Model Rantai Pasok 1 Distribusi dan Rantai Pasok Produk Sayuran Organik Cibo Agro

3 model rantai pasok untuk mengalirkan produk sayuran organik sampai ke tangan konsumen. Model pertama 1 melibatkan petani sebagai produsen sayuran organik dan merupakan anggota utama yang paling berperan dalam rantai pasok, sedangkan model kedua 2 melibatkan pemasok sayuran organik sebagai produsen dan merupakan anggota utama dalam rantai pasok, sedangkan model ketiga 3 dilakukan jika produk tidak dapat dipasarkan melalui model pertama dan kedua. Ketiga struktur rantai tersebut dijelaskan sebagai berikut :

4.5.1 Model Rantai Pasok 1

Model yang pertama merupakan model yang sederhana dan melibatkan petani sebagai produsen dan merupakan anggota yang sangat berperan penting. Pada model rantai pasok 1 ini Gambar 4.9, yang menjadi pelaku utama dalam rantai pasok produk sayuran adalah petani yang berperan sebagai produsen utama sayuran organik. Dalam hal ini produk sayuran organik unggulan yang diusahakan adalah Kangkung, Bayam, Sosin, Pakchoy dan Selada yang merupakan tanaman sayuran dengan musim tanam yang singkat, antara 25-30 hari dan paling banyak dipesan oleh konsumen. Dalam pembelian benih, ada beberapa benih sayuran yang dibeli oleh petani Cibo Agro dalam bentuk kemasan yang ada di toko-toko pertanian yang ada dipasaran dan membeli bahan pupuk organik, terutama kotoran hewan dibeli dari para peternak di sekitar lahan pertanian Cibo Agro. Dalam pembelian kotoran hewan, tidak ada bentuk kerja sama khusus antara peternak dan Cibo Agro, hanya sebatas sistem kompensasi pada harga kotoran hewan. Pengecer PetaniPoktan Cibo Agro Konsumen = Aliran Produk = Aliran Informasi = Aliran Uang Gambar 4.9 Model struktur rantai pasok 1 produk sayuran organik Cibo Agro. Pada model rantai pasok ini, produk dijual dengan menggunakan kemasan plastik putih bening dan diberi label merk Cibo Agro. Dalam saluran distribusi model pertama ini, produk dijual dan distribusikan oleh Cibo Agro ke pedagang pengecer pedagang sayuran keliling yang akan menjual produk Cibo Agro ke konsumen-konsumen. Dalam hal ini produk sayuran hijauan organik merupakan produk yang banyak dibutuhkan oleh konsumen Cibo Agro. Konsumen produk sayuran organik Cibo Agro ini umumnya adalah konsumen rumah tangga yang tinggal di salah satu perumahan di Kota Bandung. Produk yang diinginkan oleh konsumen perumahan haruslah memiliki mutu yang baik, seperti pada penampilan fisik yang tidak boleh ada berlubang, tidak layu, tidak kuning dan harus masih segar. Sebagai ilustrasi, harga yang dijual oleh Cibo Agro ke konsumen langsung adalah Rp2.500,- 250 g atau Rp10.000kg untuk semua produk sayuran yang di produksi Kangkung, Bayam, Sosin, Pakcoy dan Selada dan dijual oleh pengecer Rp3.000250 g. Anggota primer pada model 1 ini adalah Poktan Cibo Agro dan pengecer. Poktan Cibo Agro merupakan anggota utama dan sangat penting dalam struktur rantai pasok 1 ini. Poktan Cibo Agro dalam memilih mitra kerjasama tidak memerlukan kriteria-kriteria khusus dalam pengembangan usaha sayuran organik. Untuk pedagang pengecer, Cibo Agro memiliki pedagang pengecer langganan yang akan menjual sayuran organik Cibo Agro ke konsumen. Untuk pemilihan mitra benih toko penjual benih bagi petani, mitra benih bisa didapatkan dimana saja, asalkan benih yang akan dibeli sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh ICS, yaitu bukan merupakan benih rekayasa genetika. Begitupula dengan pembelian pupuk, siapapun mitra yang diajak bekerjasama tidak terlalu penting, yang terpenting adalah kotoran hewan yang dibeli sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sistem transaksi pada model ini adalah transaksi cash dan tidak ada perjanjian kontraktual. Pembayaran cash dilakukan karena produk sayuran organik diserahkan langsung kepada pedagang pengecer dan langsung dibayar saat itu juga. Sama halnya dengan pedagang pengecer, untuk produsen benih dan kotoran hewan tidak ada kesepakatan kontraktual, semua transaksi penjualan dilakukan secara cash. Sumber daya fisik yang dimiliki oleh Poktan Cibo Agro meliputi sumberdaya lahan, sarana dan prasarana pendukung. Lahan yang dimiliki oleh petani Cibo Agro keseluruhan adalah 9.380 m 2 yang tersebar di dua 2 Kecamatan yaitu Selaawi dan Limbangan. Lahan yang dimiliki oleh petani Cibo Agro luasnya beragam dan masih tergolong kecil di bawah 1 Ha. Sarana produksi yang dimiliki seperti peralatan proses produksi telah dimiliki oleh masing-masing petani Cibo Agro. Pada tahun 2011, Cibo Agro mendapatkan bantuan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura TPH Garut berupa satu 1 peralatan mesin pompa untuk pengairan lahan. Lahan yang digunakan masih dilakukan di lahan terbuka dan belum memiliki screen house tersendiri. Rencana kedepannya petani Cibo Agro akan menggunakan screen house yang dibantu oleh Dinas TPH Garut. Dalam pengemasan juga demikian, sayuran di kemas dengan plastik putih lalu ditempelkan stikel label di atasnya. Petani Cibo Agro belum sepenuhnya menggunakan teknologi modern seperti pada poktan-poktan yang sudah maju. Namun dengan penggunaan teknologi yang masih sederhana, tidak menghalangi keinginan petani untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Untuk proses pengangkutan, petani mengantarkan sendiri hasil panen ke Ketua Poktan Cibo Agro dengan menggunakan sepeda motor. Proses pengemasan seluruhnya diserahkan pada ketua poktan, Bapak Asep Muldiana. Sayuran akan disortir kembali kemudian dikirim ke konsumen. Proses pengangkutan dan pengiriman sayuran organik ke konsumen perumahan di Bandung dilakukan oleh Ketua Poktan Cibo Agro menggunakan sepeda motor. Salah satu aspek penting dalam mengembangkan rantai pasok adalah aspek trust building. Membangun kepercayaan khususnya kepercayaan konsumen harus benar-benar dilakukan dan diperhatikan dengan cermat, karena konsumen pangan organik sudah semakin kritis dengan produk- produk pertanian organik. Konsumen memiliki keinginan yang harus dipenuhi oleh produsen Poktan Cibo Agro, seperti penampilan fisik produk dan kesegaran produk. Untuk menjaga kepercayaan konsumen ini maka Cibo Agro harus benar-benar menjaga mutu produk yang dihasilkan. Meskipun telah memiliki sertifikasi dari LSPO dan memiliki label dengan logo Organik Indonesia, tetapi jika mutu tidak diperhatikan, maka kepercayaan konsumen akan sedikit demi sedikit menghilang.

4.5.2 Model Rantai Pasok 2