meningkat sebesar 9.27. Dampak dari meningkatnya DAU sebesar 16 menyebabkan peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 13.31. Besarnya
peningkatan pengeluaran pemerintah yang disertai pengalokasian pada sektor- sektor yang diduga dapat meningkatkan kesejahteraan menyebabkan bergeraknya
roda perekonomian di Pulau Sulawesi yang ditandai dengan peningkatan PDRB sebesar 3.73. Selain itu tingkat kemiskinan juga berkurang sebesar 1.38, serta
pembangunan manusia meningkat sebesar 0.05. Pada Pulau Papua peningkatan DAU sebesar 16 memberikan stimulus
terhadap peningkatan PAD sebesar 4.74. Selain itu dana perimbangan juga meningkat sebesar 11.71. Peningkatan kedua komponen penerimaan ini
menyebabkan total penerimaan daerah di Pulau Papua meningkat sebesar 8.29. Peningkatan penerimaan menyebabkan total pengeluaran meningkat sebesar
10.11. Bila dilihat dari sisi pengeluaran, peningkatan pengeluaran rutin lebih besar dari peningkatan pengeluaran pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan dana alokasi umum sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan rutin seperti belanja pegawai serta belanja barang, sedangkan untuk
pengeluaran pembangunan masih sangat minim. Peningkatan pengeluaran mendorong peningkatan PDRB sebesar 7.09 serta pembangunan manusia
sebesar 0.14. Tingkat kemiskinan di Pulau Papua juga mengalami penurunan sebesar 4.30.
Dari hasil perbandingan antar pulau, peningkatan DAU sebesar 16 ternyata paling efektif dalam meningkatkan pembangunan sosial ekonomi daerah
di Pulau Papua. Sebagai salah satu instrumen dalam menciptakan pemerataan pendapatan, aliran DAU ke Papua ternyata sangat membantu dalam pembangunan
sosial ekonomi daerah.
6.2.2 Peningkatan Pajak Sebesar 20
Setelah diterapkannya kebijakan desentralisasi fiskal pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk memungut pajak daerah sebagai upaya daerah
meningkatkan kemandirian fiskal sehingga dapat meningkatkan kapasitas fiskal. Dampak peningkatan pajak di Pulau Sumatera meningkatkan penerimaan asli
daerah sebesar 13.32. Peningkatan PAD secara otomatis akan menyebabkan
peningkatan pada penerimaan fiskal. Sebagai salah satu komponen dalam penghitungan DAU, maka peningkatan kapasitas menyebabkan DAU menurun
sebesar 0.27. Menurunnya dana perimbangan masih mampu ditutupi oleh peningkatan PAD sehingga secara total penerimaan daerah di Pulau Sumatera
masih mengalami peningkatan sebesar 1.625. Peningkatan pajak sebesar 20 berdampak pada meningkatnya pengeluaran pemerintah daerah sebesar 1.07.
Dampak peningkatan pajak di Pulau Sumatera menyebabkan peningkatan perekonomian yang ditandai meningkatnya PDRB sebesar 0.20, serta mampu
menurunkan angka kemiskinan sebesar 0.16.
Tabel 28 Dampak peningkatan pajak 20 terhadap kinerja fiskal daerah
Kawasan Barat Indonesia
Kawasan Timur Indonesia
Variabel Endogen Suma
Tera Jawa-
Bali Kaliman
tan Sulawesi Papua
Retribusi 0.031 0.050
0.042 0.003
0.001 PAD
13.324 15.189 13.614
10.192 10.139 BHPBP 0.073
0.222 0.053
0.005 0.002
DAU 0.273
0.715 0.231 0.042 0.014
Dana Perimbangan
0.154 0.417 0.129
0.026 0.010 Kapasitas
Fiskal 5.158
8.253 4.759 2.680 2.571
Total Penerimaan
1.625 3.160 1.579
0.695 0.306 Pengeluaran
Kesehatan 1.558
3.224 1.347 0.282 0.061
Pengeluaran pendidikan
1.903 3.451 1.689
0.403 0.064 Pengeluaran
Pertanian 0.564
2.055 0.478 0.099 0.063
Pengeluaran Tenaga Kerja 1.365
3.026 1.246
0.383 0.160
Pengeluaran Pembangunan
1.318 4.107 0.833
0.307 0.041 Pengeluaran
Rutin 0.931
1.553 0.876 0.387 0.166
Total Pengeluaran
1.072 2.290 0.858
0.364 0.112 Sumber : Data diolah
Peningkatan pajak sebesar 20 memberikan dampak pada peningkatan PAD di Pulau Jawa-Bali sebesar 15.19. Peningkatan PAD yang diikuti
peningkatan BHPBP menyebabkan kapasitas fiskal meningkat sebesar 8.25. Sebagai salah satu komponen dalam penghitungan DAU, ketika kapasitas fiskal
meningkat maka akan menyebabkan penerimaan DAU di Pulau Jawa-Bali menurun sebesar 0.71. Meskipun BHPBP meningkat sebesar 0.22, namun
karena nilai absolutnya lebih kecil dari DAU, maka ketika terjadi penurunan DAU maka akan menyebabkan menurunnya dana perimbangan sebesar 0.42.
Peningkatan PAD yang cukup besar ternyata mampu menutupi penurunan dana perimbangan sehingga total penerimaan meningkat sebesar 3.16. Peningkatan
penerimaan ini direspon dengan meningkatkan pengeluaran, baik untuk pembiayaan rutin maupun pembangunan. Secara relatif peningkatan pengeluaran
pembangunan lebih besar dari peningkatan pengeluaran rutin, Hal ini menandakan alokasi pengeluaran sebagai akibat peningkatan pajak di Pulau Jawa-Bali lebih
banyak untuk pengeluaran pembangunan. Peningkatan baik pada pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan membawa dampak terhadap
pembangunan sosial ekonomi di Pulau Jawa-Bali, yang ditandai dengan meningkatnya PDRB sebesar 0.36, meningkatnya pembangunan manusia
sebesar 0.04, serta penurunan kemiskinan sebesar 0.25.
Tabel 29 Dampak kenaikan pajak 20 terhadap pembangunan sosial ekonomi daerah
Kawasan Barat Indonesia
Kawasan Timur Indonesia
Variabel Endogen Suma
tera Jawa-
Bali Kaliman
tan Sulawesi Papua
PDRB Primer 0.159
0.430 0.155
0.002 0.062
PDRB Sekunder 0.112
0.337 0.099
0.044 0.036
PDRB Tertier 0.240
0.440 0.198
0.113 0.087
Total PDRB 0.204
0.365 0.170
0.102 0.078
Kemiskinan 0.157 0.250
0.268 0.038
0.047 Pembangunan Manusia
0.007 0.040
0.006 0.001
0.002 Sumber : Data diolah
Peningkatan pajak sebesar 20 berdampak pada meningkatnya pendapatan asli daerah Pulau Kalimantan sebesar 13.61. Peningkatan PAD yang
disertai peningkatan BHPBP mendorong peningkatan kapasitas fiskal sebesar 4.76. Konsekuensi dari peningkatan ini menyebabkan penerimaan
daerah dari dana alokasi umum mengalami penurunan sebesar 0.23. Sebagai akibat dari peningkatan pajak sebesar 20, total penerimaan meningkat sebesar
1.58. Peningkatan penerimaan menyebabkan kemampuan daerah untuk
membiayai pengeluarannya meningkat sebesar 0.86. Peningkatan total pengeluaran tersebut masing-masing dialokasikan untuk pengeluaran
pembangunan sebesar 0.83 dan pengeluarn rutin sebesar 0.88. Peningkatan pengeluaran tentu akan mempengaruhi kinerja pembangunan sosial ekonomi
daerah di Kalimantan. Hanya saja peningkatan pengeluaran yang berasal dari pajak masih sangat kecil terhadap perekonomian. Hal ini disebabkan karena masih
kecilnya kontribusi pajak di Pulau Kalimantan dalam pembentukan penerimaan. Dampak dari peningkatan pengeluaran terhadap pembangunan sosial ekonomi
akibat peningkatan pajak sebesar 20 hanya mampu meningkatkan PDRB sebesar 0.17, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.006, serta mampu
menurunkan tingkat kemiskinan di Pulau Kalimantan sebesar 0.27. Dampak peningkatan pajak sebesar 20 meningkatkan penerimaan asli
daerah di Pulau Sulawesi sebesar 10.19. Peningkatan PAD yang disertai peningkatan pada dana perimbangan menyebabkan total penerimaan daerah di
Pulau Sulawesi meningkat sebesar 0.69. Peningkatan penerimaan ini direspon pemerintah daerah di Pulau Sulawesi dengan peningkatan pengeluaran, baik untuk
kegiatan rutin maupun untuk pembiayaan pembangunan. Besarnya peningkatan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan sebagai akibat peningkatan
pajak 20, masing-masing sebesar 0.31 dan 0.39. Dampak dari peningkatan pengeluaran rutin dan pembangunan terhadap pembangunan sosial ekonomi
akibat peningkatan pajak sebesar 20 mampu meningkatkan PDRB sebesar 0.10, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.001, serta
menurunkan angka kemiskinan sebesar 0.038. Pada Pulau Papua, peningkatan pajak sebesar 20 mendorong
peningkatan PAD sebesar 10.14. Peningkatan pajak sebesar 20 hanya mampu meningkatkan total penerimaan sebesar 0.31. Hal ini dikarenakan rendahnya
penerimaan pajak yang ada di Pulau Papua. Peningkatan yang cukup kecil terhadap total penerimaan daerah menyebabkan kemampuan daerah untuk
membiayai pengeluarannya menjadi kecil, pemerintah daerah hanya mampu meningkatkan total pengeluarannya sebesar 0.11. Peningkatan total pengeluaran
tersebut dialokasikan untuk pengeluaran pembangunan dan pengeluaran rutin. Minimnya pengeluaran pemerintah menyebabkan peningkatan pada pengeluaran
pembangunan serta pengeluaran rutin pun sangat kecil, masing-masing sebesar 0.17 serta 0.04. Peningkatan pengeluaran tentunya akan mempengaruhi
kinerja sosial ekonomi daerah. Hanya saja pengaruh peningkatan pengeluaran yang berasal dari pajak masih sangat kecil terhadap perekonomian di Pulau Papua.
Hal ini disebabkan karena kecilnya kontribusi pajak daerah dalam pembentukan penerimaan. Dampak dari peningkatan pengeluaran sebagai akibat peningkatan
pajak daerah hanya mampu meningkatkan PDRB sebesar 0.08, peningkatan pembangunan manusia sebesar 0.002, serta menurunkan tingkat kemiskinan
sebesar 0.047. Dari gambaran diatas terlihat bahwa peningkatan pajak sebesar 20
memberikan dampak yang paling efektif di Pulau Jawa-Bali yang ditandai dengan peningkatan PDRB sebesar 0.36, penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0.25,
serta meningkatkan pembangunan manusia sebesar 0.04. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat sumber penerimaan dari pajak di Pulau Jawa-Bali lebih
besar dibandingkan pulau lainnya. Dibandingkan dengan dampak peningkatan DAU, maka dampak peningkatan pajak masih sangat kecil, hal ini
mengindikasikan masih sulitnya pemerintah daerah dalam menggali potensi pajak daerah.
6.2.3 Peningkatan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Sebesar 20