Pengeluaran Pemerintah Daerah GAMBARAN UMUM

4.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah

Jumlah keseluruhan dana APBD baik yang berasal dari PAD maupun dana perimbangan menjadi sumber pembiayaan daerah dalam melakukan pembangunan daerah, untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan suatu daerah dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada kebijakan dari masing-masing pemerintah daerah. Kebijakan tersebut tercermin pada alokasi belanjanya, yang terdiri dari belanja rutin dan belanja pembangunan. Secara umum, total belanja daerah dari tahun 1996 hingga tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Belanja rutin mempunyai pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya sebesar 35.05, sedangkan belanja pembangunan rata-rata tumbuh sebesar 27.70. Menarik untuk diperhatikan adalah secara proporsional ternyata pengeluaran pemerintah daerah sebagian besar diperuntukkan bagi pengeluaran rutin dimana nilainya hampir mencapai 65, bahkan proporsinya terus bertambah seiring berjalannya waktu. Pada tahun 1996 proporsinya sekitar 59.74, kemudian meningkat menjadi 67.78 pada saat awal dilaksanakannya desentralisasi yaitu tahun 2001 dan meningkat kembali menjadi 73.33 pada tahun 2009. Sebaliknya terjadi untuk pengeluaran pembangunan yang menurun dari 40.26 pada tahun 1996 menjadi 26.67 pada tahun 2009. Tabel 7 Belanja daerah di Indonesia dirinci menurut jenis belanja tahun 1996, 2001dan 2009 milyar rupiah 1996 2001 2009 Jenis Belanja Total Belanja Share Total Belanja Share Total Belanja Share Belanja Rutin 14 604.91 59.74 66 688.28 67.78 314 809.96 73.33 Belanja Pembangunan 9 844.40 40.26 31 706.60 32.22 114 518.33 26.67 Total 24 449.31 100.00 98 394.88 100.00 429 328.29 100.00 Sumber : Kemenkeu, diolah Besarnya total belanja tidak terlepas dari bagaimana kondisi belanja masing- masing daerah. Adanya perbedaan potensi, kondisi dan kebijakan dari masing- masing daerah, mengakibatkan prioritas pembangunan dari masing-masing daerah juga berbeda. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan alokasi belanja untuk masing-masing daerah, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8. Sumber : Kemenkeu, diolah. Gambar 8 Belanja daerah di Indonesia menurut jenis belanja tahun 1996-2009. Apabila distribusi belanja rutin dan pembangunan ini ditinjau per pulau terlihat sedikit perbedaan pola distribusi. Hal ini tentu dipengaruhi oleh perbedaan potensi, kondisi dan kebijakan dari masing-masing daerah dalam mengalokasikan belanja daerahnya. Distribusi belanja daerah ditinjau per pulau, yang dibagi ke dalam Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Bali, Pulau Sulawesi dan Lainnya Maluku, Pulau Irian Jaya, NTB, dan NTT dapat dilihat selengkapnya dalam Tabel 8. Tabel 8 Distribusi belanja daerah di Indonesia menurut pulau tahun 1996, 2001 dan 2009 1996 2001 2009 Pulau Belanja Rutin Belanja Pembangunan Belanja Rutin Belanja Pembangunan Belanja Rutin Belanja Pembangunan Sumatera 58.82 41.18 61.96 38.04 70.50 29.50 Jawa + Bali 61.39 38.61 72.65 27.35 81.07 18.93 Kalimantan 54.60 45.40 57.19 42.81 62.11 37.89 Sulawesi 59.03 40.97 71.43 28.57 71.78 28.22 Lainnya 58.05 41.95 66.53 33.47 70.20 29.80 Sumber : Kemenkeu, diolah Bila dilihat perbandingan belanja rutin dan pembangunan, terlihat bahwa hampir diseluruh pulau belanja rutin lebih mendominasi dibandingkan belanja pembangunan. Bila dilihat perbandingan antar pulau, maka Pulau Kalimantan memiliki pengeluaran pembangunan terbesar dibandingkan pulau lainnya. Daerah yang memiliki potensi SDA yang banyak, relatif banyak mengalokasikan belanja daerahnya untuk belanja pembangunan dibandingkan untuk belanja rutin, seperti Pulau Kalimantan yang pada umumnya daerahnya relatif kaya akan sumber daya alam, distribusi belanja daerahnya banyak dialokasikan untuk belanja pembangunan. Pembangunan daerah diharapkan dapat memperbaiki fasilitas publik, selain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat juga ditujukan untuk meningkatkan daya tarik investasi di daerah tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

4.3 Pertumbuhan Ekonomi