan

Penelitian mengenai kafé, restoran dan rumah makan telah banyak dilakukan, diantaranya pada penelitian Robiah 2009 tentang Rumah Makan Khas Betawi H. Syamsudin Kombo. Ridwansyah 2008 melakukan penelitian tentang Strategi Pemasaran pada Rumah Makan sate Kiloan empuk Cibinong Kasus Strategi Pemasaran Pada Perusahaan Baru. Ningsih 2008 dalam penelitian Strategi Pemasaran restoran pondok Makan Mirah Jakarta Selatan. Sari 2008 melakukan penelitian mengenai Strategi Pemasaran Produk Jus Jambu Merah “JJM” Kelompok Wanita Turih, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Nugroho 2009 melakukan penelitian mengenai Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran Pada Restoran Bakmi Raos Condet Jakarta Timur. Ratnasari 2009 melakukan penelitian mengenai Analisis Strategi Pemasaran Studi Kasus Ali Baba Restoran, Bogor. Defieta 2009 yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Restoran 9 Lasagna Gulung Bogor. Maulina 2009 Strategi Pengembangan Usaha Pada Death By Chocolate Spageti Restaurant Kota Bogor Penelitian-penelitian tersebut menggunakan konsep bauran pemasaran. Pada penelitian Ridwansyah 2008, Robiah 2009, Sari 2008, Defieta 2009, Maulina 2009 menggunakan bauran pemasara 4P, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Sedangkan pada penelitian Ningsih 2009, Nugroho 2009, Ratnasari 2009 menggunakan konsep bauran pemsaran 7P, yang menanmbahkan orang, bukti fisik, dan proses sebagai komponen pemasarannya. Perbedaan konsep pemasaran 4P atau 7P sebenarnya terletak pada produk yang dipasarkan. Penggunaan 4P dilakukan untuk penjualan produk sedangkan 7P untuk penjualan produk dan jasa. Kafe, rumah makan atau restoran sebaiknya menggunakan konsep 7P untuk pemasarannya. Karena selain menjual produk kafe, rumah makan atau restoran juga menjual jasa. Jasa atau pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan tidak berwujud, lebih dapat dirasakan, serta konsumen lebih dapat merasakan langsung dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Pertumbuhan jasa sangat tergantung pada penilain pelanggan terhadap kinerja yang ditawarkan dan diberikan oleh pihak penyedia jasa, untuk menghasilkan kepuasan pelanggan. Pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan kepuasan konsumen serta kesejahteraan dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba. Pada rumah makan atau restoran memberikan pelayanan merupakan hal yang penting selain kualitas produk. Untuk itu pengelola restoran harus mampu memberika pelayanan yang maksimal agar konsumen tertarik untuk berkunjung kembali. Setiap penelitian menghasilkan analisis yang berbeda-beda pada penelitian Ridwasyah 2008 , Ningsih 2009, Robiah 2009, Defieta 2009 yang menjadi keunggulan dalam strategi pemasarannya adalah produk, sedangkan pada penelitian Maulina 2009 hal ini tidak telihat karena yang menjadi keunggulan dalam pemasarannya adalah promosi. Hasil dari strategi pemasaran ini jelas berbeda karena setiap rumah makan atau restoran memiliki faktor internal dan eksternal yang berbeda pula. 10 Produk merupakan komponen yang paling penting dalam pemasaran, pengelola rumah makan harus mampu berkreasi dengan produk yang dijual atau ditawarkan. Produk harus berkualitas baik untuk dapat bersaing, selain itu produk yang unik akan mampu bertahan dan menjadi ciri khas bagi restoran, hal ini terlihat pada penelitian Defieta 2009. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa produk yang dipasarkan restoran berbentuk unik karena berbeda dari pesaing yang ada, yang dapat menjadi ciri khas restoran tersebut. Sedangkan pada penelitian Maulina 2009 yang menjadi ciri khas yang unik bagi restoran ini adalah promosi. Promosinya yang dilakukan tidak biasa, promosi dilakukan dengan sangat unik. Kegiatan promosi yang cukup efektif untuk menarik perhatian konsumen yang diselenggarakan setiap hari jumat-minggu pada pukul 20.00 WIB yang berlangsung sekitar 10 menit, dengan cara mematikan semua lampu yang ada direstoran tersebut sehingga nuansa restoran akan sangat menyeramkan.

2.3 Metode Perumusan Strategi