Pembangunan Manusia GAMBARAN UMUM

Darussalam. Perlambatan perekonomian yang terjadi di sebagian besar provinsi menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara nasional ikut melambat menjadi 4.55. Melihat perkembangan pertumbuhan antar provinsi serta ketimpangan pertumbuhan sejak sebelum desentralisasi dan sesudah desentralisasi, tampak bahwa ada suatu indikasi yang membaik sejak diterapkannya desentralisasi. Hal ini terutama ditandai dengan meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi serta semakin kecilnya jarak ketimpangan pertumbuhan antar provinsi.

4.4 Pembangunan Manusia

Perkembangan pembangunan manusia di Indonesia sangat tergantung pada alokasi hasil pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memungkinkan penduduk untuk mengalokasikan pengeluaran pembangunannya menjadi lebih besar. Sementara itu, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan relatif masih rendah dibandingkan pengeluaran rutin. Sampai dengan tahun 1996 tingkat pembangunan manusia regional cukup mengagumkan, seperti tampak dari berkurangnya kemiskinan dan membaiknya tingkat harapan hidup dan melek huruf BPS-Bappenas-UNDP, 2001. Namun pencapaian tersebut segera mendapatkan tantangan ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997. Akibat krisis ekonomi, tidak satupun provinsi yang tidak mengalami penurunan IPM, sehingga IPM 1999 menjadi lebih rendah dari IPM 1996 Tabel 10. Tahun 2002 IPM kembali mengalami perbaikan, namun perbaikan tersebut pada umumnya belum menyamai tingkat IPM tahun 1996. Hanya ada satu provinsi yang mampu melampaui IPM 1996, yakni Nusa Tenggara Barat NTB yang merupakan salah satu kantung kemiskinan di Indonesia. Karena IPM provinsi NTB berada pada tingkat yang relatif sangat rendah, sehingga terpaan krisis ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya. Dengan sedikit stimulus akan relatif mudah untuk kembali ke kondisi awal. UNDP membedakan tingkat IPM berdasarkan tingkat klasifikasi yakni : low IPM kurang dari 50, lower-medium IPM antara 50 dan 65.99, upper medium IPM antara 66 dan 79.99 serta high IPM 80 ke atas. Memperhatikan Tabel 10 dapat dilihat rentang IPM provinsi di Indonesia dari tahun 1996 hingga 2009 adalah dari 54.2 NTB,1999 sampai dengan 77.36 DKI, 2009. Berarti IPM regional Indonesia termasuk kategori menengah bawah lower-medium sampai menengah atas upper-medium. Tahun 2009, IPM regional tingkat menengah bawah masih diduduki provinsi Papua dan NTB. Tabel 10 Indeks pembangunan manusia di Indonesia tahun 1996-2009 T A H U N Provinsi 1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 NAD 69.4 65.3 66.0 68.7 69.0 69.4 70.3 70.8 71.3 Sumut 70.5 66.6 68.8 71.4 72.0 72.5 72.8 73.3 73.80 Sumbar 69.2 65.8 67.5 70.5 71.2 71.7 72.2 73.0 73.4 Riau 70.6 67.3 69.1 72.2 73.6 73.8 74.6 75.1 75.6 Jambi 69.3 65.4 67.1 70.1 71.0 71.3 71.5 72.0 72.4 Sumsel 68.0 63.9 66.0 69.6 70. 2 71.1 71.4 72.0 72.6 Bengkulu 68.4 64.8 66.2 69.9 71.1 71.3 71.6 72.1 72.6 Lampung 67.6 63.0 65.8 68.4 68.6 69.4 69.8 70.3 70.9 DKI 76.1 72.5 75.6 75.8 76.1 76.3 76.6 77.0 77.4 Jabar 68.2 64.6 65.8 69.1 69.9 70.3 70.7 71.1 71.6 Jateng 67.0 64.6 66.3 68.9 69.8 70.3 70.9 71.6 72.1 Yogyakarta 71.8 68.7 70.8 72.9 73.5 73.7 74.2 74.9 75.2 Jatim 65.5 61.8 64.1 66.8 68.4 69.2 69.8 70.4 71.1 Bali 70.1 65.7 67.5 69.1 69.8 70.1 70.5 71.0 71.5 NTB 56.7 54.2 56.8 60.6 62.4 63.0 63.7 64.1 64.7 NTT 60.9 60.4 60.3 62.7 63.6 64.8 65.4 66.1 66.6 Kalbar 63.6 60.5 62.9 65.4 66.2 67.1 67.5 68.2 68.8 Kalteng 71.3 66.7 69.1 71.7 73.2 73.4 73.5 73.9 74.4 Kalsel 66.3 62.2 64.3 66.7 67.4 67.8 68.0 68.7 69.3 Kaltim 71.4 67.8 70.0 72.2 72.9 73.3 73.8 74.5 75.1 Sulut 71.8 67.1 71.3 73.4 74.2 74.4 74.7 75.2 75.7 Sulteng 66.4 62.8 64.4 67.3 68.5 68.9 69.3 70.1 70.7 Sulsel 66.0 63.6 65.3 67.8 68.1 68.8 69.6 70.2 70.9 Sultra 66.2 62.9 64.1 66.7 67.5 67.8 68.3 69.0 69.5 Maluku 68.2 67.2 66.5 69.0 69.2 69.7 70.0 70.4 71.0 Papua 60.2 58.8 60.1 60.9 62.1 62.8 63.4 64.0 64.5 Indonesia 67.7 64.3 65.8 68.7 69.6 70.1 70.6 71.2 71.8 Sumber : BPS Tabel 10 juga memperlihatkan bahwa kemajuan IPM ternyata tidak didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa atau Indonesia bagian barat saja, tetapi relatif menyebar. IPM tertinggi setelah DKI Jakarta adalah Provinsi Sulut dan diikuti oleh Provinsi Riau. Menurunnya IPM Indonesia sebagai akibat dari krisis ekonomi sebenarnya disebabkan oleh faktor daya beli masyarakat yang terpuruk akibat meningkatnya inflasi. Daya beli masyarakat merupakan salah satu komponen dalam komposit IPM. Tabel 11 menunjukkan bahwa hanya komponen purchasing power parity paritas daya beli yang mengalami penurunan setelah terjadinya krisis ekonomi. Komponen lainnya sama sekali tidak terganggu secara signifikan. Bahkan indeks pendidikan yang direpresentasikan oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Fakta diatas memberikan kesimpulan bahwa krisis ekonomi hanya mempengaruhi pembangunan manusia pada aspek ekonomi saja. Tabel 11 Perkembangan komponen indeks pembangunan manusia di Indonesia tahun 1996-2009 T A H U N Komponen 1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Angka harapan hidup tahun 64.4 66.2 66.2 67.6 68.1 68.5 68.7 69.0 69.2 Angka melek huruf 85.5 88.4 89.5 90.4 90.9 91.5 91.9 92.2 92.6 Rata-rata lama sekolah tahun 6.3 6.7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.5 7.7 Daya beli 587.4 578.8 591.2 614.1 619.9 621.3 624.4 628.3 631.5 I P M 67.7 64.3 65.8 68.7 69.6 70.1 70.6 71.2 71.8 Sumber : BPS Perkembangan IPM ditentukan oleh perkembangan indikator kompositnya. Dalam kurun waktu empat belas tahun 1996-2009 umumnya indikator tersebut berkembang secara steady, kecuali indikator paritas daya beli. Indikator ini seperti telah dibahas sebelumnya berkaitan langsung dengan income penduduk, yang dipengaruhi oleh kinerja perekonomian. Jika perekonomian kondusif, maka akan tercipta iklim berekonomi yang prospektif. Selanjutnya, diharapkan akan terbuka kesempatan bagi penduduk untuk meningkatkan pendapatannya, dan pada gilirannya akan meningkatkan daya beli masyarakat. Kondusif tidaknya perekonomian yang dimaksud terutama ditentukan oleh perkembangan harga inflasi. Inflasi tinggi akan langsung menurunkan daya beli masyarakat. Sehingga pengendalian terhadap laju inflasi menjadi sangat penting dalam menjaga dan menumbuhkan daya beli masyarakat.

4.5 Kemiskinan