17
3.1.2 Pemasaran Jasa
Menurut Kotler 2002, jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak terwujud
intangible dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produk jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Jasa memiliki empat karakteristik
utama yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran Kotler 2002 yaitu : 1.
Tidak berwujud intangible Berbeda dengan produk fisik, jasa tidak terlihat, dirasa, diraba, didengar, atau
dicium sebelum membeli. Oleh karena itu tugas penyedia jasa adalah untuk mengelola bukti tersebut dan mewujudkan sesuatu yang tidak terwujud. Pemasar
jasa harus mampu mengubah jasa yang tidak terwujud menjadi manfaat yang konkrit.
2. Tidak terpisahkan inseparability
Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang memberikan jasa maka penyedianya adalah bagian dari jasa tersebut. Konsumen
juga hadir pada saat jasa dihasilkan, interaksi penyedia konsumen merupakan ciri khusus pemasaran jasa.
3. Bervariasi variability
Jasa bervariasi bergantung pada siapa yang memberikannya, kapan dan dimana diberikan.
4. Tidak tahan lama perishability
Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.
3.1.3 Tujuan Pemasaran
Menurut Rangkuti 2002 tujuan kegiatan pemasaran adalah : 1.
Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang kita hasilkan dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan mereka atas produk yang
dihasilkan.
18 2.
Perusahaan dapat menjelaskan secara detail mengenai semua kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai
kegiatan, mulai dari penjelasan mengenai produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi kepada konsumen, sampai pengiriman produk
agar sampai ketangan konsumen dengan tepat.
3.1.4 Manajemen Strategis Pemasaran
Menurut David 2008, manajemen strategis dapat didefenisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Seperti tersirat dalam defenisi, manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan
manajemen, pemasaran, keuanganakuntansi, produkoperasi, penelitian dan pengembangan dan sistem komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.
Terdapat tiga tahapan dalam strategis David, 2008 yaitu: 1. Formulasi Strategi
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. Tahap formulasi strategi terdiri
dari: a analisis lingkungan b tahap pencocokan c tahap keputusan 2. Implementasi Strategi
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya
sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi seringkali disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis.
Melaksanakan strategi berarti memobilisasikan karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Seringkali
dianggap sebagai tahap yang paling rumit dalam manajemen strategis, implementasi strategis membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan
19 pengorbanan. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer
untuk memotivasi karyawan, yang lebih tepat disebut seni daripada ilmu. 3. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategis adalah a meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang
menjadi dasar strategi saat ini, b mengukur kinerja, dan c mengambil tindakan korektif.
Dalam perumusan strategi dibutuhkan kerangka kerja yang komprehensif. Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam
kerangka pembuatan keputusan tiga tahap, seperti pada Gambar 1. Tahap 1 dari kerangka perumusan terdiri dari matriks EFE, IFE, dan Matriks
Profil Kompetitif yang disebut sebagai tahap masukan input stage. Tahap 1 meringkas informasi masukan dasar yang diperlukan untuk merumuskan startegi.
Tahap 2 disebutkan tahap pencocokan marketing stage, fokus pada upaya menghasilkan strategi alternatife yang dapat dijalankan dengan memadukan faktor-
faktor eksternal dan internal. Teknik-teknik tahap 2 terdiri dari matriks SWOT, SPACE, BCG, IE dan Matriks Grand Strategy. Tahap 3 disebut tahap keputusan
decision stage, menggunakan satu macam teknik, yaitu Quantitative Strategic Planning Matriks QSPM. QSPM menngunakan informasi masukan dari tahap 1
untuk secara objektif mengevaluasi strategi alternatif yang di defenisikan pada tahap 2. QSPM mengungkap daya tarik relatif dari strategi alternatif, oleh karena itu
menjadi dasar objektif untuk memilih strategi spesifik. Tahap selanjutnya dari model manajemen strategi ialah pelaksanaan strategi
seputar isu-isu manajemen, pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen. Isu-isu manajemen di seputar
pelaksanaan strategi termasuk menetapkan tujuan tahunan, menyusun kebijakan, mengalokasikan sumber daya, mengubah struktur organisasi yang telah ada,
restrukturisasi dan rekayasa ulang, merevisi rencana kompensasi dan intensif, meminimalkan resistensi terhadap perubahan, mengembangkan budaya yang
20 mendukung strategi, menyesuaikan proses produksi dan mengembangkan fungsi
sumber daya manusia yang efektif.
Gambar 1. Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi
Sumber : David, 2006
3.1.5 Analisis Lingkungan Perusahaan