VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Secara umum, pembangunan diiringi dengan konversi lahan dan pergeseran kegiatan perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri. Kondisi ini
terlihat dari hasil penelitian yang memperlihatkan beberapa hal seperti: 1. Laju konversi lahan sawah yang berdampak pada penyusutan luas lahan
sawah yang tinggi umumnya dialami oleh kabupatenkota di Jawa seiring dengan pesatnya pertumbuhan sektor industri dan jasa. Ibukota-ibukota
provinsi dan kota-kota perdagangan dan industri terus mengalami pertumbuhan sektor industri dan jasa. Secara spasial, laju konversi yang
relatif tinggi terjadi di bagian utara Jawa. Wilayah dengan laju konversi yang tinggi letaknya berdekatan dengan wilayah-wilayah dengan laju
konversi yang hampir sama yang membentuk suatu kawasan. 2. Konversi lahan sawah di Pulau Jawa tidak diiringi dengan penurunan
produksi dan produktivitas lahan sawah. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai upaya intensifikasi usaha tani dan penanganan pasca panen.
3. Luas lahan sawah dipengaruhi oleh PDRB total dan jumlah penduduk di suatu wilayah. Semakin tinggi PDRB total dan semakin banyak penduduk
di suatu wilayah, luas lahan sawah akan semakin kecil. 4. Produktivitas relatif sektor industri umumnya lebih tinggi daripada sektor
pertanian. Dalam perkembangannya, ketimpangan produktivitas relatif sektor pertanian dan sektor industri dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pangsa sektor industri dan sektor pertanian terhadap PDRB, peranan sektor informal industri kecil dan rumah tangga, serta tipologi
industri. Keberadaan industri kecil dan rumah tangga cukup berpengaruh sebagai transisi tenaga kerja dalam transformasi tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor industri formal. 5. Hasil perhitungan ekonometri menunjukkan bahwa hanya tingkat
partisipasi pendidikan tenaga kerja yang berpengaruh nyata terhadap laju transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Faktor-
faktor lainnya seperti laju konversi, ketimpangan produktivitas antara sektor pertanian tidak berpengaruh nyata terhadap laju transformasi
tenaga kerja. Ternyata dampak tipologi industri menunjukkan bahwa industri padat tenaga kerja memberikan peningkatan laju tranformasi
paling besar dibandingkan dengan industri padat modal maupun padat sumber daya alam.
7.2. Saran
Sebagai upaya menghambat laju konversi dan mempercepat laju transformasi tenaga kerja untuk menciptakan produktivitas yang seimbang, maka
diperlukan beberapa kebijakan seperti: 1.
Apabila dikaitkan dengan MP3EI, perkembangan sektor industri dan jasa yang pesat di Pulau Jawa telah sejalan dengan rencana yang akan diterapkan. J
ika infrastruktur
t
erus dikembangkan
akan dapat meningkatkan
aksesibilitas dan kesempatan kerja di sektor industri yang pada akhirnya akan mempengaruhi transformasi
tenaga kerja ke sektor non-pertanian.
Sedangkan pengembangan
komoditas bernilai ekonomi tinggi akan
dapat meningkatkan daya saing sektor pertanian dan meningkatkan nilai tukar petani.
Untuk mengurangi dampak terhadap konversi lahan sawah, pendirian dan pengembangan industri memanfaatkan lahan yang
tidak produktif. Dalam hal ini, diperlukan penyusunan dan penerapan RTRW yang tetap menjaga keberlanjutan lahan sawah sebagai penyedia pangan
utama. 2. Produksi padi di Pulau Jawa terus meningkat, namun kondisi saat ini
menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan melalui penggunaan berbagai teknologi masih berbiaya tinggi dan manfaatnya kurang maksimal. Untuk itu,
diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan serta adanya terobosan baru model pengembangan dan aplikasi teknologi dan menguntungkan secara
ekonomi. 3. Untuk meningkatkan laju transformasi tenaga kerja, upaya yang dapat
dilakukan antara lain perluasan akses pendidikan bagi masyarakat, pengembangan industri padat tenaga kerja, serta UMKM atau usaha informal
lainnya. Dalam rangka menyeimbangkan produktivitas relatif tenaga kerja antara sektor pertanian dan industri dapat dilakukan berbagai upaya yang
mengarah pada: a konvergensi tingkat upah, misalnya untuk buruh di sektor