Kabupaten Tuban Komparasi Spasial Profil Industri di Lokasi Penelitian

Tabel 17. Komparasi Tingkat dan Trend Produktivitas Relatif Industri dan Pertanian di Delapan Kabupaten di Jawa, 2000 – 2010 Kabupaten Tipologi Industri Skala StatusUnit Industri Dominan Menyerap Tenaga Kerja Pangsa PDRB Tahun 2010 Produktivtas Relatif Industri Produktivitas Relatif Pertanian Dinamika Ketimpangan Produktivitas Relatif Sektor Industri dan Pertanian Indus- tri Perta- nian 2000 2010 Trend slope 2000 2010 Trend slope Serang P adat Tenaga Kerja Formal 60 15 3,92 2,76 turun 0,055 0,40 0,63 naik 0,019 Konvergen Bekasi Padat Modal Formal 75 0,18 2,66 3,22 naik 0,043 0,18 0,02 turun 0,011 Divergen Purwakarta Padat Sumber Daya Alam Formal 48 10 2,26 2,32 naik 0,001 0,26 0,42 naik 0,012 Konvergen Garut Padat Sumber Daya Alam Informal 10 46 1,51 0,70 turun 0,037 1,04 1,19 naik 0,050 Divergen Magelang Padat Modal Informal 19 28 0,99 1,45 naik 0,024 0,24 0.64 naik 0,052 Konvergen Kudus Padat Tenaga Kerja Informal 60 3 1,42 1,10 turun 0,022 0,26 0,27 turun 0,001 Konvergen Tuban Padat Sumber Daya Alam Informal 28 23 3,06 1,68 turun 0,087 0,44 0,50 naik 0,009 Konvergen Pasuruan Padat Sumber Daya Alam Formal 32 23 1,54 1,08 turun 0,001 0,63 0,74 tetap 0,000 Konvergen Sumber: Daerah Dalam Angka 2000 - 2011, Direktori Perusahaan Besar dan Sedang Tahun 2010 BPS Data-data yang terdapat pada Tabel 17 menunjukkan bahwa dinamika produktivitas relatif antara sektor industri dan pertanian tidak hanya ditentukan oleh tipologi industri. Perubahan nilai produktivitas relatif ditentukan oleh perubahan output produksi dan perubahan tenaga kerja di sektor industri dan sektor pertanian. Pengurangan pangsa tenaga kerja dapat menambah nilai produktivitas relatif, sedangkan pengurangan persentase output terhadap PDRB dapat mengurangi nilai produktivitas relatif. Dinamika produktivitas relatif pada delapan kabupaten lokasi penelitian dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

5.2.1. Kabupaten Serang

Berdasarkan data antara tahun 2000 sampai 2010, sumbangan sektor industri tehadap total PDRB cenderung meningkat. Pada tahun 2000, sektor industri menyumbang 52 dari total PDRB dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 60. Peningkatan yang cukup tinggi ini tidak terjadi di sektor pertanian yang relatif tidak mengalami perubahan dari tahun 2000 sampai tahun 2010, yaitu hanya berkisar 15. Dari sisi tenaga kerja, pangsa tenaga kerja pada sektor industri di Kabupaten Serang mengalami kenaikan dari 13 pada tahun 2000 menjadi 24 pada tahun 2010. Sebaliknya pada sektor pertanian terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja dari 33 pada tahun 2000 menjadi 11 pada tahun 2010. Dinamika ini dapat digambarkan dengan Gambar 12 berikut. Gambar 12. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Serang dari Tahun 2000 sampai 2010 Di Kabupaten Serang, sektor industri sangat dominan terhadap sektor pertanian dan sektor jasa. Sehingga peningkatan daya serap tenaga kerja di sektor industri akan mendorong terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian, terutama sektor industri. Peningkatan daya serap sektor industri yang cukup tinggi ini sangat ditentukan oleh industrialisasinya yang bersifat padat tenaga kerja, dimana sub sektor industri yang mendominasi PDRB adalah jenis industri yang padat tenaga kerja. Pertumbuhan industri yang padat tenaga kerja ini diiringi oleh peningkatan permintaan tenaga kerja, akibatnya semakin banyak penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan mendorong transformasi tenaga kerja. 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Pr o d u k tiv ita s R ela tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Serang Produktivitas Relatif Pertanian Serang Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Serang slope: -0,055 Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Serang slope: 0,019 Penyerapan tenaga kerja yang cukup besar yang terjadi dipengaruhi oleh kebutuhan produksi yang membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak dan kualifikasi bagian terbesar tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja pada industri padat tenaga kerja pada umumnya bukan berlatar belakang pendidikan yang tinggi, sehingga tenaga kerja dengan pendidikan setingkat SMU, bahkan SMP juga dapat ditampung. Dari sisi tingkat upah, sebagian besar tenaga kerja dibayar dengan tingkat upah yang relatif kecil hampir setingkat dengan UMR, sehingga secara umum, perbedaan tingkat pendapatan tenaga kerja di sektor industri dengan tenaga di sektor pertanian tidak sebesar tipologi industri padat modal. Dengan semakin tingginya transformasi tenaga kerja, maka ketimpangan produktivitas relatif antara sektor pertanian dan sektor industri akan semakin kecil atau konvergen Gambar 12. Dengan demikian, berdasarkan perkembangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2010, transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri telah terjadi dalam jumlah yang cukup besar sebagai akibat dari perkembangan industri-industri besar yang bersifat banyak menyerap tenaga kerja. Di Kabupaten Serang, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 16, industri kecil hanya menyumbang 31,4 dalam hal penyerapan tenaga kerja. Transformasi tenaga kerja sebagian besar dari sektor pertanian mengarah ke sektor industri karena sektor industri di Kabupaten Serang yang sangat dominan dibandingkan dengan sektor jasa. Sehingga dominasi pangsa sektor industri yang mencapai 60 dan bersifat padat tenaga kerja berakibat pada tingginya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini selanjutnya akan mengarah pada keseimbangan pendapatan tenaga kerja antara sektor industri dan sektor pertanian. Kondisi inilah yang diharapkan terjadi dalam perkembangan ekonomi suatu wilayah.

5.2.2. Kabupaten Bekasi

Pada tahun 2000, di Kabupaten Bekasi terjadi perbedaan yang sangat tinggi antara sumbangan PDRB dari sektor pertanian dan sektor industri. Sektor pertanian hanya menyumbang 4 dari total PDRB sedangkan sektor industri sumbangannya mencapai 65. Sumbanganpangsa sektor industri terhadap PDRB