Pengaruh PDRB dan Jumlah Penduduk terhadap Luas Lahan Sawah

pula hubungan antara jumlah penduduk dan luas lahan sawah yang menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk yang tinggal di suatu wilayah, luas lahan sawah akan semakin kecil. Nilai Adjusted R-squared model sebesar 0,173837 menunjukkan bahwa hanya 17,3837 persen variasi luas lahan sawah dipengaruhi oleh PDRB total dan jumlah penduduk. Luas lahan sawah yang tersedia lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi luas lahan sawah tersebut antara lain harga tanah, harga beras, harga faktor-faktor input pertanian, pembangunan infrastruktur, kawasan industri serta kawasan perkantoran dan jasa. Pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh pertumbuhan PDRB di 33 kabupatenkota di Pulau Jawa mempengaruhi luas lahan sawah yang tersedia. Seiring dengan perubahan waktu, peran sektor industri dan jasa semakin besar dalam menentukan besaran PDRB total. Perkembangan sektor industri dan jasa ini diringi dengan kebutuhan akan lahan sawah. Di wilayah-wilayah perkotaan, luas lahan sawah yang tersedia relatif kecil dibandingkan dengan PDRB total. Perkembangan sektor industri dan jasa yang pada umumnya semakin mendominasi PDRB akan memerlukan lahan untuk kawasan industri ataupu kawasan perkantoranjasa. Kebutuhan lahan ini antara lain dipenuhi dari alih fungsi lahan sawah. Dengan demikian, semakin lama, luas lahan sawah di wilayah dengan PDRB total disumbang dari sektor industri ataupun jasa akan semakin sempit. Model persamaan regresi berganda antara pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan konversi lahan pertanian juga menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk mempengaruhi luas lahan sawah. Hal ini dapat dimengerti mengingat salah satu bentuk konversi utama yang terkait dengan jumlah penduduk adalah perubahan lahan sawah untuk pemukimanperumahan. Semakin banyak jumlah penduduk, kebutuhan untuk perumahan akan semakin tinggi. Hal ini akan mendorong alih fungsi lahan sawah menjadi wilayah perumahanpemukiman. Dari sisi pengembangdeveloper, pembangunan kawasan perumahan baru di area persawahan memang lebih mudah. Kondisi alam area persawahan umumnya relatif rata dan telah didukung oleh beberapa fasilitas disekitarnya. Sementara dari sisi pemilik lahan, besaran harga yang ditawarkan pengembang telah dapat membuat pemilik lahan sawah tergiur untuk menjualnya. Bahkan, di beberapa wilayah, dengan kepemilikan lahan sawah yang sangat kecil akan membuat petani berpikir lebih baik menjual lahan sawah agar mendapatkan modal untuk usaha yang lain seperti menjadi tukang ojek, berdagang ataupun pekerjaan informal lainnya. Selain kebutuhan perumahan, jumlah penduduk yang semakin besar akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk penyediaan berbagai bangunan fasilitas umum seperti sekolah, pasar, jalan, fasilitas kesehatan atau tempat ibadah. Bangunan fasilitas-fasilitas umum ini sebagian juga didirikan di lahan yang sebelumnya merupakan lahan sawah. Dengan demikian, semakin banyak jumlah penduduk, luas lahan sawah akan semakin kecil.

V. INDUSTRIALISASI DAN PENDIDIKAN

5.1. Komparasi Spasial Profil Industri di Lokasi Penelitian

Sektor industri di semua kabupatenkota terus mengalami pertumbuhan dengan skala yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini, dianalisis profil industri berdasarkan data tahun 2010 dan dinamika yang terjadi antara tahun 2000 sampai 2010. Secara umum, profil industri di delapan wilayah yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Profil Industri di Beberapa Kabupaten di Jawa, 2010 No KabupatenTipologi Industri Perusahaan Formal Perusahaan Informal Rataan Total TK Perusa- haan unit TK orang Rataan orang unit Perusa- haan unit TK orang Rataan orang unit orang unit 1. Serang Padat TK 923 93 507 101 14 449 43 347 3 9 6,0 68,3 94,0 31,7 2. Bekasi Padat Modal 1 983 247 923 125 3 254 19 481 6 51 37,9 92,7 62,1 7,3 3. PurwakartaPadat SDA 243 51 771 54 3 248 20 581 6 21 7,0 71,6 93,0 28,4 4. Garut Padat SDA 732 16 043 22 11 870 68 960 6 7 5,8 18,9 94,2 81,1 5. Magelang Padat Modal 172 12 782 74 38 187 87 129 2 3 0,5 12,8 99,5 87,2 6. Kudus Padat TK 804 20 265 25 10 110 110 604 11 20 7,4 15,4 92,6 84,6 7. Tuban Padat SDA 587 15 848 27 15 263 63 363 4 5 3,7 20,0 96,3 80,0 8. Pasuruan Padat SDA 1 876 181 323 97 16 479 43 613 3 13 10,2 80,6 89,8 19,4 Sumber: Daerah Dalam Angka 2011, Direktori Perusahaan Besar dan Sedang Tahun 2010 BPS Pada Tabel 16 terlihat bahwa dari delapan kabupaten kota lokasi penelitian tidak didapatkan hubungan antara tipologi industri dan rataan total tenaga kerja orangunit perusahaan. Dalam penelitian ini, penggolongan tipe industri didasarkan pada penggolongan komoditi yang dilakukan oleh BPS yang ditentukan oleh jenis industri yang dominan menyumbang PDRB. Dalam penghitungan sumbangan sektor industri terhadap PDRB, tidak dibedakan skala industri antara skala besar, sedang, kecil maupun rumah tangga, dan status kelembagaan formal maupun informal. Karena penggolongan tipologi berdasarkan komoditi, maka wilayah dengan tipologi industri padat tenaga kerja tidak identik dengan nilai rataan total tenaga kerja per unit usaha yang besar. Di beberapa wilayah, komoditi yang menyumbang PDRB dominan bisa diusahakan oleh banyak perusahaan menengah ataupun kecil seperti di Purwakarta, Garut, Kudus, dan Pasuruan, ataupun hanya diusahakan oleh beberapa perusahaan besar seperti yang terjadi di Serang, Bekasi, Magelang dan Tuban. Penjelasan secara rinci mengenai profil industri di delapan lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

5.1.1. Kabupaten Serang

Kabupaten Serang merupakan bagian dari Provinsi Banten yang berbatasan dengan Selat Sunda. Luas lahan sawah di Kabupaten Serang mencapai 45 533 ha yang merupakan terluas kedua Provinsi Banten setelah Kabupaten Pandeglang. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Serang tergolong rendah sekitar 1,62. Penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Serang adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2010, pangsa sektor industri terhadap PDRB mencapai 60,0, sedangkan sektor pertanian hanya menyumbang sebesar 15,0. Potensi ekonomi terbesar adalah sektor industri yang terbagi dalam dua zona, yaitu Zona Industri Serang Barat yang meliputi Kawasan Bojonegara dan sekitarnya seperti wilayah Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara dan Kramatwatuserta Zona Industri Serang Timur yang meliputi Cikande dan kawasan sekitarnya seperti Kecamatan Binuang, Kibin, Kragilan, sebagian Pamarayan dan sebagian Jawilan.Di Zona Barat terdapat lebih dari 147 perusahaan di bidang mesin logam dasar, industri kimia, maritim dan pelabuhan. Zona Serang Timur menampung lebih dari 283 perusahaan industri yang lebih bersifat padat karya seperti industri sepatu, garmen, mainan dan aneka elektronik. Industri kecil dan rumah tangga yang cukup terkenal terdapat di Kecamatan Baros, Pamarayan, Petir dan Ciruas. Di Kecamatan Baros terdapat industri kerajinan sepatu di Desa Curug Agung. Kecamatan Petir terkenal dengan industri tas di Desa Kadu Genep. Di Kecamatan Ciruas terdapat industri pandai besi di Desa Kepandean dan industri gerabahkeramik di Desa Bumi Jaya. Lokasi Kabupaten Serang yang relatif jauh dari pelabuhan Tanjung Priok mengakibatkan Kabupaten Serang kurang mampu bersaing dengan kawasan industri lainnya seperti yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang dan Bekasi. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Serang berencana mengembangkan pelabuhan di Bojonegara untuk menaikkan daya saing kawasan industri di Kabupaten Serang. Industri besar dan sedang di Kabupaten Serang mendominasi PDRB sektor industri di Kabupaten Serang. Industri menyumbang PDRB terbesar adalah industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki. Jenis industri ini digolongkan sebagai industri padat karya. Industri-industri ini yang berskala besar dan sedang antara lain terdapat di Kecamatan Kibin, Jawilan dan Cikande. Di Kecamatan Kibin terdapat dua perusahaan alas kaki yang menampung lebih dari 32 000 tenaga kerja. Industri industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki skala kecil dan rumah tangga terdapat di Kecamatan Baros dan Petir. Data BPS menunjukkan bahwa industri besar dan sedang masih mendominasi dibanding industri kecil dan rumah tangga Tabel 16. Industri formal menyerap tenaga kerja lebih dari 68 dan industri industri informal dapat menampung sekitar 32 dari total tenaga kerja. Sebaran unit industri serta tenaga kerja yang terserap di Kabupaten Serang tidak merata di seluruh kecamatan. Kecamatan Kragilan memiliki jumlah unit usaha terbanyak, terutama untuk industri informal skala rumah tangga. Dari sisi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri, Kecamatan Kibin menampung tenaga kerja sektor industri terbesar, terutama industri sepatu. Sebaran unit industri dan tenaga kerja di Kabupaten Serang dapat dilihat pada Lampiran 4a.

5.1.2. Kabupaten Bekasi

Kabupaten Bekasi secara adminstratif termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat dan terletak di sebelah timur Jakarta Timur. Kabupaten ini menjadi hinterland di Jabodetabek. Di Kabupaten Bekasi masih tersisa lahan sawah seluas 54 197 ha pada tahun 2010 dan memberikan pangsakontribusi terhadap PDRB yang sangat kecil, hanya 1,8. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Bekasi tergolong rendah sekitar 1,49. Penyumbang PDRB terbesar adalah sektor industri pengolahan sebesar 75,3. PDRB ini terutama disumbang oleh kecamatan-kecamatan yang di dalamnya terdapat kawasan industri seperti Karangbahagia, Cibitung, Cikarang Pusat, Cikarang Utara, Cikarang Selatan dan Tambun Selatan. Kabupaten Bekasi merupakan wilayah industri dengan kontribusi terbesar di sektor industri tingkat Provinsi Jawa Barat dibanding kabupatenkota lain dengan besaran mencapai 15,04. Di Kabupaten Bekasi terdapat beberapa kawasan industri yang ditempati oleh industri besar dan sedang seperti kawasan Jababeka, Jababeka II dan kawasan-kawasan lain yang lebih kecil seperti Bekasi Fajar Industrial Estate, Megapolis Manunggal Industrial Estate MM 2100, Lippo City Development, East Jakarta Industrial Park EJIP, Hyundai Inti Development, Rawa Intan, Patria Manunggal Jaya, Jatiwangi Utara, Gobel Dharma Nusantara, YKK Indonesia Zipper, Kawasan Dharma Industri, Indo Kargomas Persada, Gerbang Teknologi Cikarang serta Pura Delta Lestari. Jumlah industri kecil dan rumah tangga di Kabupaten Bekasi cukup besar. Industri kecil dan rumah tangga ini mencapai lebih dari 4 000 unit yang memproduksi beberapa komoditas unggulan seperti boneka, bordir, tas kulit serta kerajinan kerang dan batik yang tersebar di beberapa kecamatan seperti Setu, Tambun, Babelan, Tarumajaya dan Kedungwaringin. Jenis industri yang tersebar cukup luas adalah industri makanan seperti pengolahan roti dan kue, pembuatan tahu dan tempe, kerupuk dan keripik. Industri rotan banyak terdapat di Kecamatan Setu dan pembuatan bata banyak terdapat di Kecamatan Serang Baru, Cikarang Pusat, Cikarang Timur dan Cibarusah. Data BPS menunjukkan bahwa industri besar dan sedang masih mendominasi PDRB Kabupaten Bekasi dari sektor industri dibanding industri kecil dan rumah tangga. Jenis industri yang paling besar sumbangannya adalah barang-barang dari logam dasar dan mesin sebesar 55 dari total PDRB dan disusul oleh industri kimia dan barang-barang dari kimia sebesar 23. Jenis industri seperti ini banyak menggunakan modal sehingga industrialisasi di Kabupaten Bekasi secara umum dapat digolongkan pada industri padat modal. Industri logam dasar dan mesin serta industri kimia terdapat di semua kawasan industri. Beberapa industri di bidang ini yang besar antara lain PT. Samsung Electronic Indonesia, PT. Shimizu Packing Indonesia, PT. Sanyo Compressor Indonesia, PT. Sanyo Industries Indonesia, PT. NSK Bearing Manufacturing Industries dan PT. Panasonic Shikoku Electric, Industri kendaraan bermotor banyak terdapat di Kabupaten Bekasi seperti PT. Yamaha Indonesia, PT. Indomobil Suzuki International dan PT. Kymco Motor Indonesia. Industri kimia yang cukup besar di Bekasi antara lain PT. Fosroc Indonesia, PT. Kalbe Farma, PT. FDK Indonesia, PT. Multi Kimia Inti Pelangi, PT. Nojima Chemical Indonesia, dan PT. Sinde Budhi Sentosa. Industri kecil di bidang pengolahan logam dan mesin banyak terdapat di Kecamatan Tambun Selatan, Cikarang Pusat, Cibitung dan Cikarang Selatan. Industri-industri ini berupa peleburan logam, pembuatan terlais, pembuatan mur dan baut. Industri kimia yang berskala kecil berupa pengolahan plastik, pembuatan pupuk dan pestisida. Industri ini banyak terdapat di Kecamatan Tambun Selatan dan Bekasi Utara. Jumlah unit industri formal hanya 37,9 dari total jumlah unit usaha, namun mampu menyerap tenaga kerja sekitar 92,7 dari total tenaga kerja di sektor industri. Unit industri informal memiliki unit usaha terbanyak, sekitar 62,1 namun tenaga kerja yang ditampung hanya sekitar 7,3. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Secara umum, dari sisi industrialisasi, kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bekasi terbagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang memiliki banyak unit industri besar dan sedang seperti Kecamatan Karangbahagia, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Selatan, Cibitung dan Tambun Selatan. Kelompok kedua berisi kecamatan-kecamatan lainnya yang memiliki sedikit unit industri besar dan sedang. Ditinjau dari penyebarannya, lokasi unit usaha industri pengolahan skala besar dan sedang letaknya berkelompok. Sebaran industri kecil dan rumah tangga, baik yang formal maupun informal tidak merata antar kecamatan. Kecamatan dengan jumlah unit industri besar dan sedang yang tinggi rata-rata memiliki jumlah industri kecil dan rumah tangga yang relatif tinggi. Sebaran ini terlihat pada industri kecil dan rumah tangga di bidang makanan dan konveksi yang sebagian besar terdapat di Kecamatan Karangbahagia, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Selatan, Cibitung, Tambun Utara dan Tambun Selatan. Lokasi industri ini mendekati lokasi konsumen karena di kecamatan-kecamatan inilah merupakan tempat tinggal konsumen yang sebagian besar merupakan tenaga kerja industri. Demikian pula dengan sebaran industri kecil dan rumah tangga yang konsumennya adalah industri pengolahan seperti pembuatan kayu pallet, bengkel, pembuatan baut dan mur. Sebaran industri dan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4b.

5.1.3. Kabupaten Purwakarta

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mempunyai letak yang sangat strategis. Kabupaten Purwakarta berada pada jalur yang terhubung dengan Jakarta, Bandung dan Cirebon. Pada tahun 2010, Purwakarta memiliki lahan sawah yang mencapai 16 588 ha dengan pangsa sektor pertanian terhadap PDRB mencapai sekitar 10 dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 24,3 dari seluruh tenaga kerja. Sebagaimana terlihat pada Lampiran 1, laju konversi lahan sawah di Kabupaten Purwakarta tergolong sangat rendah sekitar 1,62. Sektor industri berkembang pesat dengan pangsa PDRB sebesar 48 dan penyerapan tenaga kerja sebesar 20,9. Industri besar dan sedang di Kabupaten Purwakarta tersebar pada 11 kecamatan dan terkonsentrasi pada sentra-sentra industri seperti Kecamatan Tegalwaru dan Plered serta Kawasan Industri Kota Bukit Indah di Kecamatan Bungursari. Kecamatan Plered dan Tegalwaru merupakan sentra industri dimana sebagian besar industrinya tergolong dalam industri sedang. Unit industri di Kecamatan Bungursari dan Jatiluhur sebagian besar adalah industri besar.