Peningkatan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Sebesar 20

pembangunan serta pengeluaran rutin pun sangat kecil, masing-masing sebesar 0.17 serta 0.04. Peningkatan pengeluaran tentunya akan mempengaruhi kinerja sosial ekonomi daerah. Hanya saja pengaruh peningkatan pengeluaran yang berasal dari pajak masih sangat kecil terhadap perekonomian di Pulau Papua. Hal ini disebabkan karena kecilnya kontribusi pajak daerah dalam pembentukan penerimaan. Dampak dari peningkatan pengeluaran sebagai akibat peningkatan pajak daerah hanya mampu meningkatkan PDRB sebesar 0.08, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.002, serta menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0.047. Dari gambaran diatas terlihat bahwa peningkatan pajak sebesar 20 memberikan dampak yang paling efektif di Pulau Jawa-Bali yang ditandai dengan peningkatan PDRB sebesar 0.36, penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0.25, serta meningkatkan pembangunan manusia sebesar 0.04. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat sumber penerimaan dari pajak di Pulau Jawa-Bali lebih besar dibandingkan pulau lainnya. Dibandingkan dengan dampak peningkatan DAU, maka dampak peningkatan pajak masih sangat kecil, hal ini mengindikasikan masih sulitnya pemerintah daerah dalam menggali potensi pajak daerah.

6.2.3 Peningkatan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Sebesar 20

Setelah desentralisasi fiskal, kontribusi bagi hasil pajak dan bukan pajak terhadap dana transfer mengalami penurunan. Penurunan kontribusi ini disebabkan karena pertumbuhan bagi hasil pajak tidak mampu mengimbangi pertumbuhan dana transfer yang mengalami peningkatan signifikan akibat meningkatnya dana alokasi umum. Peningkatan BHPBP sebesar 20 memberikan dampak pada peningkatan dana perimbangan di Pulau Sumatera sebesar 5.15. Peningkatan ini menyebabkan total penerimaan di Pulau Sumatera mengalami peningkatan sebesar 3.92. Peningkatan penerimaan direspon pemerintah daerah dengan meningkatkan pengeluaran pembangunan sebesar 3.36 dan pengeluaran rutin sebesar 6.10 sehingga total pengeluran meningkat sebesar 5.10. Peningkatan pengeluaran daerah sebagai akibat dari peningkatan BHPBP menyebabkan meningkatnya PDRB sebesar 0.97, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.03, serta mampu menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0.75. Pada Pulau Jawa-Bali, dampak peningkatan BHPBP sebesar 20 menyebabkan dana perimbangan mengalami peningkatan sebesar 5.11. Peningkatan dana perimbangan yang disertai peningkatan pada pendapatan asli daerah mendorong peningkatan total penerimaan sebesar 3.63. Respon pemerintah daerah terhadap peningkatan penerimaan ini adalah dengan meningkatkan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan masing-masing sebesar 4.87 dan 4.36, sehingga total pengeluaran meningkat sebesar 4.72. Peningkatan pengeluaran tersebut mampu menggerakan perekonomian sehingga dapat tumbuh sebesar 0.75. Disamping itu pembangunan sosial juga mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya pembangunan manusia sebesar 0.08 dan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0.52. Tabel 30 Dampak peningkatan bagi hasil pajak dan bukan pajak 20 terhadap kinerja fiskal daerah Kawasan Barat Indonesia Kawasan Timur Indonesia Variabel Endogen Suma Tera Jawa- Bali Kaliman tan Sulawesi Papua Pajak 0.656 0.380 0.762 1.253 1.552 Retribusi 0.156 0.099 0.290 0.146 0.402 PAD 0.459 0.302 0.545 0.672 0.827 DAU 0.695 0.765 0.757 0.497 0.285 Dana Perimbangan 5.150 5.111 5.446 4.279 2.408 Kapasitas Fiskal 12.501 9.431 13.249 14.924 15.136 Total Penerimaan 3.923 3.635 4.341 3.722 1.700 Pengeluaran Kesehatan 3.974 3.422 4.502 3.835 1.672 Pengeluaran pendidikan 4.858 3.657 5.665 5.664 1.878 Pengeluaran Pertanian 1.425 2.232 1.517 0.959 0.855 Pengeluaran Tenaga Kerja 3.419 3.346 3.800 3.027 1.565 Pengeluaran Pembangunan 3.362 4.362 2.780 4.136 1.087 Pengeluaran Rutin 6.099 4.866 6.595 5.849 2.655 Total Pengeluaran 5.099 4.720 4.947 5.359 1.974 Sumber : Data diolah Peningkatan BHPBP di Pulau Sulawesi menyebabkan meningkatnya dana perimbangan sebesar 4.28, serta memberikan stimulus pada peningkatan PAD. PAD meningkat sebesar 0.67 yang disumbangkan oleh peningkatan pajak sebesar 1.25 dan peningkatan retribusi sebesar 0.15. Peningkatan pada BHPBP menyebabkan peningkatan pada total penerimaan sebesar 3.72, yang kemudian direspon oleh pemerintah daerah dengan meningkatkan pengeluaran. Total peningkatan pengeluaran daerah sebesar 5.36 yang dialokasikan untuk peningkatan pengeluaran pembangunan sebesar 4.14 dan pengeluaran rutin sebesar 5.85. Peningkatan pengeluaran daerah sebagai akibat dari meningkatnya BHPBP menyebabkan peningkatan PDRB sebesar 1.50, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.02, serta menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0.55. Tabel 31 Dampak peningkatan bagi hasil pajak dan bukan pajak 20 terhadap pembangunan sosial ekonomi daerah Kawasan Barat Indonesia Kawasan Timur Indonesia Variabel Endogen Suma tera Jawa- Bali Kaliman tan Sulawesi Papua PDRB Primer 0.533 0.695 0.572 0.640 0.644 PDRB Sekunder 1.244 0.612 1.182 3.704 2.661 PDRB Tertier 1.143 0.907 1.145 1.660 1.535 Total PDRB 0.972 0.751 0.982 1.504 1.385 Kemiskinan 0.746 0.516 1.547 0.555 0.840 Pembangunan Manusia 0.032 0.082 0.033 0.019 0.027 Sumber : Data diolah Dampak peningkatan BHPBP sebesar 20 untuk Pulau Kalimantan memiliki kemiripan dengan dampak pulau lainnya, yaitu peningkatan perekonomian yang ditandai dengan meningkatnya PDRB sebesar 0.98, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.03, serta menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1.55. Begitu juga dengan peningkatan BHPBP di Pulau Papua, mengakibatkan peningkatan pada PDRB sebesar 1.38, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.03, dan menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 0.84. Daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam berlimpah seperti Pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Papua paling merasakan dampak dari kenaikan BHPBP.

6.2.4 Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian Sebesar 50