Penerimaan Pemerintah Daerah GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Penerimaan Pemerintah Daerah

Penerimaan daerah merupakan sumber pendapatan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pemerintahan maupun pembangunan daerah. Penerimaan daerah provinsikabkota selama periode 1996-2009 selalu mengalami peningkatan. Implementasi kebijakan desentralisasi fiskal, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam mengelola pendapatan daerah, mendorong peningkatan besaran APBD yang diterima oleh pemerintah daerah. Peningkatan penerimaan daerah ini diharapkan mampu untuk mewujudkan kemandirian daerah, sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah. Daerah diharapkan mampu membiayai pembangunan dan menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan juga mampu mengelola anggaran tersebut secara tepat, karena dalam era desentralisasi fiskal ini, penerimaan daerah merupakan modal utama dalam melaksanakan pembangunan daerah. Penerimaan daerah terdiri dari beberapa komponen yaitu Pendapatan Asli daerah PAD, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak BHPBP, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK dan penerimaan lain yang sah. Perkembangan penerimaan pemerintah daerah secara umum selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 1996 penerimaan pemerintah daerah sebesar 25 348.84 milyar rupiah, kemudian meningkat menjadi 115 264.45 milyar pada tahun 2001. Selama Sembilan tahun pelaksanaan desentralisasi fiskal yaitu dari tahun 2001 hingga 2009 penerimaan daerah tumbuh sebesar 230.65. Peningkatan penerimaan yang besar ini tidak lain adalah disebabkan meningkatnya sumber penerimaan daerah dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP, serta dana alokasi umum DAU. Bila dilihat menurut komponen atau sumber penerimaan daerah, maka komponen terbesar dari penerimaan daerah adalah dana perimbangan yang berupa DAU, BHPBP, dan DAK yang memiliki kontribusi sebesar 75 dari penerimaan daerah. Sedangkan PAD hanya memberikan kontribusi sekitar 15. Rendahnya proporsi penerimaan PAD dibandingkan dengan DAU mengindikasikan belum optimalnya pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber penerimaan. Komposisi penerimaan pemerintah daerah selama tahun 1996 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 7. Sumber : BPS, diolah Gambar 7 Penerimaan daerah di Indonesia tahun 1996, 2001 dan 2009 Milyar. Komposisi penerimaan daerah dari tahun 1996 hingga tahun 2009 tidak banyak mengalami perubahan, secara umum penerimaan pemerintah daerah masih didominasi oleh transfer dari pusat berupa DAU dan BHPBP, sedangkan kontribusi PAD masih dibawah kedua sumber penerimaan tersebut. Walaupun penerimaan PAD meningkat setiap tahunnya, namun jika ditinjau dari kontribusinya terhadap penerimaan daerah, kontribusi PAD masih sangat rendah dibandingkan kontribusi dana perimbangan. Bila dibandingkan dengan sebelum desentralisasi, maka kontribusi PAD terhadap total penerimaan pada masa desentralisasi masih lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa daerah belum optimal dalam meningkatkan PAD. Beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya penerimaan PAD terhadap total penerimaan daerah antara lain adalah BPS 2000: 1. Masih adanya sumber pendapatan potensial yang dapat digali oleh Pemda akan tetapi berada di luar penerimaan pemerintah daerah. 2. Tingkat hidup dan ekonomi masyarakat masih rendah, yang tercermin dalam pendapatan perkapita. 3. Kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang ada. Tabel 5 Sumber penerimaan daerah dan kontribusinya di Indonesia tahun 1996, 2001 dan 2009 1996 2001 2009 Sumber Penerimaan Penerimaan Milyar Share Penerimaan Milyar Share Penerimaan Milyar Share PAD 6 183.09 24.39 16 669.51 14.46 62 736.73 16.46 BHPBP 3 324.20 13.11 22 366.98 19.40 73 130.36 19.19 DAU 8 903.12 35.12 63 646.93 55.22 186 226.81 48.86 DAK 5 349.97 21.11 1 047.31 0.91 25 141.37 6.60 Lainnya 931.49 3.67 11 533.72 10.01 33 891.86 8.89 Sumber : Kemenkeu, Diolah Menurut Undang-Undang Nomor 332004 komponen PAD terdiri dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Penerimaan pajak dan retribusi daerah memberikan kontribusi paling besar terhadap PAD dibandingkan sumber-sumber lainnya, seperti dapat dilihat pada Tabel 6. Hal ini menunjukkan secara umum pemerintah daerah berusaha meningkatkan penerimaan PAD melalui peningkatan penerimaan pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelengaraan otonomi daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Tabel 6 Pendapatan asli daerah provinsikabupatenkota di Indonesia menurut sumber, tahun 1996, 2001 dan 2009 1996 2001 2009 Sumber PAD Penerimaan Milyar Share Penerimaan Milyar Share Penerimaan Milyar Share Pajak 4 010.27 65.68 11 977.22 71.87 42 881.25 68.35 Retribusi 1 505.95 24.66 2 356.51 14.14 7 762.81 12.37 Laba Daerah 138.02 2.26 276.39 1.66 3 152.88 5.03 Lain PAD sah 451.77 7.40 2 059.40 12.35 8 939.80 14.25 Sumber : Kemenkeu, Diolah

4.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah