Kabupaten Purwakarta Komparasi Disparitas Produktivitas Relatif

Rusastra et al 2010, yaitu berskala kecil, unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja padat karya dan teknologi yang dipakai relatif sederhana. Ciri-ciri inilah yang merupakan beberapa kendala yang menyebabkan output UKM dan industri informal tidak maksimal dibandingkan industri besar antara lain terbatasnya teknologi, rendahnya modal kerja, tingkat persaingan yang ketat, tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah dan akhirnya berdampak pada tingkat upah yang masih rendah. Bagaimanapun juga, keberadaan UKM dan industri kecil dan rumah tangga yang informal ini cukup penting sebagai penampung tenaga kerja dan merupakan potensi yang apabila terus dikembangkan akan menjadi industri formal skala besar dan sedang. Kondisi ini menggambarkan bahwa kegiatan industri lokal yang memanfaatkan hasil-hasil pertanian masih rendah, sehingga perdagangan antar wilayah yang dilakukan lebih dominan berupa bahan-bahan mentah hasil pertanian. Untuk itu, roda perekonomian dipandang akan lebih cepat berputar bila dikembangkan industri yang dapat mengolah hasil-hasil pertanian yang merupakan keunggulan wilayah yang dapat memperpanjang rantai agribisnis sehingga produksi Kabupaten Garut dapat berupa barang-barang industri hasil pertanian. Pandangan ini telah tertuang pada RPJP Kabupaten Garut 2005-2025.

5.2.5. Kabupaten Magelang

Berdasarkan pangsa terhadap PDRB, sektor pertanian maupun sektor industri bukan merupakan sektor dominan. Pada tahun 2000, pangsa sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 13 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 28. Pangsa sektor industri pada tahun 2000 mencapai 15 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 19. Sampai saat ini, sebagian besar penduduk di Kabupaten Magelang masih menggantungkan nafkah dari sektor pertanian. Pada tahun 2000, sektor pertanian menampung 52 dan pada tahun 2010 turun menjadi 43. Sektor industri pada tahun 2000 menampung 15 tenaga kerja dan pada tahun 2010 hanya berubah sedikit menjadi 16. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa baik sektor pertanian maupun sektor industri mengalami kenaikan produktivitas relatif. Perubahan ini dapat dilihat pada Gambar 16 berikut. Gambar 16. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Magelang dari Tahun 2000 sampai 2010 Pada Gambar 16 terlihat bahwa produktivitas relatif sektor pertanian dan sektor industri meningkat. Peningkatan produktivitas relatif sektor pertanian lebih besar dari pada sektor industri slope trend perubahan sektor pertanian lebih tinggi daripada sektor industri. Hal ini menyebabkan ketimpangan produktivitas relatif semakin mengecil konvergen. Peningkatan produktivitas sektor industri pertanian terjadi karena output yang naik cukup tinggi diiringi dengan penurunan jumlah tenaga kerja. Peningkatan produktivitas relatif sektor industri terjadi karena peningkatan output sektor industri lebih besar daripada kenaikan jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan output sektor industri di Kabupaten Magelang terutama ditentukan oleh dominasi industri kendaraan bermotor yang bersifat padat modal, sehingga penyerapan tenaga kerjanya relatif kecil. Hal ini menyebabkan pertumbuhan industri tidak seimbang dengan penambahan serapan tenaga kerja. Jenis industrialisasi ini sama seperti yang terjadi di Kabupaten Bekasi. Namun 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 Pro d u k tiv ita s Re la tif Tahun Produktivitas Relatif Industri Magelang Produktivitas Relatif Pertanian Magelang Trend Perubahan Produktivitas Relatif Industri Magelang slope: 0,024 Trend Perubahan Produktivitas Relatif Pertanian Magelang slope: 0,052 ketimpangan tidak sebesar yang terjadi di Kabupaten Bekasi dan pengurangan tenaga kerja di sektor pertanian juga lebih besar di Kabupaten Magelang. Kondisi ini dipengaruhi oleh dominannya industri kecil dan rumah tangga baik dalam hal jumlah unit maupun tenaga kerja yang terserap. Sehingga, tenaga kerja dari sektor pertanian yang memiliki tingkat pendidikan dan keahlian relatif rendah juga dapat tertampung di sektor industri walaupun industri informal. Di Kabupaten Magelang transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian yang lebih besar dari pada penambahan serapan tenaga kerja di sektor industri. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor lain yang memiliki pangsa PDRB cukup besar, seperti sektor jasa, sehingga transformasi tenaga kerja juga dimungkinkan terjadi dari sektor pertanian ke sektor jasa dalam jumlah relatif besar. Dengan demikian, berdasarkan perkembangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2010, penyerapan tenaga kerja di sektor industri telah terjadi dalam besaran yang lebih kecil dibandingkan perkembangan output industri- industri besar yang bersifat padat modal. Pangsa PDRB sektor-sektor selain pertanian dan industri yang lebih besar daripada sektor pertanian dan industri serta pengurangan tenaga kerja di sektor pertanian yang sangat besar bila dibandingkan penyerapan di sektor industri menggambarkan bahwa sebagian tenaga kerja juga bertransformasi ke sektor lainnya seperti jasa. Di Kabupaten Magelang, sebagaimana yang terlihat pada Tabel 16, industri kecil dan rumah tangga mendominasi dalam hal penyerapan tenaga kerja sebesar 87,2, mengakibatkan penyerapan tenaga kerja sangat ditentukan oleh penyerapan industri kecil dan rumah tangga. Sehingga dengan dominasi pangsa sektor industri oleh industri besar dan sedang yang bersifat modal dengan pangsa PDRB yang hanya mencapai 19 serta penyedia lapangan kerja didominasi oleh industri kecil dan rumah tangga telah berakibat pada tingginya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal ini selanjutnya akan mengarah pada kondisi yng diharapkan, yaitu terjadi keseimbangan pendapatan tenaga kerja antara sektor industri dan sektor pertanian.