Hasil Validasi Model DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI DAERAH

VI. DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI DAERAH

Tujuan dari simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi dampak dari skenario kebijakan dengan jalan mengubah nilai instrumen kebijakannya. Sebelum dilakukan simulasi, dilakukan validasi model untuk mengetahui apakah model yang dibangun cukup baik untuk digunakan dalam simulasi kebijakan. Tujuan melakukan validasi adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai estimasi sesuai dengan nilai aktual masing-masing variabel endogen Pyndick dan Rubinfelt, 1998. Ada beberapa kriteria statistik yang dapat digunakan dalam menilai valid tidaknya suatu model, kriteria tersebut antara lain Root mean Square Error RMSE, Root Mean Square Percent Error RMSPE dan U-Theil’s Inequality Coefficient U, serta koefisien determinasi R 2 . Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U=0 maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan naif. Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk melihat keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi. Kriteria statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Root mean Square Percent Error, U-Theil’s dan koefisien determinasi. Model cukup valid digunakan untuk simulasi kebijakan apabila memenuhi keseluruhan atau minimal salah satu kriteria berikut : nilai Root Mean Square Percent Error RMSPE di bawah 100, U-Theil’s Inequality Coefficient U mendekati 0, serta koefisien determinasi R 2 mendekati 1.

6.1 Hasil Validasi Model

Hasil validasi model desentralisai fiskal berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 5. Pembagian menjadi 6 pulau yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Pulau Lainnya yang terdiri dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, serta Maluku. Pada pulau Sumatera terlihat nilai RMSPE sebagian besar dibawah angka 100, begitu juga dengan nilai indeks U-Theil’s yang mendekati 0, sedangkan nilai koefisien determinasi R 2 menunjukkan hasil yang baik dengan variasi antara 0.50 hingga 0.93. Hal ini menunjukkan daya prediksi dari model layak untuk dilakukan simulasi. Pada blok penerimaan daerah yang terdiri dari persamaan DAU, pajak, retribusi serta bagi hasil pajak menunjukkan bahwa seluruh persamaan memenuhi kriteria validasi sehingga bisa dilakukan simulasi Pada blok pengeluaran daerah yang terdiri dari pengeluaran pembangunan sektor pertanian, sektor tenaga kerja, sektor kesehatan, sektor pendidikan, serta pengeluaran rutin menunjukkan performa yang baik untuk dilakukan simulasi, hal ini tergambar dari nilai RSMPE yang hampir seluruhnya berada dibawah 100, indeks U-Theil’s yang mendekati 0, serta koefisien determinasi yang tinggi 0.67-0.93. Sehingga seluruh persamaan pada blok pengeluaran daerah dapat disimulasi. Begitu juga dengan blok sosial ekonomi daerah yang terdiri dari persamaan PDRB, kemiskinan, serta pembangunan manusia memenuhi seluruh kriteria validasi sehingga dapat dilakukan simulasi. Nilai RMSPE pada Pulau Jawa-Bali terlihat hampir seluruhnya berada di bawah nilai 100, indeks U-Theil’s seluruhnya mendekati 0, serta koefisien determinasi R 2 hampir seluruhnya diatas 0.5. Hal ini menunjukkan bahwa daya prediksi dari model sudah valid untuk simulasi kebijakan. Pada blok penerimaan semua memenuhi kriteria nilai RMSPE dibawah 100, nilai U-Theil’s mendekati 0, serta nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi. Blok pengeluaran daerah hampir seluruh persamaan yang ada menunjukkan nilai RMSPE yang melebihi 100, namun nilai U-Theil’s cukup kecil pada kisaran 0.11-0.18 serta koefisien determinasi yang cukup tinggi 0.76-0.98. Begitu juga dengan blok sosial ekonomi daerah, memiliki nilai RMSPE berada dibawah 100, indeks U-Theils’s mendekati 0, serta koefisien determinasi bervariasi dari 0.33 hingga 0.89. Seluruh persamaan pada blok-blok yang ada memenuhi seluruh kriteria untuk dilakukan simulasi. Seluruh kriteria statistik yang digunakan untuk melihat valid tidaknya suatu model juga menunjukkan performa yang baik di Pulau Kalimantan. Walaupun nilai RMSPE masih ada yang diatas 100, namun indeks U-Theil’s seluruhnya mendekati 0, serta nilai koefisien determinasi yang bervariasi dari 0.33 hingga 0.93. Bila dilihat menurut blok, maka pada blok penerimaan daerah nilai RMSPE menunjukkan nilai dibawah 100, kecuali persamaan retribusi. Indeks U-Theil’s berada pada kisaran 0.12-0.31, serta koefisien determinasi terendah sebesar 0.67 dan tertinggi sebesar 0.76. Pada blok pengeluaran daerah semua persamaan juga cukup valid untuk dilakukan simulasi, yang ditandai dengan nilai RMSPE dibawah 100 , indeks U-Theil’s yang rendah hingga mendekati 0, serta koefisien determinasi yang cukup tinggi 0.80-0.93. Persamaan pada blok sosial ekonomi daerah seluruhnya juga memenuhi kriteria untuk dilakukan simulasi kebijakan. Seperti pulau-pulau besar lainnya, validasi model di Pulau Sulawesi juga menunjukkan hasil yang cukup baik untuk dilakukan simulasi. Walaupun nilai RMSPE ada yang diatas 100, namun indeks U-Theil’s mendekati 0, serta koefisien determinasi R 2 yang cukup besar yaitu pada kisaran 0.62 hingga 0.95. Pada blok penerimaan daerah menunjukkan persamaan pajak dan bagi hasil pajak memiliki nilai RMSPE diatas 100, namun nilai U-Theil’s mendekati 0, serta koefisien determinasi yang cukup tinggi. Pada blok pengeluaran daerah hampir seluruh persamaan memiliki nilai RMSPE yang cukup tinggi, namun indeks U- Theil’s mendekati 0 pada kisaran 0.06-0.19, serta koefisien determinasi yang cukup tinggi 0.80 hingga 0.96. Pada blok pembangunan sosial ekonomi daerah, semua persamaan memiliki nilai RMSPE dibawah 100, U-Theil’s mendekati 0, serta koefisien determinasi berada pada kisaran 0.62 hingga 0.86, sehingga seluruh persamaan pada blok-blok yang ada memenuhi seluruh kriteria untuk dilakukan simulasi. Hasil validasi pada Pulau Papua menunjukkan nilai RMSPE yang bervariasi dari 3.42 hingga 368. Walaupun ada persamaan yang memiliki nilai RMSPE diatas 100 namun nilai U-Theil’s seluruh persamaan mendekati 0, dan nilai koefisien determinasi yang cukup bervariasi dari 0.42 hingga 0.99, dengan demikian seluruh persamaan pada blok-blok yang ada memenuhi kriteria untuk dilakukan simulasi. Pada pulau lainnya Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur-Maluku, terlihat nilai RMSPE yang seluruhnya diatas 100, indeks U-Theil’s mendekati 1, serta koefisien determinasi yang cukup rendah pada kisaran 0.01 hingga 0.76. Dengan demikian seluruh persamaan pada Pulau Lainnya tidak memenuhi salah satu kriteria, sehingga tidak dapat dilakukan simulasi. Pada blok penerimaan daerah seluruh persamaan memiliki nilai RMSPE jauh diatas 100, indeks U-Theil’s pada blok ini semuanya menjauhi 0, serta nilai koefisien determinasi yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan persamaan pada blok ini untuk dilakukan simulasi. Pada blok pengeluaran daerah hampir seluruh persamaan memiliki nilai RMSPE diatas 100, hanya persamaan pengeluaran rutin yang memiliki nilai RMSPE dibawah 100. Begitu pula dengan indeks U-Theil’s yang seluruhnya mendekati 1, serta koefisien determinasi yang hampir seluruh rendah Begitu juga dengan blok sosial ekonomi daerah, semua persamaan memiliki indeks U-Theil’s mendekati 1, nilai RMSPE diatas 100, serta hampir seluruh persamaan memiliki koefisien determinasi dibawah 0.5. Dari uraian penjelasan hasil validasi model di atas, dapat disimpulkan bahwa model hubungan desentralisasi fiskal dan pembangunan sosial ekonomi daerah yang dibangun cukup layak untuk digunakan dalam simulasi pada Pulau Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, serta Papua, sedangkan pada Pulau Lainnya tidak memenuhi semua kriteria validasi sehingga tidak bisa dilakukan simulasi.

6.2 Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah di Indonesia