Sebaran Laju Konversi Lahan Sawah di Pulau Jawa

wilayah lain di Jawa Timur mengalami laju konversi lebih kecil dari 6 per tahun. Laju konversi yang relatif tinggi di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten terutama disumbang oleh laju konversi yang tinggi di kawasan Jabodetabek, yang merupakan pusat pemerintahan, industri dan jasa. Sedangkan di Provinsi DIY laju konversi yang relatif tinggi lebih dipengaruhi oleh perkembangan sektor jasa dibanding sektor industri. Laju konversi netto rata-rata per tahun yang sangat tinggi lebih dari 7 dialami oleh kota-kota seperti Kota Jakarta Selatan, Sukabumi, Pekalongan, Cirebon, Jakarta Timur, Depok, Salatiga, Cimahi, Jakarta Barat dan Cilegon. Kesepuluh kota ini merupakan kota yang mengalami pertumbuhan pesat di sektor industri dan jasa. Beberapa kota besar lainnya memiliki laju konversi netto rata- rata per tahun tinggi antara 5 sampai 7 seperti Kota Yogyakarta, Jakarta Utara, Kota Bogor, Kota Surabaya, Kota Tangerang, Kota Bekasi, Kota Surakarta dan Kota Bandung. Kota-kota lainnya yang mengalami konversi sedang dengan persentase laju konversi netto rata-rata per tahun sebesar 3 sampai 5 adalah Kota Malang, Kota Kediri, Kota Batu, Kota Pasuruan dan Kabupaten Tangerang. Dengan demikian, 22 wilayah dari 120 wilayah kabupatenkota yang mengalami laju konversi tertinggi di Pulau Jawa merupakan wilayah kota. Seluruh wilayah kabupaten memiliki tingkat laju konversi lebih kecil dari 4. Bila diamati sebaran spasial pada umumnya wilayah dengan laju konversi netto rata-rata per tahunnya yang sangat tinggi ataupun tinggi, letaknya berdekatan dengan wilayah yang laju konversi netto rata-rata per tahunnya satu tingkat di bawahnya sebagaimana terlihat pada Lampiran 1. Hal ini terlihat pada beberapa kawasan seperti 1 Jabodetabek dan Sukabumi; 2 Bandung, Sumedang, Ciamis dan Kuningan, serta 3 Kabupaten Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Mojokerto, Kediri dan Malang. Kawasan-kawasan ini terbentuk sebagai kawasan yang merupakan pusat industri dan jasa. Dari sisi keberadaan wilayah-wilayah yang merupakan sentra padi, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang perlahan-lahan dapat mengurangi jumlah wilayah sentra produksi padi. Pada tahun 1986 terdapat 23 kabupatenkota yang memiliki luas lahan sawah lebih dari 40 dari luas seluruh wilayah. Jumlah wilayah seperti ini kemudian berkurang menjadi 12 wilayah pada tahun 2010. Kabupatenkota yang mengalami penurunan luas wilayah tersebut adalah Kota Tangerang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kota Cirebon, Kabupaten Brebes, Kota Tegal, Kabupaten Pati, Kota Klaten, Kabupaten Sleman, Kabupaten Magetan, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Jombang. Ditinjau dari perbandingan dengan luas total wilayah, diantara semua kabupatenkota yang mengalami penurunan luas lahan sawah tersebut, penurunan paling drastis terjadi di Kabupaten Bandung yang pada tahun 1986 memiliki luas lahan lebih dari 38 dari total wilayah tetapi pada tahun 2010 luas lahan sawahnya hanya sekitar 20. Kota Kediri juga mengalami penurunan sekitar 17, dimana pada tahun 1986 memiliki luas lahan sekitar 36 tetapi pada tahun 2010 hanya tersisa sekitar 19. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa kabupatenkota yang awalnya memiliki luas lahan sawah antara 30 sampai 40 pada tahun 1986 kemudian menyusut menjadi 20 sampai 30 pada tahun 2010. Kabupatenkota ini antara lain Kabupaten Bandung, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kediri. Beberapa kabupatenkota mengalami penyusutan luas lahan sawah lebih besar dari 30 sampai 40 pada tahun 1986 menjadi antara 10 sampai 20 pada tahun 2010 seperti Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Bantul dan Kota Kediri. Beberapa kota bahkan mengalami penyusutan dari antara 30 sampai 40 menjadi kurang dari 10 seperti Kota Bandung dan Kota Cimahi. Fisiografi di Pulau Jawa secara umum di sebelah utara berupa dataran aluvial, lembah dan perbukitan, pegunungan berapi di tengah serta dataran tinggi dan lembah di selatan. Hal inilah yang menyebabkan pertanian lahan sawah lebih banyak terdapat di sebelah utara Pulau Jawa yang relatif landai dibanding daerah di sebelah selatan Pulau Jawa. Sehingga, bila ditinjau secara spasial, wilayah- wilayah yang merupakan kantong produksi padi pada umumnya tersebar di jalur utara Jawa. Di jalur selatan, daerah dengan luasan lahan sawah relatif besar antara lain Kabupaten Banyumas, Kebumen dan wilayah-wilayah sekitar Yogyakarta. Selain itu, di bagian tengah Jawa terdapat pula beberapa wilayah penghasil utama padi seperti wilayah antara Semarang dan Yogyakarta serta wilayah Jawa Timur bagian tengah di sekitar Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, Jombang. Dari sisi kegiatan perekonomian, dari dulu hampir semua pelabuhan penting juga terdapat di bagian utara Pulau Jawa. Kondisi ini menyebabkan kegiatan perdagangan dan jasa lainnya, serta industri lebih banyak terdapat di Pulau Jawa. Perkembangan sektor industri dan jasa ini selanjutnya meningkatkan kebutuhan lahan untuk kegiatan non-pertanian. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara spasial, bagian utara Pulau Jawa merupakan wilayah yang perlu mendapat perhatian terkait dengan konversi lahan sawah dan ketersediaan beras. Hal ini disebabkan oleh keberadaan wilayah lumbung padi sebagian besar di sebelah utara Pulau Jawa, namun laju konversi tertinggi juga terjadi di sebelah utara Pulau Jawa. Apabila dikaitkan dengan MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang membagi wilayah Indonesia dalam beberapa koridor ekonomi dengan kekhususan pengembangan di sektor tertentu, Pulau Jawa direncanakan akan menjadi pendorong industri dan jasa nasional. Penerapan rencana ini berpotensi meningkatkan konversi lahan sawah, namun di sisi lain jika infrastruktur di Pulau Jawa akan terus dikembangkan yang diiringi oleh pengolahan komoditas bernilai tinggi dengan nilai tambah yang tinggi, aksesibilitas dan kesempatan kerja di sektor industri akan bertambah yang pada akhirnya akan mempengaruhi transformasi tenaga kerja ke sektor non-pertanian. Untuk mengurangi dampak terhadap konversi lahan sawah, pendirian dan pengembangan industri terkait dengan MP3EI diusahakan di lahan selain lahan sawah ataupun lahan yang non produktif. Perubahan persentase lahan sawah terhadap total luas wilayah di kabupatenkota di Jawa dari tahun 1986, 1994, 2002 dan 2010 masing- masing dapat dilihat pada Gambar 7, 8, 9 dan 10 berikut. 58 1 0 7 1 1 8 9 4 1 1 5 9 5 8 4 9 6 8 7 8 2 8 1 9 3 9 8 8 3 9 9 9 0 1 1 4 8 6 8 9 1 1 7 1 1 2 1 1 0 1 1 6 9 7 1 0 1 1 0 6 9 2 1 0 4 1 0 0 1 0 3 1 0 2 1 0 9 8 5 9 1 8 8 1 0 5 1 1 1 1 1 3 1 0 8 2 4 3 7 2 0 1 5 2 1 3 6 4 7 5 6 8 4 3 6 2 6 1 6 5 3 8 5 9 4 1 4 5 7 4 5 1 4 7 7 1 7 3 5 4 6 0 5 3 5 7 5 2 3 9 5 6 6 3 4 8 7 2 4 6 6 4 5 0 6 9 6 6 5 8 5 5 4 4 4 9 4 0 4 2 7 5 7 0 6 7 9 8 1 0 1 1 1 2 7 9 7 7 7 6 8 0 7 8 1 6 1 8 1 9 1 4 2 2 2 3 2 5 3 2 3 3 3 1 2 7 3 4 2 9 3 5 3 6 2 8 3 0 2 6 1 7 1 3 2 1 2 0 0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 K i l o m e t e r s N Keterangan kode kabupatenkota : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kab Pandeglang Kab Lebak Kab Serang Kota Serang kota Cilegon Kab Tangerang Kota Tangerang Kota Jkt Barat Kota Jkt Utara Kota Jkt Pusat Kota Jkt Timur Kota Jkt Selatan Kota Depok Kab Bogor Kota Bogor Kab Sukabumi Kota Sukabumi 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Kab Cianjur Kab Bandung Kota Bandung Kota Cimahi Kab Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab Ciamis Kota Banjar Kab Sumedang Kab Purwakarta Kab Bekasi Kota Bekasi Kab Karawang Kab Subang Kab Indramayu Kab Majalengka 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Kab Kuningan Kab Cirebon Kota Cirebon Kab Brebes Kab Tegal Kota Tegal Kab Banyumas Kota Purwokerto Kab Cilacap Kota Cilacap Kab Kebumen Kab Purbalingga Kab Pemalang Kab Pekalongan Kota Pekalongan Kab Batang Kab Banjarnegara 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 Kab Wonosobo Kab Kendal Kab Semarang Kota Semarang Kab Demak Kab Jepara Kab Kudus Kab Pati Kab Rembang Kab Blora Kab Grobogan Kab Sragen Kab Karanganyar Kab Wonogiri Kab Sukoharjo Kota Surakarta Kota Salatiga 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Kab Klaten Kota Klaten Kab Boyolali Kab Temanggung Kab Purworejo Kab Magelang Kota Magelang Kab Sleman Kab Kulon Progo Kota Yogyakarta Kab Gunung Kidul Kab Bantul Kab Pacitan Kab Ponorogo Kab Trenggalek Kab Blitar Kota Blitar 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 10 10 1 10 2 Kab Tulungagung Kab Kediri Kota Kediri Kab Nganjuk Kab Madiun Kota Madiun Kab Magetan Kab Ngawi Kab Bojonegoro Kab Tuban Kab Lamongan Kab Gresik Kab Bangkalan Kab Sampang Kab Pamekasan Kab Sumenep Kota Surabaya 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 Kab Sidoarjo Kab Mojokerto Kota Mojokerto Kab Jombang Kab Malang Kota Malang Kota Batu Kab Pasuruan Kota Pasuruan Kab Probolinggo Kota Probolinggo Kab Lumajang Kab Jember Kab Bondowoso Kab Situbondo Kab Banyuwangi Gambar 7. Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Luas Wilayah KabupatenKota di Jawa pada Tahun 1986 Keterangan warna: Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah 40 20 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤10 30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤40 10 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤20 52 59 9 8 1 0 1 1 1 2 4 3 6 2 6 1 6 5 3 8 5 9 4 1 4 5 7 4 5 1 4 7 7 1 7 3 5 4 6 0 5 3 5 7 5 2 3 9 5 6 6 3 4 8 7 2 4 6 6 4 5 0 6 9 6 6 5 8 5 5 4 4 4 9 4 0 4 2 6 8 7 0 6 7 7 5 7 9 7 7 7 6 8 0 7 8 2 1 3 6 4 7 5 3 7 1 5 2 0 2 4 1 0 7 1 1 8 9 4 1 1 5 9 5 8 4 9 6 8 7 8 2 8 1 9 3 9 8 8 3 9 9 9 0 1 1 4 8 6 8 9 1 1 7 1 1 2 1 1 0 1 1 6 9 7 1 0 1 1 0 6 9 2 1 0 4 1 0 0 1 0 3 1 0 2 1 0 9 8 5 9 1 8 8 1 0 5 1 0 8 1 1 1 1 1 3 1 6 1 8 1 9 1 4 2 2 2 3 2 5 3 2 3 3 3 1 2 7 3 4 2 9 3 5 3 6 2 8 3 0 2 6 1 7 1 3 2 1 2 0 0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 K i l o m e t e r s N Keterangan kode kabupatenkota : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kab Pandeglang Kab Lebak Kab Serang Kota Serang kota Cilegon Kab Tangerang Kota Tangerang Kota Jkt Barat Kota Jkt Utara Kota Jkt Pusat Kota Jkt Timur Kota Jkt Selatan Kota Depok Kab Bogor Kota Bogor Kab Sukabumi Kota Sukabumi 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Kab Cianjur Kab Bandung Kota Bandung Kota Cimahi Kab Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab Ciamis Kota Banjar Kab Sumedang Kab Purwakarta Kab Bekasi Kota Bekasi Kab Karawang Kab Subang Kab Indramayu Kab Majalengka 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Kab Kuningan Kab Cirebon Kota Cirebon Kab Brebes Kab Tegal Kota Tegal Kab Banyumas Kota Purwokerto Kab Cilacap Kota Cilacap Kab Kebumen Kab Purbalingga Kab Pemalang Kab Pekalongan Kota Pekalongan Kab Batang Kab Banjarnegara 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 Kab Wonosobo Kab Kendal Kab Semarang Kota Semarang Kab Demak Kab Jepara Kab Kudus Kab Pati Kab Rembang Kab Blora Kab Grobogan Kab Sragen Kab Karanganyar Kab Wonogiri Kab Sukoharjo Kota Surakarta Kota Salatiga 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Kab Klaten Kota Klaten Kab Boyolali Kab Temanggung Kab Purworejo Kab Magelang Kota Magelang Kab Sleman Kab Kulon Progo Kota Yogyakarta Kab Gunung Kidul Kab Bantul Kab Pacitan Kab Ponorogo Kab Trenggalek Kab Blitar Kota Blitar 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 Kab Tulungagung Kab Kediri Kota Kediri Kab Nganjuk Kab Madiun Kota Madiun Kab Magetan Kab Ngawi Kab Bojonegoro Kab Tuban Kab Lamongan Kab Gresik Kab Bangkalan Kab Sampang Kab Pamekasan Kab Sumenep Kota Surabaya 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 Kab Sidoarjo Kab Mojokerto Kota Mojokerto Kab Jombang Kab Malang Kota Malang Kota Batu Kab Pasuruan Kota Pasuruan Kab Probolinggo Kota Probolinggo Kab Lumajang Kab Jember Kab Bondowoso Kab Situbondo Kab Banyuwangi Gambar 8. Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Luas Wilayah KabupatenKota di Jawa pada Tahun 1994 Keterangan warna: Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah 40 20 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤10 30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤40 10 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤20 53 60 7 9 7 7 7 6 8 0 7 8 9 8 1 0 1 1 1 2 4 2 7 5 6 8 7 0 6 7 1 5 2 4 2 0 3 7 8 8 1 0 8 1 1 1 1 1 3 1 0 5 1 0 7 1 1 8 9 4 1 1 5 9 5 8 4 9 6 8 7 8 2 8 1 9 3 9 8 8 3 9 9 9 0 1 1 4 8 6 8 9 1 1 7 1 1 2 1 1 0 1 1 6 9 7 1 0 1 1 0 6 9 2 1 0 4 1 0 0 1 0 3 1 0 2 1 0 9 8 5 9 1 1 6 1 8 1 9 1 4 2 2 2 3 2 5 3 2 3 3 3 1 2 7 3 4 2 9 3 5 3 6 2 8 3 0 2 6 1 7 1 3 2 1 4 3 6 2 6 1 6 5 3 8 5 9 4 1 4 5 7 4 5 1 4 7 7 1 7 3 5 4 6 0 5 3 5 7 5 2 3 9 5 6 6 3 4 8 7 2 4 6 6 4 5 0 6 6 5 8 5 5 4 4 4 9 4 0 6 9 2 1 3 6 4 7 5 2 0 0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 K i l o m e t e r s N Keterangan kode kabupatenkota : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kab Pandeglang Kab Lebak Kab Serang Kota Serang kota Cilegon Kab Tangerang Kota Tangerang Kota Jkt Barat Kota Jkt Utara Kota Jkt Pusat Kota Jkt Timur Kota Jkt Selatan Kota Depok Kab Bogor Kota Bogor Kab Sukabumi Kota Sukabumi 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Kab Cianjur Kab Bandung Kota Bandung Kota Cimahi Kab Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab Ciamis Kota Banjar Kab Sumedang Kab Purwakarta Kab Bekasi Kota Bekasi Kab Karawang Kab Subang Kab Indramayu Kab Majalengka 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Kab Kuningan Kab Cirebon Kota Cirebon Kab Brebes Kab Tegal Kota Tegal Kab Banyumas Kota Purwokerto Kab Cilacap Kota Cilacap Kab Kebumen Kab Purbalingga Kab Pemalang Kab Pekalongan Kota Pekalongan Kab Batang Kab Banjarnegara 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 Kab Wonosobo Kab Kendal Kab Semarang Kota Semarang Kab Demak Kab Jepara Kab Kudus Kab Pati Kab Rembang Kab Blora Kab Grobogan Kab Sragen Kab Karanganyar Kab Wonogiri Kab Sukoharjo Kota Surakarta Kota Salatiga 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Kab Klaten Kota Klaten Kab Boyolali Kab Temanggung Kab Purworejo Kab Magelang Kota Magelang Kab Sleman Kab Kulon Progo Kota Yogyakarta Kab Gunung Kidul Kab Bantul Kab Pacitan Kab Ponorogo Kab Trenggalek Kab Blitar Kota Blitar 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 Kab Tulungagung Kab Kediri Kota Kediri Kab Nganjuk Kab Madiun Kota Madiun Kab Magetan Kab Ngawi Kab Bojonegoro Kab Tuban Kab Lamongan Kab Gresik Kab Bangkalan Kab Sampang Kab Pamekasan Kab Sumenep Kota Surabaya 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 Kab Sidoarjo Kab Mojokerto Kota Mojokerto Kab Jombang Kab Malang Kota Malang Kota Batu Kab Pasuruan Kota Pasuruan Kab Probolinggo Kota Probolinggo Kab Lumajang Kab Jember Kab Bondowoso Kab Situbondo Kab Banyuwangi Gambar 9. Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Luas Wilayah KabupatenKota di Jawa pada Tahun 2002 Keterangan warna: Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah 40 20 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤10 30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤40 10 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤20 54 61 7 9 7 7 7 6 8 0 7 8 9 8 1 0 1 1 1 2 4 3 6 2 6 1 6 5 3 8 5 9 4 1 4 5 7 4 5 1 4 7 7 1 7 3 5 4 6 0 5 3 5 7 5 2 3 9 5 6 6 3 4 8 7 2 4 6 6 4 5 0 6 9 6 6 5 8 5 5 4 4 4 9 4 0 4 2 7 5 6 7 6 8 7 0 1 5 2 0 2 4 3 7 1 0 7 1 1 8 9 4 1 1 5 9 5 8 4 9 6 8 7 8 2 8 1 9 3 9 8 8 3 9 9 9 0 1 1 4 8 6 8 9 1 1 7 1 1 2 1 1 0 1 1 6 9 7 1 0 1 1 0 6 9 2 1 0 4 1 0 0 1 0 3 1 0 2 1 0 9 8 5 9 1 1 0 5 8 8 1 0 8 1 1 1 1 1 3 1 6 1 8 1 9 1 4 2 2 2 3 2 5 3 2 3 3 3 1 2 7 3 4 2 9 3 5 3 6 2 8 3 0 2 6 1 7 1 3 2 1 2 1 3 6 4 7 5 2 0 0 2 0 0 4 0 0 6 0 0 K i l o m e t e r s N Keterangan kode kabupatenkota : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kab Pandeglang Kab Lebak Kab Serang Kota Serang kota Cilegon Kab Tangerang Kota Tangerang Kota Jkt Barat Kota Jkt Utara Kota Jkt Pusat Kota Jkt Timur Kota Jkt Selatan Kota Depok Kab Bogor Kota Bogor Kab Sukabumi Kota Sukabumi 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Kab Cianjur Kab Bandung Kota Bandung Kota Cimahi Kab Garut Kab Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Kab Ciamis Kota Banjar Kab Sumedang Kab Purwakarta Kab Bekasi Kota Bekasi Kab Karawang Kab Subang Kab Indramayu Kab Majalengka 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Kab Kuningan Kab Cirebon Kota Cirebon Kab Brebes Kab Tegal Kota Tegal Kab Banyumas Kota Purwokerto Kab Cilacap Kota Cilacap Kab Kebumen Kab Purbalingga Kab Pemalang Kab Pekalongan Kota Pekalongan Kab Batang Kab Banjarnegara 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 Kab Wonosobo Kab Kendal Kab Semarang Kota Semarang Kab Demak Kab Jepara Kab Kudus Kab Pati Kab Rembang Kab Blora Kab Grobogan Kab Sragen Kab Karanganyar Kab Wonogiri Kab Sukoharjo Kota Surakarta Kota Salatiga 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 Kab Klaten Kota Klaten Kab Boyolali Kab Temanggung Kab Purworejo Kab Magelang Kota Magelang Kab Sleman Kab Kulon Progo Kota Yogyakarta Kab Gunung Kidul Kab Bantul Kab Pacitan Kab Ponorogo Kab Trenggalek Kab Blitar Kota Blitar 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 Kab Tulungagung Kab Kediri Kota Kediri Kab Nganjuk Kab Madiun Kota Madiun Kab Magetan Kab Ngawi Kab Bojonegoro Kab Tuban Kab Lamongan Kab Gresik Kab Bangkalan Kab Sampang Kab Pamekasan Kab Sumenep Kota Surabaya 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 Kab Sidoarjo Kab Mojokerto Kota Mojokerto Kab Jombang Kab Malang Kota Malang Kota Batu Kab Pasuruan Kota Pasuruan Kab Probolinggo Kota Probolinggo Kab Lumajang Kab Jember Kab Bondowoso Kab Situbondo Kab Banyuwangi Gambar 10. Persentase Luas Lahan Sawah terhadap Luas Wilayah KabupatenKota di Jawa pada Tahun 2010 Keterangan warna: Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah 40 20 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤10 30 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤40 10 Luas lahan sawah dibanding total luas wilayah ≤20 5 5

4.2. Kecenderungan Produksi Padi Sawah di Pulau Jawa

Dari sisi konversi lahan sawah, Pulau Jawa dapat dikatakan mengalami penurunan input tetap faktor produksi pertanian sekitar 6 yang bersifat irreversible tidak dapat kembali. Pengurangan nilai input tetap ini sangat berpotensi untuk mengurangi hasil produksi pertanian secara permanen. Dengan demikian, apabila tingkat produksi padi sawah di Pulau Jawa dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, maka perlu upaya intensifikasi dan upaya-upaya lainnya Berdasarkan data antara tahun 1986 sampai tahun 2010 Tabel 12, produksi padi sawah di Pulau Jawa menunjukkan kecenderungan yang berkebalikan dengan luas lahan sawah di Pulau Jawa sebagaimana terlihat pada Gambar 11. Bila luas lahan sawah semakin menurun, maka luas panen, produksi dan produksi rata-rata padi sawah semakin meningkat. Gambar 11. Kecenderungan Perubahan Luas Lahan Sawah Dibandingkan dengan Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di Pulau Jawa antara Tahun 1986 - 2010 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 1985 1995 2005 N il ai Tahun Keterangan Luas Lahan Sawah di Jawa Tahun 1986-2010 00.000 ha Luas Panen Padi Sawah di Jawa Tahun 1986-2010 00.000hatahun Produksi Padi Sawah di Jawa Tahun 1986-2010 000.000 tontahun Rata-rata Produksi Padi Sawah Tahun 1986-2010 00 kgtahun Trend Perubahan Luas Lahan Sawah di Jawa Tahun 1986- 2010 slope: -0,097 Trend Perubahan Luas Panen Padi Sawah di Jawa Tahun 1986-2010 slope: 0,403 Trend Perubahan Produksi Padi Sawah di Jawa Tahun 1986-2010 slope: 0,355 Trend Perubahan Rata-rata Produksi Padi Sawah Tahun 1986-2010 slope: 0,235 Tabel 12. Luas Lahan Sawah, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di Pulau Jawa, 1986 - 2010 Tahun Luas Lahan Sawah ha Luas Panen ha Produksi Padi Sawah ton Rata-rata Produksi 00 kgha 1986 3 454 480 4 997 268 23 724 975 47,48 1987 3 447 909 4 873 741 23 828 070 48,89 1988 3 443 398 4 859 848 24 284 188 49,97 1989 3 446 340 5 098 892 26 171 666 51,33 1990 3 422 412 5 063 461 26 301 734 51,94 1991 3 420 636 4 848 079 25 554 757 52,71 1992 3 425 638 5 158 968 24 278 294 52,88 1993 3 431 830 5 166 475 27 407 677 53,05 1994 3 398 855 4 830 643 25 658 851 53,12 1995 3 364 357 5 128 225 27 248 703 53,13 1996 3 340 100 5 125 689 27 469 390 53,59 1997 3 329 264 5 018 453 26 942 418 53,69 1998 3 315 789 5 380 268 26 754 759 49,73 1999 3 385 648 5 403 429 26 914 532 49,81 2000 3 343 351 5 389 652 28 119 245 52,17 2001 3 339 128 5 338 794 27 282 469 51,10 2002 3 310 179 5 263 179 27 615 900 52,47 2003 3 280 622 5 020 504 27 069 674 53,92 2004 3 248 891 5 356 286 28 534 779 53,27 2005 3 235 038 5 362 251 28 692 045 53,51 2006 3 266 094 5 703 589 29 960 638 52,53 2007 3 232 740 5 670 947 30 466 339 53,72 2008 3 296 348 5 742 270 32 346 997 56,33 2009 3 250 921 6 093 603 34 880 131 57,24 2010 3 265 489 6 048 447 35 149 427 58,11 Sumber: Luas Lahan Menurut Penggunaannya Tahun 1986 – 2010, Sensus Pertanian Tahun 1986 – 2010 BPS Pada Tabel 12, terlihat bahwa luas lahan sawah di Pulau Jawa antara tahun 1986 sampai tahun 2010 mengalami penurunan dengan kemiringan sebesar 0,097 atau 9,7. Artinya, secara linier luas lahan sawah setiap tahun rata-rata berkurang 0,3. Pada rentang waktu yang sama, luas panen padi sawah di Pulau Jawa bertambah dengan kemiringan 40,3, produksi padi sawah meningkat dengan kemiringan 35,5 dan rata-rata produksi sawah meningkat dengan kemiringan 23,5. Dibandingkan dengan luas panen padi sawah dan produksi padi sawah, kenaikan rata-rata produksi padi sawah per hektar relatif kecil. Hal ini dapat diartikan bahwa produktivitas lahan padi sawah per hektar mengalami kenaikan yang sangat kecil. Kenaikan produksi padi sawah secara agregat lebih banyak disumbang oleh peningkatan luas panen padi sawah. Dengan demikian, penurunan produksi padi sawah di Pulau Jawa akibat konversi lahan sawah tidak terjadi, bahkan produksi padi sawah terus meningkat. Terjadinya peningkatan luas panen padi sawah walaupun luas lahan sawah menurun menggambarkan adanya peningkatan indeks penanaman dalam setahun. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan indeks penanaman ini antara lain adanya sistem irigasi yang memungkinkan penanaman lebih sering dalam setahun tanpa bergantung pada musim, varietas yang berumur pendek serta usaha-usaha budidaya padi sawah lainnya. Peningkatan produksi padi sawah dan rata-rata produksi per satuan luas secara umum dipengaruhi oleh dua tahap produksi, yaitu budidaya dan pasca panen. Pada tahap budidaya, peningkatan produksi padi sawah antara lain didorong oleh semakin optimalnya pemupukan, varietas, pengairan, dan pemberantasan hama penyakit. Pada tahap pasca panen, penanganan pasca panen dengan teknologi yang tepat dapat mencegah kehilangan atau kerusakan sehingga secara keseluruhan produksi dapat meningkat. Bila dilakukan proyeksi linier ke depan terhadap kecenderungan yang terjadi antara tahun 1986 sampai 2010, maka apabila besaran laju konversi lahan sawah relatif stabil seperti pada rentang waktu ini dan upaya-upaya peningkatan produksi padi sawah tetap dilakukan dan membuahkan hasil seperti yang terjadi selama ini, Pulau Jawa tetap memiliki potensi sebagai lumbung pangan nasional. Walaupun demikian, upaya mencegah konversi lahan sawah harus tetap dilakukan karena lahan sawah merupakan input utama produk pertanian, terutama tanaman pangan. Selain itu, bila dikaitkan dengan pencapaian swasembada beras, pengurangan luas lahan sawah yang terjadi akibat konversi lahan sawah akan menjadi faktor penghambat pencapaian swasembada beras.

4.3. Pengaruh PDRB dan Jumlah Penduduk terhadap Luas Lahan Sawah

Analisa pengaruh pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB, dan jumlah penduduk terhadap luas lahan sawah dihitung berdasarkan data panel BPS antara tahun 2001 sampai tahun 2010 dari 33 kabupatenkota di Pulau Jawa dengan menggunakan Eviews 7. Data luas lahan sawah, PDRB total dan jumlah penduduk masing-masing dapat dilihat pada Lampiran 2a, 2b dan 2c. Hasil estimasi secara rinci menggunakan metode Pool Ordinary Least Square PLS, Fixed Effect Model FEM dan Random Effect Model REM dijabarkan masing- masing pada Lampiran 3a, 3b dan 3c. Model persamaan yang didapat berdasarkan ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode Pool Ordinary Least Square PLS L it =4945,051 – 8,09 E-05PDRB it + 0,026472PDK it + u it Dengan nilai koefisien, standar error dan statistik-t dan hasil analisis variannya disajikan pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Hasil Estimasi Model Persamaan Luas Lahan Sawah menggunakan Metode PLS Variable Coef. Std Error t-Statistic Prob C 4945,051 1259,971 3,924732 0,0000 EKONOMI? -8,09E-05 9,72E-05 -0,832725 0,4056 PENDUDUK? 0,026472 0,001269 20,85587 0,0000 R-square 0,649682 Mean dependent var 32128,07 Adjusted R-squared 0,647539 S.D dependent var 17996,62 S.E of regression 10684,31 Akaike info criterion 21,39999 Sum Squared Resid 3,73E+10 Schwarz criterion 21,43453 Log likelihood -3527,998 Hannan-Quinn criter 21,41377 F-statistic 303,2185 Durbin-Watson stat 0,177440 Prob F-statistic 0,000000 Dengan menggunakan metode ini, terlihat bahwa secara parsial PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap luas lahan sawah, namun jumlah penduduk berpengaruh signifikan. Uji F juga menunjukkan bahwa secara simultan, terdapat peubah bebas yang berpengaruh signifikan terhadap luas lahan sawah. Demikian juga nilai probabilitas F-statistik yang lebih kecil dari taraf nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kesalahan tidak melebihi batas taraf nyata. Nilai Adjusted R-squared model sebesar 0,647539 menunjukkan bahwa 64,75 persen variasi luas lahan sawah dipengaruhi oleh PDRB total dan jumlah penduduk di suatu wilayah. 2. Metode Fixed Effect Model FEM L it =47786,91 + D i – 0,000125PDRB it – 0,014312PDK it + u it Pada persamaan yang menggunakan metode FEM ini slope untuk PDRB dan PDK berlaku untuk semua wilayah i, namun intersep setiap wilayah berbeda, tergantung pada nilai dummy Di. Adapun nilai koefisien dasar, standar error dan Statistik-t dan hasil analisis variannya disajikan pada Tabel 14 berikut, sedangkan nilai dummy pada intersep masing-masing wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2b. Tabel 14. Hasil Estimasi Model Persamaan Luas Lahan Sawah menggunakan Metode FEM Variable Coef. Std Error t-Statistic Prob. C 47786,91 1570,256 30,43256 0,0000 EKONOMI? -0,000125 6,49 E-05 -1,931872 0,0543 PENDUDUK? -0,014312 0,001710 -8,370339 0,0000 Effect Specification Cross-section fixed dummy var R-square 0,994942 Mean dependent var 32128,07 Adjusted R-squared 0,994359 S.D dependent var 17996,62 S.E of regression 1351,661 Akaike info criterion 17,35606 Sum Squared Resid 5,39 E+08 Schwarz criterion 17,75899 Log likelihood -2828,750 Hannan-Quinn criter 17,51678 F-statistic 1706,715 Durbin-Watson stat 0,355859 Prob F-statistic 0,000000 Dengan menggunakan metode ini, pada taraf nyata 5, hasil estimasi model tidak berbeda jauh dengan metode PLS dimana secara parsial PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap luas lahan sawah, tetapi jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap luas lahan sawah. Uji F dan probabilitas F-statistik juga menunjukkan bahwa secara simultan, peubah bebas berpengaruh signifikan terhadap luas lahan sawah. Nilai Adjusted R- squared model pada metode FEM ini lebih baik, yaitu sebesar 0,994359 menunjukkan bahwa 99,4359 persen variasi luas lahan sawah dipengaruhi oleh PDRB total dan jumlah penduduk. Hal ini dapat diartikan bahwa estimasi model yang dihasilkan dengan metode FEM lebih handal dibanding metode PLS. 3. Metode Random Effect Model REM L it =40894,14 - 0,000248PDRB it – 0,007045PDK it + w it Pada persamaan yang menggunakan metode REM ini komponen error setiap wilayah berbeda. Adapun nilai koefisien dasar, standar error dan statistik-t dan hasil analisis variannya disajikan pada Tabel 15 berikut, sedangkan nilai random effect masing-masing wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2c.