1.2 Perumusan masalah
Pemerintah daerah dalam era desentralisasi mendapatkan keleluasaan yang lebih besar dalam mengelola keuangannya. Keleluasaan yang dimiliki diharapkan
dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah untuk mendorong terciptanya pembangunan sosial ekonomi.
Dengan demikian maka pokok permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan kinerja fiskal dan pembangunan sosial ekonomi daerah
di Indonesia pada periode 1996-2009? 2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penerimaan, pengeluaran pemerintah daerah, serta pembangunan sosial ekonomi daerah di Indonesia?
3. Bagaimana dampak desentralisasi fiskal terhadap penerimaan dan pengeluaran
pemerintah daerah di Indonesia? 4.
Bagaimana dampak perubahan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah terhadap pembangunan sosial ekonomi daerah di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah:
1. Mendeskripsikan perkembangan kinerja fiskal, serta pembangunan sosial
ekonomi daerah di Indonesia pada periode 1996-2009. 2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan, pengeluaran pemerintah daerah, serta pembangunan sosial ekonomi daerah di Indonesia
3. Menganalisis dampak desentralisasi fiskal terhadap penerimaan dan
pengeluaran pemerintah daerah di Indonesia 4.
Menganalisis dampak perubahan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah terhadap pembangunan sosial ekonomi daerah di Indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah :
1. Bagi pemerintah, dapat dijadikan pertimbangan pengambilan kebijakan
pembangunan wilayah dalam penyusunan program pembangunan wilayah. 2.
Bagi mahasiswa dan peneliti yang berminat dalam permasalahan desentralisasi fiskal sebagai bahan kajian dan perbandingan kasus
desentralisasi fiskal di Indonesia.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap seluruh provinsi di wilayah Indonesia dalam kurun waktu dari tahun 1996 hingga tahun 2009. Jumlah provinsi mengikuti
keadaan tahun 1996, dimana jumlahnya sebanyak 26 provinsi, sehingga provinsi yang mekar setelah itu datanya diagregasikan ke provinsi induk. Penelitian
terhadap pengeluaran pemerintah dilakukan dengan cara menjumlahkan masing- masing komponen pengeluaran pemerintah setiap kabupatenkota dan provinsi
dari setiap provinsi di Indonesia. Komponen pengeluaran pemerintah provinsi merupakan penjumlahan seluruh komponen pengeluaran pemerintah di
kabupatenkota dan provinsi. Alasan penelitian pada level provinsi adalah bahwa apabila melihat tren
perekonomian dunia maka integrasi ekonomi perlu diperkuat di tingkat provinsi. Otonomi daerah terbesar memang dimiliki pemerintah kabupatenkota namun
harus disadari bahwa perekonomian kabupatenkota tergolong perekonomian berskala kecil dengan segala keterbatasan dan potensi inefisiensi. Perekonomian
dengan skala tersebut, sulit diharapkan bahwa perekonomian kabupatenkota tersebut dapat berdiri sendiri apalagi menjadi perekonomian yang kompetitif.
Dengan memakai analog negara-negara Eropa seperti Belanda, Austria, Belgia dimana negara-negara tersebut mengalami stagnasi ekonomi dan tidak akan
mampu bersaing dengan negara ekonomi besar seperti Amerika Serikat, maka kabupatenkota di Indonesia berada dalam posisi tersebut dan tidak akan banyak
bersuara dalam percaturan ekonomi nasional apalagi regional dan global. Keberadaan Uni Eropa telah mengubah percaturan dunia dimana kekuatan
ekonominya menjadi sangat diperhitungkan raksasa ekonomi lain seperti Amerika Serikat, Cina, dan Rusia. Setiap negara anggota Uni Eropa tetap mempertahankan
kedaulatan negaranya namun secara ekonomi para anggota tersebut sepakat untuk
mengintegrasikan ekonomi lokalnya kedalam ekonomi wilayah yaitu ekonomi Eropa.
Dalam kasus Indonesia, integrasi ekonomi ditingkat provinsi merupakan suatu keniscayaan yang dapat membantu menjaga daya saing ekonomi nasional.
Kabupatenkota tidak akan kehilangan status daerah otonomnya teteapi mereka secara sadar mengintegrasikan ekonomi lokalnya ke dalam sistem ekonomi
provinsi yang mempunyai skala ekonomi lebih besar dan lebih menjamin efisiensi. Integrasi ekonomi ditingkat provinsi ini sekaligus memberikan peran
lebih jelas kepada provinsi sebagai panglima ekonomi daerah dengan tugas mengangkat perekonomian daerah dan menunjang semaksimal mungkin
perekonomian nasional Brodjonegoro, 2009. Pembangunan sosial ekonomi daerah dalam penelitian ini dilihat dari
beberapa indikator sebagai berikut : 1.
Pertumbuhan ekonomi , yang dilihat dari penambahan PDRB atas dasar harga konstan pada masing-masing provinsi.
2. Kemiskinan, yang dilihat dari jumlah penduduk miskin pada setiap
provinsi. 3.
Pembangunan manusia, yang dilihat dari angka indeks pembangunan manusia pada masing-masing provinsi.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN