Produk Sayuran Organik Cibo Agro Kekuatan :

penyimpanan dan pengangkutan dengan menggunakan tindakan pencegahan sebagai berikut : a. Produk organik harus dilindungi setiap saat agar tidak tercampur dengan produk pangan non-organik b. Produk organik harus dilindungi setiap saat agar tidak tersentuh bahan yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam sistem produksi pangan organik dan penanganannya c. Penyimpanan produk organik harus dipisahkan dari produk konvensional dan harus secara jelas dicantumkan pada label. d. Tempat penyimpanan dan kontainer untuk pengankutan harus dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan bahan yang boleh digunakan agar produk pangan organik tidak terkontaminasi dengan bahan yang dilarang dalam SNI Sistem Pangan Organik. Proses pengangkutan produk sayuran menggunakan kendaraan roda dua, dimana petani mengantarkan langsung produk sayuran kepada konsumen atau pemasok. Pengiriman produk dilakukan pada pagi hari atau sore hari, karena jika dilakukan pada siang hari akan mengakibatkan produk sayuran menjadi cepat rusak terkena sinar matahari.

4.4 Produk Sayuran Organik Cibo Agro

Komoditas unggulan yang diusahakan oleh Poktan Cibo Agro adalah sayuran yang memiliki waktu tanam singkat, yaitu 25-30 hari, yaitu Kangkung, Pakcoy, Sosin, Bayam. Horinzo dan Kaylan. Dalam satu tahun petani bisa melakukan 6-10 kali produksi sayuran organik, dengan rataan produksi menghasilkan 100-200 kg untuk masing-masing komoditas. Besarnya tingkat permintaan pasar untuk sayuran organik ini belum diketahui dengan pasti karena tidak tersedianya data. Namun, berdasarkan informasi dari petani dan pemasok, produk yang paling banyak diminta adalah Kangkung, Bayam, Pakcoy dan Sosin. Beberapa contoh syarat-syarat produk yang akan dipasarkan dapat dilihat pada Tabel 4.8. Untuk produk yang dijual ke pemasok, petani Cibo Agro hanya mengikat sayuran per kilogram dan dimasukkan ke dalam wadah plastik putih tanpa disertai stiker label, karena pihak pemasok hanya membeli produk sayuran tanpa stiker label Cibo Agro. Lain halnya jika sayuran tersebut di jual langsung ke konsumen perumahan, maka sayuran dikemas kedalam plastik putih bening dan diberi stiker label Cibolerang Agro. Tabel 4.8 Syarat-syarat beberapa produk yang dipasarkan Sayuran Syarat-syarat produk yang dipasarkan swalayan Kangkung - Tinggi harus 30-35 cm dihitung dari akar hingga pucuk - Daun tidak boleh bolong, jika bolong, maka akan di reject dari pihak pedagang pengumpul - Sayuran dikemas pada kemasan plastik putih. Isi 1 kg terdiri dari 10-12 pohon Kangkung. Isi 250 g terdiri dari 3-4 pohon Kangkung. Sosin - Tinggi harus 30 cm dihitung dari akar - Daun tidak boleh bolong, jika bolong, maka akan di reject dari pihak pedagang pengumpul - Sayuran dikemas pada kemasan plastik putih. Isi 1 kg terdiri dari 10-12 pohon Sosin. Isi 250 g terdiri dari 3-4 pohon Sosin. Sumber : Ketua Poktan Cibo Agro 2012 hasil wawancara

4.5 Distribusi dan Rantai Pasok Produk Sayuran Organik Cibo Agro

Rantai pasok adalah keseluruhan proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen Marimin dan Maghfiroh 2010. Tang 2006 mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai pengelolaan bahan baku, informasi dan aliran keuangan melalui jaringan organisasi pemasok, manufaktur, penyedia logistik, distributor, retailer yang bertujuan untuk memproduksi dan memberikan produk atau jasa untuk konsumen. Menurut Jaffee et al 2008 jaringan organisasi rantai pasok didukung oleh tiga 3 aliran utama, yaitu : arus produk fisik, arus keuangan, arus informasi. Dalam rantai pasok produk pertanian, salah satunya didukung oleh adanya saluran distribusi yang memasarkan produk sayuran organik sampai ke tangan konsumen. Dalam hal ini, Poktan Cibo Agro melibatkan beberapa pihak, yaitu pengecer, pemasok, serta retailer dan restoran. Menurut Assauri 2002 saluran distribusi adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk yang berupa barang, atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Dalam menjalankan usaha sayuran organik, Poktan Cibo Agro terbagi menjadi tiga 3 model rantai pasok untuk mengalirkan produk sayuran organik sampai ke tangan konsumen. Model pertama 1 melibatkan petani sebagai produsen sayuran organik dan merupakan anggota utama yang paling berperan dalam rantai pasok, sedangkan model kedua 2 melibatkan pemasok sayuran organik sebagai produsen dan merupakan anggota utama dalam rantai pasok, sedangkan model ketiga 3 dilakukan jika produk tidak dapat dipasarkan melalui model pertama dan kedua. Ketiga struktur rantai tersebut dijelaskan sebagai berikut :

4.5.1 Model Rantai Pasok 1

Model yang pertama merupakan model yang sederhana dan melibatkan petani sebagai produsen dan merupakan anggota yang sangat berperan penting. Pada model rantai pasok 1 ini Gambar 4.9, yang menjadi pelaku utama dalam rantai pasok produk sayuran adalah petani yang berperan sebagai produsen utama sayuran organik. Dalam hal ini produk sayuran organik unggulan yang diusahakan adalah Kangkung, Bayam, Sosin, Pakchoy dan Selada yang merupakan tanaman sayuran dengan musim tanam yang singkat, antara 25-30 hari dan paling banyak dipesan oleh konsumen. Dalam pembelian benih, ada beberapa benih sayuran yang dibeli oleh petani Cibo Agro dalam bentuk kemasan yang ada di toko-toko pertanian yang ada dipasaran dan membeli bahan pupuk organik, terutama kotoran hewan dibeli dari para peternak di sekitar lahan pertanian Cibo Agro. Dalam pembelian kotoran hewan, tidak ada bentuk kerja sama khusus antara peternak dan Cibo Agro, hanya sebatas sistem kompensasi pada harga kotoran hewan. Pengecer PetaniPoktan Cibo Agro Konsumen = Aliran Produk = Aliran Informasi = Aliran Uang Gambar 4.9 Model struktur rantai pasok 1 produk sayuran organik Cibo Agro. Pada model rantai pasok ini, produk dijual dengan menggunakan kemasan plastik putih bening dan diberi label merk Cibo Agro. Dalam saluran distribusi model pertama ini, produk dijual dan distribusikan oleh Cibo Agro ke pedagang pengecer pedagang sayuran keliling yang akan menjual produk Cibo Agro ke konsumen-konsumen. Dalam hal ini produk sayuran hijauan organik merupakan produk yang banyak dibutuhkan oleh konsumen Cibo Agro. Konsumen produk sayuran organik Cibo Agro ini umumnya adalah konsumen rumah tangga yang tinggal di salah satu perumahan di Kota Bandung. Produk yang diinginkan oleh konsumen perumahan haruslah memiliki mutu yang baik, seperti pada penampilan fisik yang tidak boleh ada berlubang, tidak layu, tidak kuning dan harus masih segar. Sebagai ilustrasi, harga yang dijual oleh Cibo Agro ke konsumen langsung adalah Rp2.500,- 250 g atau Rp10.000kg untuk semua produk sayuran yang di produksi Kangkung, Bayam, Sosin, Pakcoy dan Selada dan dijual oleh pengecer Rp3.000250 g. Anggota primer pada model 1 ini adalah Poktan Cibo Agro dan pengecer. Poktan Cibo Agro merupakan anggota utama dan sangat penting dalam struktur rantai pasok 1 ini. Poktan Cibo Agro dalam memilih mitra kerjasama tidak memerlukan kriteria-kriteria khusus dalam pengembangan usaha sayuran organik. Untuk pedagang pengecer, Cibo Agro memiliki pedagang pengecer langganan yang akan menjual sayuran organik Cibo Agro ke konsumen. Untuk pemilihan mitra benih toko penjual benih bagi petani, mitra benih bisa didapatkan dimana saja, asalkan benih yang akan dibeli sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh ICS, yaitu bukan merupakan benih rekayasa genetika. Begitupula dengan pembelian pupuk, siapapun mitra yang diajak bekerjasama tidak terlalu penting, yang terpenting adalah kotoran hewan yang dibeli sesuai dengan prosedur yang berlaku. Sistem transaksi pada model ini adalah transaksi cash dan tidak ada perjanjian kontraktual. Pembayaran cash dilakukan karena produk sayuran organik diserahkan langsung kepada pedagang pengecer dan langsung dibayar saat itu juga. Sama halnya dengan pedagang pengecer, untuk produsen benih dan kotoran hewan tidak ada kesepakatan kontraktual, semua transaksi penjualan dilakukan secara cash. Sumber daya fisik yang dimiliki oleh Poktan Cibo Agro meliputi sumberdaya lahan, sarana dan prasarana pendukung. Lahan yang dimiliki oleh petani Cibo Agro keseluruhan adalah 9.380 m 2 yang tersebar di dua 2 Kecamatan yaitu Selaawi dan Limbangan. Lahan yang dimiliki oleh petani Cibo Agro luasnya beragam dan masih tergolong kecil di bawah 1 Ha. Sarana produksi yang dimiliki seperti peralatan proses produksi telah dimiliki oleh masing-masing petani Cibo Agro. Pada tahun 2011, Cibo Agro mendapatkan bantuan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura TPH Garut berupa satu 1 peralatan mesin pompa untuk pengairan lahan. Lahan yang digunakan masih dilakukan di lahan terbuka dan belum memiliki screen house tersendiri. Rencana kedepannya petani Cibo Agro akan menggunakan screen house yang dibantu oleh Dinas TPH Garut. Dalam pengemasan juga demikian, sayuran di kemas dengan plastik putih lalu ditempelkan stikel label di atasnya. Petani Cibo Agro belum sepenuhnya menggunakan teknologi modern seperti pada poktan-poktan yang sudah maju. Namun dengan penggunaan teknologi yang masih sederhana, tidak menghalangi keinginan petani untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Untuk proses pengangkutan, petani mengantarkan sendiri hasil panen ke Ketua Poktan Cibo Agro dengan menggunakan sepeda motor. Proses pengemasan seluruhnya diserahkan pada ketua poktan, Bapak Asep Muldiana. Sayuran akan disortir kembali kemudian dikirim ke konsumen. Proses pengangkutan dan pengiriman sayuran organik ke konsumen perumahan di Bandung dilakukan oleh Ketua Poktan Cibo Agro menggunakan sepeda motor. Salah satu aspek penting dalam mengembangkan rantai pasok adalah aspek trust building. Membangun kepercayaan khususnya kepercayaan konsumen harus benar-benar dilakukan dan diperhatikan dengan cermat, karena konsumen pangan organik sudah semakin kritis dengan produk- produk pertanian organik. Konsumen memiliki keinginan yang harus dipenuhi oleh produsen Poktan Cibo Agro, seperti penampilan fisik produk dan kesegaran produk. Untuk menjaga kepercayaan konsumen ini maka Cibo Agro harus benar-benar menjaga mutu produk yang dihasilkan. Meskipun telah memiliki sertifikasi dari LSPO dan memiliki label dengan logo Organik Indonesia, tetapi jika mutu tidak diperhatikan, maka kepercayaan konsumen akan sedikit demi sedikit menghilang.

4.5.2 Model Rantai Pasok 2

Pada struktur rantai pasok 2 ini, yang menjadi anggota primer dan memiliki peranan penting dalam aliran produk ke konsumen adalah pemasok dan ritel. Model rantai pasok 2 seperti dimuat pada Gambar 4.10. Saluran distribusi produk sayuran yang diproduksi oleh Poktan Cibo Agro didistribusikan dan dipasok ke pemasok yang ada di Bandung. Pemasok di Bandung yang bemitra dengan Poktan Cibo Agro adalah Royal Farm, yang merupakan pemasok sayuran organik yang memasok sayuran organik ke ritel modern market dan restoran yang berada di sekitar Bandung. Sayuran organik yang dipasok ke Royal Farm tidak hanya berasal dari Cibo Agro, namun juga dari poktan-poktan lainnya yang ada di Bandung Lembang dan Ciwidey dan Subang. Produk yang ditawarkan kepada supermarket beraneka macam, mulai dari sayuran hijauan dan sayuran buah. PetaniPoktan Cibo Agro Ritel dan Restoran Konsumen Pemasok = Aliran Produk = Aliran Informasi = Aliran Uang Gambar 4.10 Model struktur rantai pasok 2 produk sayuran organik Cibo Agro Sayuran dari Royal Farm yang dipasok ke ritel antara lain supermarket Setiabudi, supermarket grup YogyaGriya, supermarket grup Borma. Selain supermarket, Royal Farm juga memasok untuk restoran- restoran yang ada di sekitar Bandung, restoran tersebut merupakan restoran dari grup Baso Malang Karapitan. Dalam hal ini, pada model ini, produk dijual dengan menggunakan kemasan plastik putih dan diberi label merk Royal Farm , dan bukan merk dari mitra tani. Produk sayuran hijauan organik merupakan produk yang banyak dibutuhkan oleh Royal Farm dari mitra tani, salah satunya Cibo Agro. Harga dari petani Cibo Agro Rp5.500kg. Harga yang dijual dari Cibo Agro kepada Royal Farm adalah Rp8.000kg atau Rp2.000250 g. Royal Farm menjual sayuran organik ke supermarket dalam bentuk kemasan berlabel dengan ukuran 250 g dengan harga Rp3.500– Rp4.500 atau Rp14.000–Rp18.000kg. Ritel mengambil keuntungan 25 persen dari harga Royal Farm, Rp4.400–Rp5.600250 g atau Rp17.600– Rp22.400kg. Model rantai pasok yang ke 2 ini, bentuk kerjasama dalam distribusi produk yang terjadi menyertakan ikatan kontraktual antara anggota rantai Marimin dan Maghfiroh 2010. Namun ada yang tidak menggunakan kontraktual tertulis dengan materai dan hanya sebatas menggunakan kesepakatan harga. Kerjasama antara Royal Farm dan Cibo Agro yang dulu pernah dilakukan hanya sebatas pada kesepaktan harga, belum ada kontrak tertulis di atas materai yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Belum adanya kontrak secara tertulis ini yang menyebabkan kondisi terakhir pada saat penelitian selesai dilakukan, antara Cibo Agro dan Royal Farm sudah tidak bermitra bekerjasama lagi. Sedangkan kerjasama antara Royal Farm dengan ritel telah memiliki kontrak tertulis, dimana setiap hari Royal Farm harus dapat memasok berbagai macam komoditas ke ritel. Sistem transaksi yang ada pada model 2 bukan berbentuk cash, melainkan menggunakan faktur penjualan yang diberikan kepada poktan dan dibayar dua 2 minggu sesudahnya. Hal ini juga sama dilakukan ritel kepada Royal Farm , pembayaran dilakukan ada yang cash namun ada pula yang menunggu hingga dua 2 minggu. Selain belum adanya kontrak antara Cibo Agro dan Royal Farm, sistem transaksi inilah yang menjadi salah satu kendala dalam memasarkan produk sayuran organik, terutama bagi Cibo Agro. Untuk proses pengangkutan sayuran organik dari petani Cibo Agro ke Royal Farm , dilakukan oleh petani Cibo Agro menggunakan sepeda motor. Sedangkan pengangkutan produk sayuran organik dari Royal Farm ke retailerrestoran dilakukan oleh pihak Royal Farm dengan menggunakan mobil dan motor. Untuk proses pengemasan, produk sayuran organik yang dikirim oleh mitra tani langsung diserahkan ke bagian gudang penyimpanan, seluruhnya diserahkan pada pekerja Royal Farm untuk dilakukan penyortiran kembali. Proses pernyotiran ini harus disaksikan oleh mitra tani yang mengirim, sehingga produk-produk yang kena reject langsung diserahkan kembali pada mitra tani saat itu juga sehingga tidak menimbulkan kerugian dan kecurigaan adanya kecurangan. Begitu pula yang dilakukan oleh supermarket produk yang dikirim oleh Royal Farm akan disortir kembali.

4.5.3 Model Rantai Pasok 3

Pada struktur rantai pasok 3 ini, yang menjadi anggota primer dan memiliki peranan penting dalam aliran produk ke konsumen adalah petani dan Poktan Cibo Agro. Model rantai pasok 3 seperti dimuat pada Gambar 4.11. Model rantai pasok 3 ini tidak selalu dilakukan, model ini dilakukan jika produksi sayuran Cibo Agro untuk Royal Farm berlebih, sedangkan permintaan Royal Farm tidak sesuai dengan jumlah yang Cibo Agro produksi lebih sedikit, maka Cibo Agro akan memasarkan sayuran organik ke pasar lokal, yaitu Pasar Cirapuhan dan Pasar Limbangan. Risikonya, harga untuk sayuran organik akan sama dengan sayuran non organik. Model rantai pasok ini terjadi juga karena belum adanya kontrak tertulis yang pasti mengenai waktu dan jumlah permintaan Royal Farm yang harus di penuhi oleh Cibo Agro dan menjadikan produksi sayuran Cibo Agro belum efektif. PetaniPoktan Cibo Agro Pengecer Konsumen Pengumpul = Aliran Produk = Aliran Informasi = Aliran Uang Gambar 4.11 Model struktur rantai pasok 3 produk sayuran organik Cibo Agro Pada model ini, produk dijual tidak menggunakan kemasan apapun, hanya menggunakan tali untuk mengikat sayuran. Harga yang dijual dari Cibo Agro kepada pengumpul adalah Rp600ikat. Pengumpul menjual sayuran organik ke pengecer dengan harga Rp700 – Rp800ikat dan pengecer menjual sayuran ke konsumen dengan harga Rp1.000ikat. Sistem transaksi pembayaran pada model ini sama dengan sistem pembayaran dengan model rantai pasok 1, yaitu transaksi cash dan tidak ada perjanjian kontraktual. Pembayaran cash dilakukan karena produk sayuran organik diserahkan langsung kepada pengumpul dan langsung dibayar saat itu juga. Sama halnya dengan pedagang pengecer ke konsumen, pembayaran dilakukan secara cash, atau langsung.

4.5.4 Perbandingan Harga pada Tiap Saluran Distribusi

Perbandingan harga dari tiap rantai dilihat berdasarkan harga jual dari petani hingga ke retailer, dari perhitungan ini akan dapat dilihat nilai keuntungan masing-masing rantai beserta kelebihan dan kekurangannya. a. Cibo Agro Pengecer Konsumen Harga Kelebihan Kekurangan Harga dari petani sebelum dijual : - Rp5.500kg - Rp1.375250 g Harga jual ke pengecer : - Rp2.500250 g - Rp10.000kg Harga jual ke konsumen : Rp3.000250 g - Cibo Agro mendapatkan nilai tambah dengan memasarkan produk mengunakan label dan kemasan sendiri - Cibo Agro berperan sebagai anggota utama dalam mendistribusikan produk - Dapat mengetahui secara langsung produk sayuran organik yang diinginkan konsumen - Pembayaran cash - Kuantitas permintaan belum diketahui dengan pasti - Produksi dilakukan berdasarkan pesanan, sehingga tidak dapat menanam terlalu banyak jenis sayuran. - Harus aktif melakukan promosi b. Cibo Agro Pemasok Harga Kelebihan Kekurangan Harga dari petani sebelum dijual ke pemasok : - Rp5.500kg - Rp1.375250 g Harga jual jual ke pemasok : - Rp8.000kg - Rp2.000250 g - Pemasok telah memiliki jaringan distribusi dan pasar sendiri, sehingga membantu Cibo Agro dalam memasarkan produk. - Dapat menjadi pengalaman Cibo Agro sebelum memasuki pasar modern. - Belum adanya sistem kontrak dengan pemasok dan sistem transaksi pembayaran menunggu 2 minggu - Mempersiapkan secara tepat kemampuan produksi untuk memenuhi permintaan - Tidak dapat memasarkan produk dengan kemasan dan label sendiri - Banyaknya pesaing dengan mitra tani lain - Hanya sebatas anggota sekunder c. Pemasok Ritel Konsumen Harga Kelebihan Kekurangan Harga dari pemasok ke ritel dan restoran: - Rp14.000-Rp18.000kg - Rp3.500-Rp4.500 250 g Harga jual ritel +25 dari harga pemasok - Rp17.600 -Rp22.400 kg - Rp4.400 - Rp5.600250 g - Terdapat sistem kontrak yang jelas - Persaingan antar pemasok semakin ketat - Untuk memasuki pasar modern baru tidaklah mudah dan memerlukan modal cukup besar Berdasarkan pada perhitungan selisih harga jual dan keuntungan, aliran produk langsung ke pengecer memiliki keuntungan dan nilai tambah yang besar bagi Cibo Agro, dengan selisih Rp4.500kg dari harga petani, sebelum dijual ke pengecer. Selain selisih harga yang cukup menguntungkan bagi petani dan Cibo Agro, penjualan produk menggunakan label kemasan milik Cibo Agro sendiri. Hal ini bisa menjadi salah satu nilai tambah bagi petani Cibo Agro, dan dapat menjaga kepercayaan bahwa produk yang dijual merupakan produk organik murni dan bisa dibuktikan. Aliran produk dari petani ke pemasok tidak terlalu menguntungkan bagi petani, karena harga jual lebih rendah bila dibandingkan dengan harga jual ke pengecer, karena harga yang ditentukan sudah disepakati antara kedua belah pihak. Selisih harga dari petani dengan harga jual Rp2.500, dua 2 kali lebih murah jika dibandingkan dengan harga jual ke pengecer. Begitu pula dari segi label dan kemasan, Cibo Agro tidak menggunakan label dan kemasan sendiri, karena pemesanan dilakukan dalam bentuk curah tanpa label kemasan. Dalam hal ini tidak Cibo Agro tidak mendapatkan nilai tambah. Awalnya Cibo Agro pernah memasarkan secara langsung produk ke salah satu supermarket besar, namun tidak berjalan dengan efektif karena pihak supermarket terlalu lama dalam melakukan transaksi pembayaran, sehingga selanjutnya pemasaran ke supermarket dilakukan melalui pihak pemasok. Untuk saat ini Cibo Agro belum memungkinkan untuk melakukan penjualan langsung ke supermarket karena dari sisi transaksi pembayaran yang terlalu lama, dari sisi produksi Cibo Agro juga belum dapat memenuhi permintaan supermarket secara kontinu. Tetapi tidak menutup kemungkinan, Cibo Agro dapat melakukan pemasaran langsung ke supermarket- supermarket kecil di wilayah Garut yang memiliki permintaan sayuran organik yang tidak terlalu banyak seperti supermarket-supermarket besar. Menurut Anatan dan Ellitan 2008 ada beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan dalam mengelola rantai pasokan : 1. Kompleksitas struktur supply chain Struktur rantai pasok yang kompleks dan melibatkan banyak pihak di dalam maupun luar perusahaan, masing-masing akan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan tidak jarang saling bertentangan sehingga menjadikan perusahaan harus dapat mengatasi konflik dalam mengelola rantai pasok. 2. Ketidakpastian Ketidakpastian akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap rencana yang sudah dibuat. Ketidakpastian berasal dari tiga 3 sumber, yaitu ketidakpastian permintaan harga bahan baku, lead time pengiriman, ketidakpastian mutu dan ketidakpastian internal. Cibo Agro jika ingin dapat mengembangkan usaha sayuran organik, harus bisa menciptakan nilai dengan mengintegrasikan rantai pasokan, sehingga dapat dicapai mutu produk yang lebih tinggi, meningkatkan produktivitas, efisiensi penggunaan mesin dan meningkatkan efisiensi, serta flesibilitas logistik Kim dan Narasimhan 2002. Berdasarkan kedua model rantai pasok yang telah dilakukan oleh Poktan Cibo Agro, model rantai pasok pertama lebih menguntungkan para petani khususnya Cibo Agro. Namun lebih menguntungkan lagi apabila produk tersebut langsung dipasarkan ke konsumen pribadi dan supermarket berskala kecil tanpa harus melalui pedagang pengecer penjual sayur keliling ataupun pemasok. Aliran produk ini selain menguntungkan juga dapat membuat petani merasa bangga dengan produk yang dipasarkan menggunakan label kemasan milik sendiri dan memiliki harga cukup tinggi, sehingga diharapkan jika aliran produk ini berjalan dengan lancar dan efektif, agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

4.6 Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Poktan Cibolerang Agro

Keberhasilan suatu perusahaanusaha tidak terlepas dari pengaruh adanya faktor-faktor dalam perusahaanusaha tersebut, baik dari lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Begitupula yang dihadapi oleh Poktan Cibo Agro, dalam usaha mengembangkan usaha sayuran organik, dipengaruhi oleh faktor-faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh poktan, sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman bagi poktan.

4.6.1 Analisis Faktor Internal Cibo Agro

Analisis faktor internal terdiri dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan Poktan Cibo Agro terdiri dari empat 4 faktor dan faktor kelemahan Poktan Cibo Agro terdiri dari tujuh 7 faktor. Faktor- faktor kekuatan dan kelemahan tersebut antara lain :

a. Kekuatan :

1 Keberagaman produk sayuran daun organik Keberagaman produk sayuran daun organik merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Poktan Cibo Agro. Meskipun komoditas unggulan dalam Poktan Cibolerang Agro hanya pada empat 4 komoditas, namun dalam pengusahaannya poktan ini membudidayakan lebih dari lima 5 komoditas lainnya, yaitu Horinzo, Kaylan, Selada, Kapri dan Buncis. Keberagaman produk sayuran ini menjadi suatu kekuatan, karena konsumen mendapatkan pilihan yang banyak, sehingga dapat memenuhi permintaan dan kebutuhan konsumen dan pasar. Faktor ini juga yang akhirnya dapat mengikat konsumen untuk tetap setia terhadap produk Cibo Agro. Jika kebutuhan dan permintaan pelanggan tidak dapat terpenuhi, maka pelanggan akan beralih ke produsen sayuran organik yang lain. 2 Memiliki kemasan dan label sendiri Salah satu kekuatan yang mendukung pemasaran produk Poktan Cibo Agro adalah adanya kemasan dan label yang sudah dimiliki oleh kelompok ini. Kemasan produk ini berupa plastik putih bening berukuran sesuai dengan ukuran masing-masing produk sayuran organik yang akan dipasarkan. Selain kemasan, kelompok ini sudah memiliki label produk sendiri yang diberi nama sesuai dengan nama poktannya yaitu Cibo Agro Organik. Kemasan ini bertujuan untuk tetap menjaga kesegaran dan mutu produk agar tidak cepat rusak dan layu. Sedangkan label pada kemasan merupakan merek dagang agar produk sayuran poktan dapat dikenali oleh pelanggan ditengah-tengah maraknya produk sayuran organik sejenis dari pesaing lain. Adanya kemasan dan label ini dapat memberikan nilai tambah bagi produk. 3 Lahan bersertifikasi dan sudah memiliki ICS Dalam melakukan proses produksi, Poktan Cibo Agro telah melalui sertifikasi dari LSPO Inofice dan ditetapkan sebagai pertanian organik pada tahun 2011. Dalam memproduksi sayuran organik sudah memiliki ICS yang mengawasi semua kegiatan produksi sayuran organik. SOP yang dimiliki sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan SNI 01-6729-2010 Sistem Pangan Organik dan ketentuan- ketentuan yang disyaratkan oleh LSPO Inofice. Adanya sertifikasi ini, maka semua proses produksi dan sarana produksi seperti pupuk, benih, irigasi dan proses pasca panen sangat memperhatikan prosedur-prosedur yang telah ditentukan. Sebagai contoh adalah penggunaan pupuk, poktan ini menggunakan pupuk hewan yang bahan makanannya tidak mengandung bahan kimia dan kandangnya bertempat didaerah yang tidak dekat dengan jalan raya. 4 Harga produk terjangkau Harga produk yang dipasarkan oleh Poktan Cibo Agro ini sangat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Harga jual lebih murah dari yang dijual di supermarket, karena pelanggan lebih suka membeli langsung ke poktan daripada membeli di supermarket. Harga di poktan rataannya Rp2.500250 g untuk setiap komoditas Kangkung, Bayam, Sosin, dan Pakcoy dan dijual oleh pengecer Rp3.000250 g. Jika ada yang membeli dalam jumlah besar, maka sayuran dijual per kg dengan harga Rp.10.000kg untuk setiap komoditas. Sedangkan harga di tingkat pemasokdistributor produk dijual Rp3.500–Rp4.500250 g, atau Rp14.000-Rp18.000kg dan ditingkat retailer Rp4.400–Rp5.600250 g, atau Rp17.600– Rp22.400kg.

b. Kelemahan :