dibutuhkan dana alokasi umum yang juga lebih besar pada masa desentralisasi fiskal. Dengan berjalannya waktu dalam implementasi desentralisasi fiskal
diharapkan penerimaan pemerintah daerah dari PAD akan semakin besar sehingga dana transfer DAU dari pemerintah pusat akan bisa semakin dikurangi untuk
menuju pada kemandirian fiskal daerah sesuai dengan cita-cita dari otonomi daerah.
Tabel 14 Faktor-faktor yang memengaruhi Dana Alokasi Umum di Indonesia
Elastisitas Variabel
Parameter Estimasi
t-statistik Prob Jangka Pendek
Jangka Panjang
Label Variabel Intercep
-382799.5000 -3.0698
0.0022 - - Kapfkl -0.0219
-1.2631 0.0966
-0.0171 0.9832
Kapasitas fiskal
Luas 1.4521 2.2092 0.0272 0.0366 1.0379
Luas Pop
0.0479 6.8640 0.0000 0.1336 1.1542 Populasi
LDAU 0.9491 39.0305
0.0000 - - Lag
DAU DDF
847983.6000 5.9092
0.0000 - - Dummy
desentralisasi F hitung = 1112.87
R
2
Adj = 0.9293 D
h =
5,93
Sumber : Data diolah
5.1.2 Pajak Daerah
Hasil estimasi pada Tabel 15 menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak daerah adalah PDRB, kepadatan
penduduk, serta pajak tahun sebelumnya. PDRB merupakan salah satu indikator kinerja perekonomian suatu
daerah, dimana peningkatan PDRB merupakan indikator adanya peningkatan aktivitas ekonomi daerah yang merupakan faktor potensi dalam menggali objek
pajak. PDRB mempunyai elastisitas yang inelastis yaitu sebesar 0.150 terhadap pajak daerah, artinya apabila PDRB meningkat 10 maka pajak daerah akan
meningkat hanya sebesar 1.5. Kecilnya nilai elastisitas penerimaan pajak terhadap PDRB menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih belum optimal
dalam menggali potensi pajaknya sehingga peningkatan nilai PDRB sebagai potensi penerimaan pajak tidak responsif dengan penerimaan aktual pajak.
Sebagai implementasi otonomi daerah maka diperlukan upaya-upaya fiskal berupa intensifikasi dan ekstensifikasi dalam penggalian potensi pajak sehingga
peningkatan PDRB memberi pengaruh yang besar pada peningkatan penerimaan pajak daerah namun jangan sampai menurunkan investasi daerah.
Tabel 15 Faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan pajak di Indonesia
Elastisitas Variabel
Parameter Estimasi
t-statistik Prob Jangka Pendek
Jangka Panjang
Label Variabel Intercep
-81718.8700 -3.7341 0.0002
- -
PDRB 0.0018
7.4094 0.0000 0.1503 1.1768 PDRB LPJK
0.9786 61.7945 0.0000 -
- Lag Pajak
Kepadatan 16.7491
3.3122 0.0009 0.0162 1.0165 Kepadatan DDF
124482.6000 4.9971 0.0000
- - Dummy
Desentralisasi F hitung = 8985.51
R
2
Adj= 0.9814 D
h =
0.99 Sumber : Data diolah
Hubungan antara PDRB dan penerimaan pajak juga disampaikan oleh Bahl dalam Bird 2000 di Cina, Bahl melihat hubungan pendapatan perkapita
dengan kemampuan pengumpulan penerimaan khususnya dari pajak sangat nyata. Diharapkan provinsi yang semakin kaya yang ditunjukkan oleh besaran PDRB
akan semakin besar penerimaan pajaknya. Variabel selanjutnya yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak adalah
kepadatan populasi, dimana variabel tersebut memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pajak daerah. Artinya, apabila kepadatan populasi meningkat
akan berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak. Kepadatan populasi berhubungan positif terhadap penerimaan pajak daerah karena apabila penduduk
bertambah banyak, maka transaksi yang terjadi pada sumber-sumber pajak akan meningkat, misalnya semakin banyaknya jumlah rumah makanrestoran.
Transaksi-transaksi tersebut merupakan sumber-sumber penerimaan pajak daerah. Apabila dilihat dari elastisitasnya, pajak daerah tidak responsif terhadap
kepadatan populasi dalam jangka pendek. Pajak tahun sebelumnya juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerimaan pajak daerah. Signifikannya pengaruh pajak daerah tahun sebelumnya disebabkan dalam menentukan target pungutan pajak, pemerintah daerah
berpatokan paling tidak jumlahnya harus lebih besar dari pada pajak daerah tahun sebelumnya.
Pajak daerah setelah desentralisasi fiskal mengalami peningkatan yang signifikan dibanding sebelum desentralisasi fiskal yang ditandai oleh tanda positif
dan signifkan pada variabel dummy desentralisasi fiskal. Kebijakan desentralisasi fiskal signifikan dalam meningkatkan pajak daerah karena setelah desentralisasi
fiskal daerah berusaha untuk meningkatkan kemampuan fiskalnya dari sumber- sumber pajak daerah.
5.1.3 Retribusi Daerah