Produk Pertanian Organik The Analysis of Development Strategies for Organic Vegetables Business for The Group of Farmers Cibolerang Agro, Selaawi-Garut

2.2 Produk Pertanian Organik

5. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan sintetis baik dalam makanan, ternak, ikan maupun produk olahan lainnya. Organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar sistem pangan organik dan disertifikasi oleh lembaga sertifikasi organik yang telah terakreditasi BSN 2010. Produk pertanian organik di Indonesia ditetapkan dengan Standar Nasional Indonesia SNI Pertanian Organik yang disahkan oleh Badan Standarisasi Nasional BSN SNI 01-6729-2002. Standar ini bersumber pada kesepakatan antar negara yang tertuang dalam Codex Alimentarius Guidelines for the Production, Processing, Labelling and Marketing of Organically 4. Menghindari penggunaan bahan pengawet dan penyedap rasa sintesis selama pengolahan hasil. 3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh dan pupuk kimia sintetik. 2. Menghindari penggunaan kimia sintetik, baik dalam pengendalian gulma, hama dan penyakit. 1. Menghindari penggunaan benihbibit hasil rekayasa genetik dan mikroorganisme yang belum tepat guna. 8. Meningkatkan peluang pasar produk organik, baik domestik, maupun global dengan jalan menjalin kemitraan antara petani dan pengusaha yang bergerak dalam bidang pertanian. Secara teknis, menurut Agustina dan Syekhfani 2002, praktek pertanian organik diharapkan dilakukan dengan cara : 7. Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan produk-produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk dan bahan kimia pertanian lainnya. 6. Mengembangkan dan mendorong kembali menculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki petani secara turun-temurun dan merangsang kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas. kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas. 4. Label Hijau Organically Grown. Label ini mengindikasikan produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya. Adanya label dan sertifikat tersebut akhirnya para petani harus dapat menjaga mutu produk organiknya. Menurut Agustina 2006, mutu produk organik harus memenuhi enam 6 kriteria berikut : 3. Label Hijau Organik. Label ini mengindikasikan bahwa proses produksi yang sudah setara dengan Standar Nasional Indonesia SNI. 2. Label Kuning. Label ini mengindikasikan bahwa proses produksi sedang mengalami masa transisi dari cara bertani yang selama ini menggunakan bahan kimia sintetik ke cara bertani yang tidak menggunakan sama sekali bahan kimia sintetik. 1. Label Biru. Label ini mengindikasikan bahwa proses produksi yang dilakukan sudah bebas dari pestisida sintetik Selain tersertifikasi, produk pertanian organik juga harus mempunyai atribut aman untuk dikonsumsi masyarakat food safety attributes, memiliki kandungan nutrisi tinggi nutritional attributes dan ramah lingkungan eco- labelling attributes . Dengan adanya peraturan tersebut, tidaklah mudah menjual produk pertanian organik ke pasar Saragih 2008. Label-label produk organik Saragih 2008 dibagi menjadi empat 4 jenis, yaitu : Menurut Winarno et al 2002, pangan organik adalah pangan yang dihasilkan dari sistem pertanian organik, baik dalam bentuk mentah, setengah jadi maupun produk jadi. Produk pertanian organik tidak mudah diklaim sebagai produk organik, karena produk pertanian tersebut harus mendapatkan label atau sertifikat dari lembaga sertifikasi pemerintah. Di Indonesia terdapat delapan 8 Lembaga Sertifikasi Organik yang telah terakreditasi oleh KAN, lembaga-lembaga tersebut antara lain PT. Sucofindo, PT. Mutuagung Lestari, Inofice, Sumatera Barat, LeSOS, BIOCert Indonesia, Persada dan SDS Jember. Produced Foods Saragih 2008. Pada tahun 2010 BSN merevisi SNI 01- 6729-2002 menjadi SNI 01-6729-2010 dengan merevisi dua 2 poin standarisasi dalam standar pangan organik.

2.3 Penjaminan Pangan Organik