Kabupaten Bekasi Komparasi Disparitas Produktivitas Relatif
pertanian terhadap total PDRB mencapai 35 dan sektor industri hanya sebesar 8. Pada tahun 2010, sumbangan sektor pertanian meningkat menjadi 46 sektor
industri juga meningkat menjadi 9,5. Peningkatan output pertanian yang sangat tinggi ini dipengaruhi oleh jenis-jenis komoditi pertanian bernilai tinggi yang
potensial dikembangkan di Kabupaten Garut. Iklimnya yang sejuk memungkinkan hasil yang sangat menguntungkan bagi usaha budidaya beberapa tanaman
hortikultura yang bernilai tinggi seperti jeruk. Selain hortikultura, hasil pertanian lain yang terkenal unggul di Kabupaten Garut adalah akar wangi, domba garut
dan kulit. Pertanian masih merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar
penduduk Kabupaten Garut. Pada tahun 2000 tenaga kerja pertanian mencapai 34 dan tenaga kerja di sektor industri sebesar 5. Kemudian pada tahun 2010
tenaga kerja yang tertampung di sektor pertanian dan industri masing-masing meningkat menjadi 39 dan 9,5. Perubahan ini dapat dilihat pada grafik yang
ditampilkan Gambar 15.
Gambar 15. Produktivitas Relatif Sektor Pertanian dan Industri Kabupaten Garut dari Tahun 2000 sampai 2010
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8
Pr o
d u
k tiv
ita s
R ela
tif
Tahun
Produktivitas Relatif Industri
Garut
Produktivitas Relatif Pertanian
Garut
Trend Perubahan Produktivitas
Relatif Industri Garut slope: -
0,050 Trend Perubahan
Produktivitas Relatif Pertanian
Garut slope: 0,037
Secara umum, antara tahun 2000 sampai tahun 2010, produktivitas relatif sektor pertanian nilainya lebih dari satu sedangkan sektor industri kurang dari
satu. Dalam kurun waktu yang sama, ketimpangan semakin besar divergen karena prduktivitas relatif sektor pertanian semakin meningkat sementara
produktivitas relatif sektor industri semakin turun. Peningkatan produktivitas relatif sektor pertanian disebabkan oleh peningkatan output yang lebih besar
dibandingkan peningkatan jumlah tenaga kerja, sementara penurunan produktivitas relatif sektor industri disebabkan oleh peningkatan jumlah tenaga
kerja yang jauh lebih besar dibanding peningkatan output. Dinamika yang terjadi antara sektor pertanian dan sektor industri ini
menunjukkan adanya transformasi tenaga kerja yang terjadi dari sektor pertanian ke sektor industri, walaupun sektor industri memiliki produktivitas marjinal yang
lebih rendah. Kondisi ini dimungkinkan mengingat banyaknya UKM dan industri informal lainnya yang pada umumnya belum memiliki produktivitas tinggi
sebagaimana industri formal. Data tentang jumlah unit industri dan tenaga kerja pada berbagai skala
industri sebagaimana yang tercantum pada Tabel 16 pada sub bab sebelumnya menunjukkan bahwa 94,2 dari total unit usaha adalah usaha kecil dan rumah
tangga yang bersifat informal dengan daya tampung 81,1 dari total tenaga kerja di sektor industri. Hasil olahan dindustri skala kecil dan rumah tangga informal
yang terkenal adalah dodol garut. Dari data ini, dapat dikatakan bahwa proses transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian di Kabupaten Garut tidak langsung
berpindah ke sektor industri formal, namun sebagian besar bertransisi ke sektor informal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hadi, S 2001 bahwa tidak semua
tenaga kerja dari sektor pertanian dapat diterima di sektor modern industri yang formal. Kondisi ini dapat terjadi karena tenaga kerja dari sektor pertanian
umumnya tidak memiliki ketrampilan dan keahlian yang dibutuhkan di sektor industri.
Komposisi skala industri ini pula yang mempengaruhi kecilnya output atau sumbangan sektor industri terhadap PRDB total Kabupaten Garut dibanding
kabupaten-kabupaten lain seperti Serang, Bekasi dan Purwakarta. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri industri informal yang dikemukakan oleh Todaro 2009 dan
Rusastra et al 2010, yaitu berskala kecil, unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja padat karya dan
teknologi yang dipakai relatif sederhana. Ciri-ciri inilah yang merupakan beberapa kendala yang menyebabkan output UKM dan industri informal tidak maksimal
dibandingkan industri besar antara lain terbatasnya teknologi, rendahnya modal kerja, tingkat persaingan yang ketat, tingkat produktivitas tenaga kerja yang
rendah dan akhirnya berdampak pada tingkat upah yang masih rendah. Bagaimanapun juga, keberadaan UKM dan industri kecil dan rumah tangga yang
informal ini cukup penting sebagai penampung tenaga kerja dan merupakan potensi yang apabila terus dikembangkan akan menjadi industri formal skala besar
dan sedang. Kondisi ini menggambarkan bahwa kegiatan industri lokal yang
memanfaatkan hasil-hasil pertanian masih rendah, sehingga perdagangan antar wilayah yang dilakukan lebih dominan berupa bahan-bahan mentah hasil
pertanian. Untuk itu, roda perekonomian dipandang akan lebih cepat berputar bila dikembangkan industri yang dapat mengolah hasil-hasil pertanian yang
merupakan keunggulan wilayah yang dapat memperpanjang rantai agribisnis sehingga produksi Kabupaten Garut dapat berupa barang-barang industri hasil
pertanian. Pandangan ini telah tertuang pada RPJP Kabupaten Garut 2005-2025.