dikirim oleh mitra tani langsung diserahkan ke bagian gudang penyimpanan, seluruhnya diserahkan pada pekerja Royal Farm untuk dilakukan penyortiran
kembali. Proses pernyotiran ini harus disaksikan oleh mitra tani yang mengirim, sehingga produk-produk yang kena reject langsung diserahkan
kembali pada mitra tani saat itu juga sehingga tidak menimbulkan kerugian dan kecurigaan adanya kecurangan. Begitu pula yang dilakukan oleh
supermarket produk yang dikirim oleh Royal Farm akan disortir kembali.
4.5.3 Model Rantai Pasok 3
Pada struktur rantai pasok 3 ini, yang menjadi anggota primer dan memiliki peranan penting dalam aliran produk ke konsumen adalah petani
dan Poktan Cibo Agro. Model rantai pasok 3 seperti dimuat pada Gambar 4.11. Model rantai pasok 3 ini tidak selalu dilakukan, model ini dilakukan jika
produksi sayuran Cibo Agro untuk Royal Farm berlebih, sedangkan permintaan Royal Farm tidak sesuai dengan jumlah yang Cibo Agro produksi
lebih sedikit, maka Cibo Agro akan memasarkan sayuran organik ke pasar lokal, yaitu Pasar Cirapuhan dan Pasar Limbangan. Risikonya, harga untuk
sayuran organik akan sama dengan sayuran non organik. Model rantai pasok ini terjadi juga karena belum adanya kontrak tertulis yang pasti mengenai
waktu dan jumlah permintaan Royal Farm yang harus di penuhi oleh Cibo Agro dan menjadikan produksi sayuran Cibo Agro belum efektif.
PetaniPoktan Cibo Agro
Pengecer
Konsumen Pengumpul
= Aliran Produk = Aliran Informasi
= Aliran Uang
Gambar 4.11 Model struktur rantai pasok 3 produk sayuran organik Cibo Agro
Pada model ini, produk dijual tidak menggunakan kemasan apapun, hanya menggunakan tali untuk mengikat sayuran. Harga yang dijual dari Cibo
Agro kepada pengumpul adalah Rp600ikat. Pengumpul menjual sayuran
organik ke pengecer dengan harga Rp700 – Rp800ikat dan pengecer menjual sayuran ke konsumen dengan harga Rp1.000ikat. Sistem transaksi
pembayaran pada model ini sama dengan sistem pembayaran dengan model rantai pasok 1, yaitu transaksi cash dan tidak ada perjanjian kontraktual.
Pembayaran cash dilakukan karena produk sayuran organik diserahkan langsung kepada pengumpul dan langsung dibayar saat itu juga. Sama halnya
dengan pedagang pengecer ke konsumen, pembayaran dilakukan secara cash, atau langsung.
4.5.4 Perbandingan Harga pada Tiap Saluran Distribusi
Perbandingan harga dari tiap rantai dilihat berdasarkan harga jual dari petani hingga ke retailer, dari perhitungan ini akan dapat dilihat nilai
keuntungan masing-masing rantai beserta kelebihan dan kekurangannya. a. Cibo Agro Pengecer Konsumen
Harga Kelebihan Kekurangan
Harga dari petani sebelum dijual :
- Rp5.500kg - Rp1.375250 g
Harga jual ke pengecer : - Rp2.500250 g
- Rp10.000kg
Harga jual ke konsumen : Rp3.000250 g
- Cibo Agro mendapatkan nilai
tambah dengan memasarkan produk
mengunakan label dan kemasan sendiri
- Cibo Agro berperan sebagai anggota
utama dalam mendistribusikan
produk
- Dapat mengetahui secara langsung
produk sayuran organik yang
diinginkan konsumen
- Pembayaran cash - Kuantitas permintaan
belum diketahui dengan pasti
- Produksi dilakukan berdasarkan pesanan,
sehingga tidak dapat menanam terlalu
banyak jenis sayuran.
- Harus aktif melakukan promosi
b. Cibo Agro Pemasok
Harga Kelebihan Kekurangan
Harga dari petani sebelum dijual ke
pemasok :
- Rp5.500kg - Rp1.375250 g
Harga jual jual ke pemasok :
- Rp8.000kg - Rp2.000250 g
- Pemasok telah memiliki jaringan
distribusi dan pasar sendiri, sehingga
membantu Cibo Agro dalam
memasarkan produk.
- Dapat menjadi pengalaman Cibo
Agro sebelum memasuki pasar
modern. - Belum adanya sistem
kontrak dengan pemasok dan sistem
transaksi pembayaran menunggu 2 minggu
- Mempersiapkan secara tepat kemampuan
produksi untuk memenuhi permintaan
- Tidak dapat memasarkan produk
dengan kemasan dan label sendiri
- Banyaknya pesaing dengan mitra tani lain
- Hanya sebatas anggota sekunder
c. Pemasok Ritel Konsumen
Harga Kelebihan Kekurangan
Harga dari pemasok ke ritel dan restoran:
- Rp14.000-Rp18.000kg
- Rp3.500-Rp4.500 250 g Harga jual ritel +25 dari
harga pemasok - Rp17.600 -Rp22.400 kg
- Rp4.400 - Rp5.600250 g - Terdapat sistem
kontrak yang jelas
- Persaingan antar pemasok semakin
ketat - Untuk memasuki
pasar modern baru tidaklah mudah dan
memerlukan modal cukup besar
Berdasarkan pada perhitungan selisih harga jual dan keuntungan, aliran produk langsung ke pengecer memiliki keuntungan dan nilai tambah
yang besar bagi Cibo Agro, dengan selisih Rp4.500kg dari harga petani, sebelum dijual ke pengecer. Selain selisih harga yang cukup menguntungkan
bagi petani dan Cibo Agro, penjualan produk menggunakan label kemasan milik Cibo Agro sendiri. Hal ini bisa menjadi salah satu nilai tambah bagi
petani Cibo Agro, dan dapat menjaga kepercayaan bahwa produk yang dijual merupakan produk organik murni dan bisa dibuktikan.
Aliran produk dari petani ke pemasok tidak terlalu menguntungkan bagi petani, karena harga jual lebih rendah bila dibandingkan dengan harga
jual ke pengecer, karena harga yang ditentukan sudah disepakati antara kedua belah pihak. Selisih harga dari petani dengan harga jual Rp2.500, dua 2 kali
lebih murah jika dibandingkan dengan harga jual ke pengecer. Begitu pula dari segi label dan kemasan, Cibo Agro tidak menggunakan label dan
kemasan sendiri, karena pemesanan dilakukan dalam bentuk curah tanpa label kemasan. Dalam hal ini tidak Cibo Agro tidak mendapatkan nilai tambah.
Awalnya Cibo Agro pernah memasarkan secara langsung produk ke salah satu supermarket besar, namun tidak berjalan dengan efektif karena
pihak supermarket terlalu lama dalam melakukan transaksi pembayaran, sehingga selanjutnya pemasaran ke supermarket dilakukan melalui pihak
pemasok. Untuk saat ini Cibo Agro belum memungkinkan untuk melakukan penjualan langsung ke supermarket karena dari sisi transaksi pembayaran
yang terlalu lama, dari sisi produksi Cibo Agro juga belum dapat memenuhi permintaan supermarket secara kontinu. Tetapi tidak menutup kemungkinan,
Cibo Agro dapat melakukan pemasaran langsung ke supermarket- supermarket
kecil di wilayah Garut yang memiliki permintaan sayuran organik yang tidak terlalu banyak seperti supermarket-supermarket besar.
Menurut Anatan dan Ellitan 2008 ada beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan dalam mengelola rantai pasokan :
1. Kompleksitas struktur supply chain Struktur rantai pasok yang kompleks dan melibatkan banyak pihak di
dalam maupun luar perusahaan, masing-masing akan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan bahkan tidak jarang saling
bertentangan sehingga menjadikan perusahaan harus dapat mengatasi konflik dalam mengelola rantai pasok.
2. Ketidakpastian Ketidakpastian akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap rencana
yang sudah dibuat. Ketidakpastian berasal dari tiga 3 sumber, yaitu ketidakpastian permintaan harga bahan baku, lead time pengiriman,
ketidakpastian mutu dan ketidakpastian internal.
Cibo Agro jika ingin dapat mengembangkan usaha sayuran organik, harus bisa menciptakan nilai dengan mengintegrasikan rantai pasokan,
sehingga dapat dicapai mutu produk yang lebih tinggi, meningkatkan produktivitas, efisiensi penggunaan mesin dan meningkatkan efisiensi, serta
flesibilitas logistik Kim dan Narasimhan 2002. Berdasarkan kedua model rantai pasok yang telah dilakukan oleh
Poktan Cibo Agro, model rantai pasok pertama lebih menguntungkan para petani khususnya Cibo Agro. Namun lebih menguntungkan lagi apabila
produk tersebut langsung dipasarkan ke konsumen pribadi dan supermarket berskala kecil tanpa harus melalui pedagang pengecer penjual sayur keliling
ataupun pemasok. Aliran produk ini selain menguntungkan juga dapat membuat petani merasa bangga dengan produk yang dipasarkan
menggunakan label kemasan milik sendiri dan memiliki harga cukup tinggi, sehingga diharapkan jika aliran produk ini berjalan dengan lancar dan efektif,
agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
4.6 Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal Poktan Cibolerang Agro