1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian memberikan kontribusi tinggi dalam perekonomian di Indonesia yaitu sebesar 20,9 pada triwulan I tahun 2012, salah satu sub
sektor pertanian yang memberikan kontribusi tinggi pada Sektor Pertanian adalah Subsektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 61,0 persen BPS 2012.
Subsektor Tanaman Bahan Makanan ini merupakan sekumpulan tanaman hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman
biofarmaka. Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia, karena di dalam
sayuran mengandung berbagai sumber vitamin, provitamin, mineral, serat dan karbohidrat yang bermacam-macam, serta mengandung zat antioksidan dan
antibakteri yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Gaya hidup sehat atau yang lebih dikenal dengan slogan “back to
nature ” di era abad 21 dan modern seperti sekarang ini semakin banyak
dilakukan. Banyak masyarakat yang telah menyadari pentingnya kesehatan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan yang berbahaya bagi tubuh,
khususnya sayuran yang banyak mengandung bahan kimia, seperti sayur- sayuran yang mengandung pestisida kimia berbahaya Manuhutu 2005.
Penggunaan bahan kimia ini selain membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia, juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan hidup. Slogan “back
to nature ” inilah yang sedikit demi sedikit mendorong masyarakat untuk
memilih produk-produk organik khususnya sayuran organik. Kesadaran untuk “back to nature” di sektor pertanian ini didukung
oleh pemerintah melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan memprakarsai Program “Go Organik 2010” yang telah
dikembangkan sejak tahun 2001
.
Misi yang diemban dalam Program “Go Organik 2010” adalah “Meningkatkan mutu hidup masyrakat dan kelestarian
lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan” Maporina 2006.
Banyaknya permintaan sayuran organik dipasaran menandakan bahwa bisnis sayuran organik memiliki potensi dan peluang yang baik untuk
dikembangkan, sehingga dapat mendorong pertanian organik menjadi berdaya saing dan berkelanjutan. Berdasarkan Surono 2007 dalam Saragih
2008, pada tahun 2006, pertumbuhan permintaan domestik mencapai 600 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Permintaan ini setara dengan
5-6 juta USD United State Dollar atau sekitar 45-56 Miliar rupiah. Jika pada tahun 2005 jumlah outlet atau retailer organik hanya sekitar 10 buah, maka
pada tahun 2007 angka itu sudah lebih dari 20 buah. Bahkan, beberapa restoran organik sudah berdiri di Jakarta dan Yogyakarta. Penyebaran outlet,
atau toko organik ini juga sudah menyebar dari yang semula hanya terdapat di Yogyakarta dan Jakarta, sekarang sudah menyebar ke Bogor, Bandung,
Medan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Berdasarkan data yang didapat dari AOI 2011, luas area pertanian
organik tahun 2011 dikelola oleh ribuan produsen, termasuk didalamnya petani kecil yang tergabung dalam poktan dan disertifikasi dengan sistem
sertifikasi Internal Control System ICS. Jumlah produsen organik tersertifikasi sebanyak 8.683 produsen dan produsen tanpa sertifikasi
sebanyak 3.817 produsen, dengan total luas area tersertifikasi organik adalah 90.135,30 Ha dan area tanpa sertifikasi 134.917,66 Ha.
Tabel 1.1 Luas area pertanian organik Indonesia tahun 2011
Tipe Area Pertanian Organik Luas Ha
Area tersertifikasi 90.135,30
Area dalam proses sertifikasi 3,80
Area dengan sertifikasi PAMOR 5,89
Area tanpa sertifikasi 134.917,66
Total 225.062,65
Sumber : AOI 2011
Selain memiliki peluang dalam bisnis, pertanian sayuran organik juga membantu untuk meningkatkan mutu hidup masyarakat, kelestarian
lingkungan dan ketahanan pangan. Peluang yang besar di bisnis sayuran
organik memunculkan banyak produsenpedagang yang menklaim bahwa produknya adalah organik, walaupun proses produksinya tidak dilakukan
dengan standar organik, sehingga merugikan konsumen dan produsen yang menerapkan proses produksi sesuai standar organik. Salah satu cara yang
dapat meminimalisir adanya kecurangan tersebut, maka produk organik harus memiliki sertifikasi organik dari lembaga sertifikasi pangan organik yang
telah terakreditasi. Di Indonesia saat ini terdapat delapan 8 Lembaga Sertifikasi Pangan Organik LSPO yang telah terakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional KAN, yaitu LSPO PT. Sucofindo, LSPO PT. Mutuagung Lestari Bogor, LSPO Sumatera Barat, LSPO Inofice, LSPO Bio
Cert, LSPO Lesos Surabaya, LSPO Persada Yogyakarta dan LSPO SDS Jember. Proses produksi hingga pemasaran produk organik dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
Bukan product claim
PANGAN ORGANIK ?
Adalah process claim
Pelabelan
Handling Dll
Sertifikasi Dll
Pemrosesan Produksi
Pencucian Pengepakan
Penyimpanan Pengolahan
Non GMO Non agro-kimia sintesis
dll
Pemasaran
Organik adalah proses
Gambar 1.1 Proses produksi hingga pemasaran produk organik PPHP 2005 dalam Palupi 2010
Terdapat satu Kecamatan dari 42 Kecamatan di Kabupaten Garut yang telah merintis pola pertanian organik dengan komoditas sayuran daun.
Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Selaawi, di Kecamatan ini terdapat 24 poktan yang tersebar di 7 tujuh Desa dengan komoditas yang dibudidayakan
adalah padi, sayuran, dan palawija. Terdapat satu poktan yang telah merintis pertanian organik, yaitu poktan organik Cibolerang Agro Cibo Agro yang
berdiri sejak tahun 2009. Poktan Cibo Agro ini tidak termasuk dalam 24 poktan binaan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
BP3K Kecamatan Selaawi, karena merupakan poktan yang didirikan secara pribadi oleh anggota-anggotanya. Poktan Cibo Agro ini merupakan satu-
satunya poktan sayuran organik yang didirikan di Kabupaten Garut dan dijadikan sebagai poktan percontohan dalam mengambangkan pertanian
organik. Pada Tahun 2011 Poktan Cibo Agro telah mendapatkan Sertifikat Pangan Organik dari Indonesian Organic Farming Certification Inofice.
Beberapa produk sayuran organik yang telah dibudidayakan dan mendapat Salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang telah memiliki poktan
poktan sayuran yang telah tersertifikasi organik adalah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut merupakan salah satu Kabupaten sentra produksi sayuran
terbesar di Jawa Barat dan merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sayuran.
Kabupaten Garut memiliki keunggulan komparatif, maupun keunggulan kompetitif. Wilayah Kabupaten Garut meliputi luas areal 306.579 ha, terdiri
dari lahan sawah seluas 50.127 ha dan lahan kering 256.392 ha yang tersebar di 42 Kecamatan. Dengan kondisi agroklimat yang ada sangat mendukung
untuk berbagai jenis sayuran dapat tumbuh baik Rohanah 2010. Bisnis sayuran organik ini merupakan peluang bagi para petani,
khususnya petani sayuran di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu propinsi penghasil hortikultura terbesar di Indonesia. Untuk pertanian organik
saat ini, menurut AOI 2011 bahwa Propinsi Jawa Barat menjadi propinsi yang memiliki produsen organik tersertifikasi terbanyak di Indonesia, yaitu
sebanyak 34 produsen organik Tabel 1.2 yang telah disertifikasi dari berbagai LSPO yang berada di Indonesia.
Nama Propinsi Jumlah
Produsen Lokasi Produsen Kabupaten
Jawa Barat 34
Bogor, Bandung, Cianjur, Tasikmalaya, Depok, Subang,
Sukabumi, Garut, Karawang
Bali 17
Karangasem, Bangli, Buleleng, Gianyar, Tabanan, Jembrana, Badung
Jawa Tengah 11
Sragen, Magelang, Semarang, Pemalang, Banjarnegara, Boyolali
Jawa Timur 10
Mojokerto, Malang, Lumajang, Pasuruan
Sumatera Barat 10
Agam, Solok, Pariaman, Lima Puluh Kota, Tanah Datar,
Kalimantan Selatan 4
Banjar, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Barito Kula
Sulawesi Selatan 3
Toraja Utara, Makassar Aceh
3 Pidie Jaya, Bener Meriah
Nusa Tenggara Timur 3
Flores Timur, Timur Tengan Selatan, Kupang
Bangka Belitung 3
Belitung Timur, Belitung Banten 2
Lebak, Tangerang
Kalimantan Barat 2
Kapuas Hulu DKI Jakarta
2 Jakarta Barat, Jakarta Timur
Sumatera Utara 2
Simalungun, Langkat Nusa Tenggara Barat
1 Sumbawa
Sulawesi Tenggara 1
Buton sertifikasi antara lain jenis sayuran daun, seperti Kangkung, Sosin, Bayam,
Pakcoy, Horinzo, Kaylan dan Selada. Pertanian sayuran organik di Kecamatan Selaawi didukung oleh tersedianya pupuk kandang yang
berlimpah, karena Kecamatan Selaawi merupakan kecamatan dengan populasi sapi potong terbanyak di Kabupaten Garut, sehingga ketersediaan
pupuk kandang tidak menjadi kendala. Tabel 1.2 Data produsen organik tersertifikasi di Indonesia tahun 2011
Sumber : AOI 2011
Sudah adanya lahan dan produk yang tersertifikasi tidak menjamin kelancaran dalam meningkatkan pendapatan pada anggota Poktan Cibo Agro,
karena belum adanya sistem kontrak yang jelas bagi poktan ini. Poktan Cibo Agro dalam memasarkan produk sayuran organik melalui pemasok yang
berada di Lembang, Kabupaten Bandung, melalui pasar lokal dan melalui pemasaran door to door perumahan konsumen. Tingkat persaingan yang
1.2 Perumusan Masalah