5.1.8. Kabupaten Pasuruan
Letak Kabupaten Pasuruan yang cukup strategis, yaitu di dekat Surabaya menjadikan Kabupaten Pasuruan sebagai salah satu kabupaten yang cukup pesat
perkembangan sektor industrinya dibanding sektor pertanian. Kabupaten Pasuruan memiliki lahan sawah seluas 39 219 ha. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1,
laju konversi lahan sawah di Kabupaten Pasuruan tergolong sangat rendah dengan nilai sekitar 0,99 per tahun. Walaupun Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai
salah satu wilayah industri di Jawa Timur, namun sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor yang menyumbang PDRB cukup besar. Pangsa sektor pertanian
sekitar 23,41 dan sektor industri pengolahan menyumbang 31,93. Tenaga kerja yang ditampung sektor industri sekitar 29,4 dari total tenaga kerja,
sedangkan di sektor industri mencapai 31,8. Dari sisi jumlah unit usaha, unit usaha industri besar dan sedang adalah
778 unit, sedangkan unit industri kecil formal berjumlah 1 098 unit dan industri kecil dan rumah tangga informal berjumlah 16 479 unit. Jumlah tenaga kerja yang
terserap oleh industri besar dan sedang sangat besar dibanding industri kecil dan rumah tangga. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri besar, sedang dan
kecil yang formal mencapai 181 323 atau sekitar 80,6. Jumlah perusahaan dan tenaga kerja berbagai skala industri di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat pada
Tabel 16. Industri yang dominan dalam menyumbang PDRB adalah industri
makanan, minuman dan tembakau dan disusul oleh industri barang dari logam, mesin dan perlengkapan. Industri makanan, minuman dan tembakau menguasai
56,8 dari total PDRB sektor industri dan industri barang dari logam, mesin dan perlengkapan menyumbang 12,5 dari total PDRB. Berdasarkan data ini, maka
industrialisasi di Kabupaten Pasuruan besifat padat sumber daya alam. Industri minuman di Kabupaten Pasuruan yang cukup berkembang adalah
air minum dalam kemasan yang diusahakan oleh industri skala menengah dan besar yang terdapat di Kecamatan Pandaan, Gempol, Rembang, Sukoharjo, Prigen
dan Pasrepan. Perkembangan industri air kemasan ini dipengaruhi oleh faktor kedekatan dengan bahan baku, yaitu di pegunungan sekitar Kabupaten Pasuruan.
Jenis minuman lain yang diusahakan oleh industri besar dan sedang adalah susu
dan pengolahannya. Industri makanan baik skala besar, sedang, kecil dan rumah tangga yang berbahan baku hasil pertanian dan perikanan juga banyak terdapat di
Kabupaten Pasuruan. Industri hasil pertanian banyak ragamnya seperti pengolahan bumbu masak, roti, dan kerupukyang terdapat di hampir semua
kecamatan. Industri pengolahan hasil perikanan dan kelautan antara lain rumput laut, pengeringan, pembekuan dan pengolahan lainnya dari berbagai jenis ikan,
udang dan rajungan. Industri pengolahan hasil perikanan ini antara lain terkonsentrasi di Kecamatan Lekok, Beji dan Nguling.
Selain itu, di Kabupaten Pasuruan terdapat banyak industri pengolah tembakau dan kapuk. Indsutri pengolah tembakau terdapat di Kecamatan
Purwosari, Pandaan, Prigen, Grati, Sukorejo, Beji, Rembang, Gempol dan Purworejo. Industri kapuk terpusat di Kecamatan Purwosari, Sukorejo,
Purwodadi, Prigen, Wonorejo, Gempol, Rembang dan Lumbang. Industri logam, mesin dan perlengkapannya yang terdapat di Kabupaten
Pasuruan antara lain alat musik tiup dari logam, traktor tangan, pengecoran logam, komponen kendaraan dan perhiasan dari perak. Industri-industri ini
terdapat di Kecamatan Pandaan, Gempol, Rembang, Gadingrejo dan Bangil. Sebagaimana yang ditunjukkan pada Lampiran 4h, semua kecamatan di
Kabupaten Pasuruan memiliki industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Secara umum, kecamatan-kecamatan yang memiliki unit industri
skala besar dan sedang relatif banyak, juga memiliki industri kecil dan rumah tangga yang cukup banyak. Kecamatan-kecamatan tersebut antara lain Kecamatan
Gempol, Beji, Pandaan, Sukorejo dan Rembang.
5.2. Komparasi Disparitas Produktivitas Relatif
Dalam penelitian ini, dianalisa produktivitas tenaga kerja yang dinyatakan dalam output yang diwakili oleh PDRB dibanding jumlah tenaga kerja pada sektor
tertentu. Dalam perekonomian yang seimbang, produktivitas relatif semua sektor nilainya mendekati satu. Artinya, besarnya persentase atau pangsa output suatu
sektor terhadap total PDRB akan sebanding dengan persentase penyerapan tenaga kerja terhadap total tenaga kerja yang bekerja di suatu wilayah. Misalnya suatu
sektor menyumbang 30 terhadap total PDRB, sektor tersebut juga menyerap 30 dari total tenaga kerja yang bekerja.
Seperti yang dikemukakan oleh Todaro 2009, secara garis besar sektor- sektor terbagi atas sektor tradisional dengan produktivitas marjinal rendah dan
sektor modern dengan produktivitas marjinal tinggi. Sektor tradisional dalam hal ini adalah sektor pertanian, sementara sektor modern adalah sektor industri dan
jasa. Hasil penelitian di delapan kabupaten di Pulau Jawa secara umum memperlihatkan gambaran seperti ini, dimana produktivitas marjinal sektor
pertanian sebagian besar di bawah produktivitas sektor industri. Begitu pula bila dikaitkan dengan sumbangan terhadap total PDRB dan tenaga kerja, produktivitas
marjinal sektor pertanian sebagian besar dibawah satu, sedangkan produktivitas sektor industri sebagian besar di atas satu.
Setiap waktu terjadi perubahan sumbangan suatu sektor terhadap PDRB suatu wilayah. Pada umumnya, semua sektor akan mengalami kenaikan output
seiring perkembangan waktu, namun persentase terhadap PDRB bisa naik, tetap ataupun turun tergantung perkebangan output sektor lainnya. Perubahan yang
sama juga terjadi pada jumlah tenaga kerja masing-masing sektor. Apabila perubahan kedua hal ini gabungkan, maka akan didapatkan gambaran dinamika
perubahan dalam kurun waktu tertentu seperti yang tercantum pada Tabel 17 serta Lampiran 5 dan 6.