59 f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama pengganggu yang mengganggu di Kumbung Jamur D D yaitu serangga. Penanganannya pun tidak terlalu rumit hanya memasang perangkap
serangga di rak-rak jamur. Selain hama, jamur juga dapat terserang penyakit yang disebabkan oleh
fungi, bakteri, dan virus. Hal ini hanya dapat dicegah dengan memperhatikan kebersihan para pekerja. Selain itu setiap tahapan dilakukan dengan steril. Baglog
dan jamur yang terserang langsung dipisahkan dan dibakar agar penyakit tidak menular kepada baglog dan jamur yang lain.
g. Panen dan Pascapanen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat optimal,
yaitu cukup besar tetapi belum maksimal. Panen jamur dilakukan dengan cara mencabut seluruh jamur hingga bagian pangkal jamur yang terdapat pada baglog
dengan menggunakan gunting. Bagian lubang baglog harus bersih dari sisa jamur yang lama agar tidak terjadi pembusukan yang dapat menghambat pembentukan
jamur baru. Panen dilakukan pada pagi hari dan didiamkan sekitar satu jam untuk mengurangi kadar air dalam jamur. Hal tersebut dilakukan agar jamur tidak
mudah rusak saat pengemasan. Kegiatan pasca panen yang dilakukan berupa membersihkan jamur dari
kotoran dan memotong akar jamur yang kotor dengan menggunakan cutter. Jamur yang telah bersih ditimbang dan dikemas dalam kantong plastik dengan kapasitas
5 kg.
6.1.2.4 Layout
Lokasi usaha Kumbung Jamur D D terletak di Desa Bojonggede Kecamatan Bojonggede. Luasan area lokasi yang digunakan yaitu 600 m
2
yang terdiri dari ruang pengadukan dan sterilisasi, ruang inokulasi, ruang inkubasi, dan
ruang pemeliharaan, dan juga terdapat ruang inap karyawan. Tata letak ruangan sesuai dengan urutan produksi. Ruang pangadukan sekaligus loging berukuran 3 x
2 meter. Setelah proses loging selesai dilakukan, baglog dipindahkan ke ruang sterilisasi yang berukuran 3 x 3 meter. Baglog yang telah disterilisasi akan
dipindahkan ke ruang inokulasi yang berukuran 4 x 6 meter. Baglog yang telah diinokulasi akan dipindahkan ke ruang inkubasi yang berukuran 4 x 6 meter.
60 Setelah melalui tahap inkubasi selama 30 hari, baglog yang penuh miselia akan
dipindahkan ke dua ruang pemeliharaan atau kumbung yang berukuran 8 x 12 meter. Untuk jamur tiram yang telah dipanen akan melalui tahap pengemasan di
ruangan pengadukan yang tidak terpakai karena hanya dipakai saat pembuatan media tanam. Tata ruang lokasi usaha Kumbung Jamur D D dilihat pada
Lampiran 2.
6.1.2.5 Pemilihan Jenis Teknologi
Pemilihan teknologi dan peralatan produksi Kumbung Jamur D D tergolong sederhana. Proses pengadukan dilakukan secara manual menggunakan
sekop, selang, sarung tangan, dan masker. Proses pengukusan menggunakan steamer dengan kapasitas 200 baglog. Proses sterilisasi menggunakan gas LPG
sebagai bahan bakarnya. Proses inokulasi, pemeliharaan, dan pemanenan menggunakan cutter, pinset, botol, dan selang air.
6.1.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis tidak terdapat satupun kendala atau permasalahan yang menghambat jalannya usaha.
Pemilihan lokasi usaha, skala usaha, proses produksi, tata letak, dan pemilihan teknologi mampu menghasilkan produk secara optimal dan mendukung untuk
dilakukan pengembangan usaha. Sehingga secara teknis Kumbung Jamur D D layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum