Pembangunan Manusia Blok Sosial Ekonomi Daerah .1 Produk Domestik Regional Bruto

menurunkan tingkat kemiskinan sekaligus memotong rantai kemiskinan adalah dengan meningkatkan pendidikan penduduk miskin. Populasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Peningkatan jumlah populasi akan menimbulkan berbagai permasalahan baru, apabila peningkatan populasi tidak diiringi dengan peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan stok pangan akan menyebabkan penduduk miskin semakin bertambah. Hasil ini memberikan masukkan penting kepada pemerintah dalam membuat kebijakan yang terkait pengaturan jumlah populasi dalam rangka mengurangi jumlah penduduk miskin.

5.3.3 Pembangunan Manusia

Hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja, rata-rata lama sekolah, serta jumlah pengeluaran pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembangunan manusia. Jika dilihat dari nilai elastisitas pengeluaran pemerintah sebesar 0.0076 menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sebagai sumber pembiayaan yang mencerminkan komitmen pemerintah daerah dalam upaya pembangunan manusia belum mampu memberikan kontribusi yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa nilai indikator pembangunan manusia lebih dominan dipengaruhi peran dari swasta dan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan masnusia. Temuan ini memperkuat hasil studi yang dilakukan BPS-UNDP-Bappenas dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia tahun 2004 yang menyatakan “ besarnya pengeluaran pembangunan oleh pemerintah untuk prioritas sosial tidak selamanya mampu meningkatkan pelayanan publik dibidang sosial yang nantinya akan terekam dalam IPM. Tetapi justru pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan maupun kesehatan yang mempunyai keterkaitan langsung dengan IPM”. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan besaran alokasi pengeluaran pemerintah bagi perbaikan kualitas sebagai bentuk peningkatan peran dalam pembangunan manusia. Peran pengeluaran pemerintah sangat penting terkait dengan ketersediaan akses. Terutama akses bagi kebutuhan pokok seperti pendidikan dan kesehatan. Ketersediaan bagi kebutuhan pokok tersebut tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada swasta, karena dapat berdampak pada tingginya harga pelayanan, sehingga hanya dapat diakses oleh sebagian masyarakat mampu saja. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung daru kualitas pendidikan. Dalam penelitian ini pendidikan di proxy dengan rata-rata lama sekolah, makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan akan makin meningkatkan kualitas masyarakat dalam penguasaan pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah berkorelasi positif dan signifikan dengan pembangunan manusia, artinya semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan mencerminkan semakin tinggi pula taraf pembangunan manusia suatu daerah. Tabel 25 Faktor-faktor yang memengaruhi pembangunan manusia Elastisitas Variabel Parameter Estimasi t- statistik Prob Jangka Pendek Jangka Panjang Label Variabel Intercep 40.6912300 48.2582 0.0000 - - Tk 0.0000001 2.4158 0.0157 0.0037 1.0037 Tenaga Kerja RLS 3.5736450 30.7230 0.0000 0.3852 1.6265 Rata-rata lama sekolah Texpd 0.0000001 4.0711 0.0000 0.0076 1.0077 Total pengeluaran DDF 0.0143940 0.0505 0.9597 - - Dummy desentralisasi F hitung = 371.88 R 2 Adj= 0.7668 D h = 0.199 Sumber : Data diolah Faktor lainnya yang berpengaruh positif terhadap pembangunan manusia adalah penyerapan tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja yang terserap pada suatu daerah diharapkan akan meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Peningkatan pendapatan akan mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan primer berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan serta akses pelayanan publik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasana 2009, yang menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pembangunan manusia di daerah kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah

VI. DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PEMBANGUNAN SOSIAL EKONOMI DAERAH

Tujuan dari simulasi kebijakan adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi dampak dari skenario kebijakan dengan jalan mengubah nilai instrumen kebijakannya. Sebelum dilakukan simulasi, dilakukan validasi model untuk mengetahui apakah model yang dibangun cukup baik untuk digunakan dalam simulasi kebijakan. Tujuan melakukan validasi adalah untuk mengetahui sejauh mana nilai estimasi sesuai dengan nilai aktual masing-masing variabel endogen Pyndick dan Rubinfelt, 1998. Ada beberapa kriteria statistik yang dapat digunakan dalam menilai valid tidaknya suatu model, kriteria tersebut antara lain Root mean Square Error RMSE, Root Mean Square Percent Error RMSPE dan U-Theil’s Inequality Coefficient U, serta koefisien determinasi R 2 . Statistik RMSPE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur nilai-nilai aktualnya dalam ukuran relatif, atau seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0. Jika U=0 maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan naif. Koefisien determinasi R 2 digunakan untuk melihat keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi. Kriteria statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Root mean Square Percent Error, U-Theil’s dan koefisien determinasi. Model cukup valid digunakan untuk simulasi kebijakan apabila memenuhi keseluruhan atau minimal salah satu kriteria berikut : nilai Root Mean Square Percent Error RMSPE di bawah 100, U-Theil’s Inequality Coefficient U mendekati 0, serta koefisien determinasi R 2 mendekati 1.

6.1 Hasil Validasi Model

Hasil validasi model desentralisai fiskal berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 5. Pembagian menjadi 6 pulau yaitu