PDRB Sektoral Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kemiskinan

c. Terminologi Kemiskinan Lainnya

Kemiskinan memiliki banyak wajah dan pengertian. Salah satu wajah kemiskinan adalah dimana orang kelaparan. Kemiskinan juga adalah kondisi dimana orang tidak memiliki tempat tinggal. Kemiskinan juga adalah kondisi dimana orang sakit tidak kuasa untuk pergi ke dokter. Kemiskinan juga adalah kondisi dimana anak-anak tidak mampu bersekolah dan buta huruf. Kemiskinan juga adalah kondisi dimana orang tidak memiliki pekerjaan sehingga masa depannya tidak pasti. Kemiskinan juga adalah kondisi dimana orang terpaksa tinggal dengan sanitasi yang buruk dan kesulitan memperoleh air bersih. Kemiskinan juga adalah kondisi tidak berdaya dan tidak terwakili secara politik. Dari semua wajah itu, Bank Dunia menyimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana orang ingin lepas darinya Bank Dunia, 2006. Lebih jauh, suatu konsep pandangan mengenai kemiskinan yang lebih luas dan filosofis dinyatakan oleh pemenang Nobel, Amartya Sen sebagai Capability Approach terhadap well being. Pendekatan ini melewati batasan pandangan mengenai kemiskinan yang konvensional dimana konsep ini memasukan dimensi- dimensi kemiskinan yang sifatnya lebih fundamental yang meliputi kerentanan terhadap resiko, kurangnya hak bersuara dalam masyarakat, dan ketidakberdayaan. Kapabilitas-kapabilitas penting yang harus dimiliki setiap orang tidak saja mencakup kecukupan sumberdaya pemenuhan kebutuhan- kebutuhan pokok essential needs saja seperti pangan, sandang, dan papan saja., tetapi juga mencakup akses terhadap pendidikan, kesehatan, keamanan dan kekuatan-kekuatan perusak violence. Dalam hal ini, negaralah yang berkewajiban untuk merealisasikannya, mengingat mekanisme pasar tidak mungkin bisa menyelesaikan masalah tersebut.

2.1.8 Faktor yang Memengaruhi Tingkat Kemiskinan

Pada level negara atau wilayah, faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan meliputi PDRB sektoral, besarnya anggaran pemerintah dan tingkat pendidikan. Faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

2.1.8.1 PDRB Sektoral

Peubah PDRB sektoral menggambarkan jumlah output agregat sektor yang dihasilkan suatu daerah. Peningkatan nilai PDRB sektoral menurut harga konstan menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi sektoral. Pertumbuhan ekonomi menurut teori ekonomi mengindikasikan semakin banyak kesempatan kerja yang tercipta dan semakin banyak orang yang bekerja, sehingga akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan. PDRB sektoral per tenaga kerja menurut harga konstan merupakan nilai PDRB sektoral menurut harga konstan tahun 2000 dibagi dengan jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. PDRB sektor pertanian, PDRB sektor industri dan PDRB sektor jasa per tenaga kerja juga digunakan untuk mengetahui secara langsung kesempatan kerja yang terjadi juga menyebar di sektor dimana penduduk miskin berada melalui peningkatan produktivitas. Selain itu, secara tidak langsung digunakan untuk mengetahui efektivitas kebijakan pemerintah dalam proses redistribusi manfaat pertumbuhan yang diperoleh dari sektor pertanian maupun dari sektor industri dan sektor jasa yang ditengarai memberikan kontribusi terhadap pengurangan jumlah penduduk miskin Siregar dan Wahyuniarti, 2007. Pengaruh kegiatan ekonomi menurut sektoral terhadap pengurangan kemiskinan juga dikemukakan oleh Montalvo dan Ravallion 2009 dengan menguji hipotesis pola pertumbuhan sektoral. Kegiatan ekonomi menurut sektor memiliki dampak pengurangan kemiskinan secara keseluruhan yang independen terhadap pertumbuhan ekonomi aggregat. Hipotesis tersebut berdasarkan dua alasan. Pertama, kerelevanan ketidakmerataan antar sektor yang cukup besar menyebabkan pola pertumbuhan antar sektor secara sistematis akan merubah distribusi pendapatan dan lebih luas lagi pada tingkat kemiskinan dengan tingkat rata-rata pendapatan tertentu. Secara intuisi, jika pertumbuhan ekonomi sangat intens dalam sektor-sektor tersebut dan tidak memberikan manfaat kepada penduduk miskin maka akan meningkatkan ketidakmerataan, dampaknya akan mengurangi manfaat pertumbuhan secara keseluruhan bagi penduduk miskin. Kedua , komposisi kegiatan ekonomi menurut sektor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat ketidakmerataan awal. Hal ini akan tetap berlangsung bila proses pertumbuhan berikutnya bersifat netral atau semua pendapatan tumbuh dengan tingkat yang sama. Secara intuisi, ketika penduduk miskin memiliki share pendapatan yang rendah terhadap total pendapatan, mereka akan cenderung memiliki share manfaat aggregat pendapatan yang lebih rendah selama proses pertumbuhan ekonomi. Secara empiris, distribusi pendapatan awal telah diketahui mempunyai peran yang sangat penting bagi dampak berikutnya dari pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan. Menurut Tambunan 2006, hubungan antara peningkatan output sektoral dan kemiskinan adalah efek trickle down dari peningkatan output sektoral dalam bentuk peningkatan kesempatan kerja dan peningkatan upahgaji riil. Pertumbuhan ekonomi sektoral bisa menjadi suatu alat yang efektif bagi pengurangan kemiskinan dengan asumsi ada mekanisme yang diperlukan untuk memfasilitasi trickle down manfaat pertumbuhan ekonomi sektoral kepada penduduk miskin. Kerangka pemikiran hubungan pertumbuhan ekonomi sektoral dan pengurangan kemiskinan dapat ditunjukkan dalam Gambar 3. Pada saat output meningkat maka kesempatan kerja juga bertambah sehingga mengakibatkan jumlah pengangguran berkurang. Penduduk akan memiliki sumber pendapatan baru maupun tambahan pendapatan, yang selanjutnya menurunkan jumlah penduduk miskin. Peningkatan output juga memberikan pengaruh terhadap laju inflasi, semakin banyak output yang dipasarkan akan menekan peningkatan harga domestik, bahkan dapat menurunkan laju inflasi sehingga akan menyebabkan peningkatan pendapatan riil. Peningkatan pendapatan riil ini akan menurunkan garis kemiskinan riil dan berdampak pada pengurangan jumlah penduduk miskin. Sumber: Tambunan 2006 Gambar 3 Kerangka hubungan pertumbuhan ekonomi sektoral dan pengurangan kemiskinan. Kerangka pemikiran tersebut didasarkan pada beberapa studi empiris lintas negara yang menguji relasi antara pertumbuhan output sektoral dan pengurangan Pertumbuhan ekonomi sektoral peningkatan output Peningkatan kesempatan kerja Peningkatan upahgaji riil Pengurangan Kemiskinan kemiskinan. Studi yang dilakukan Ravallion dan Datt 1996 dengan memakai data dari India menemukan bahwa pertumbuhan output di sektor primer khususnya pertanian, jauh lebih efektif dalam menurunkan kemiskinan dibandingkan sektor-sektor sekunder. Sektor sekunder tidak memberikan dampak yang berarti terhadap penurunan kemiskinan. Demikian juga, studi Kakwani 2001 melaporkan hasil yang sama untuk kasus di Philipina. Dalam studinya ditemukan bahwa sektor pertanian mempunyai elastisitas yang lebih tinggi dibanding sektor industri dan jasa.

2.1.8.2 Pengeluaran APBD