86 Artinya, kegiatan pengembangan usaha dengan penambahan kapasitas kumbung
jamur 45.000 baglog per siklus produksi yaitu kumbung yang menggunakan rangka bambu selama umur proyek 10 tahun dan menggunakan tingkat discount
factor 6.407 persen memberikan keuntungan sebesar Rp 990.507.340,75. Nilai Net BC yang diperoleh dari analisis ini yaitu 3,25 yang berarti
penggunaan investasi dalam skenario III memenuhi ukuran kelayakan berdasarkan kriteria investasi dimana Net BC-nya lebih dari 1. Hasil yang diperoleh untuk
IRR yaitu 37 persen, artinya tingkat pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan sebesar 37 persen lebih besar dari tingkat diskonto yang digunakan,
yaitu 6,407 persen sehingga dapat dikatakan bahwa usaha ini layak secara finansial untuk dijalankan.
Nilai Payback Period PP yaitu selama 2,12 tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa pengembangan dengan penambahan kapasitas kumbung sebanyak 45.000
baglog dengan menggunakan rangka kayu akan dapat dikembalikan pada tahun kedua, bulan kesatu hari ke-14. Hasil ini menunjukkan waktu yang kurang dari
sepuluh tahun, sehingga layak untuk dijalankan. Dilihat dari keempat kriteria kelayakan investasi yakni NPV, Net BC, IRR, dan PP maka rencana
pengembangan kapasitas kumbung jamur tiram putih dengan menggunakan rangka kayu di Kumbung Jamur D D skenario III layak secara finansial.
Kelayakan finansial pengembangan usaha jamur tiram dengan penambahan kapasitas kumbung 45.000 baglog menggunakan rangka kayu dapat dilihat pada
Tabel 34.
Tabel 34 . Hasil Kelayakan Finansial Pengembangan dengan Penambahan
Kapasitas Kumbung 45.000 Baglog Menggunakan Rangka kayu Incremental Net Benefit
No Kriteria Investasi
Nilai 1
NPV Rp 990.507.340,75
2 Net BC
3,25 3
IRR 37
4 PP Tahun
2,12
6.2.8 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya
variabel-variabel yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa
87 dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau
diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel- variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan, niali besarnya nilai NPV, IRR,
dan nilai Net BC Gittinger 1986. Pada umumnya variabel yang diubah dalam menganalisis sensitivitas yakni harga input dan output, kuantitas produksi, waktu
proyek dan penurunan permintaan. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan perubahan yakni penurunan harga jual jamur dan kenaikan harga serbuk kayu.
Penurunan harga jamur tiram putih terjadi mengingat struktur pasar pada usaha jamur tiram putih merupakan pasar persaingan sempurna, yang tidak
menutup kemungkinan munculnya pesaing-pesaing yang memasuki usaha budidaya jamur tiram putih. Semakin banyak pesaing yang masuk tentunya
berdampak pada penurunan harga jamur tiram dan baglog di pasar, sehingga perlu dianalisis sejauh mana sensitivitas pada perubahan yang terjadi. Selama perjalanan
usaha Kumbung Jamur D D pernah mengalami harga jamur tiram terendah yakni Rp 7.200kg karena harus bersaing memperebutkan pasar, dengan kata lain
Kumbung Jamur D D pernah mengalami penurunan harga jual jamur tiram sebesar 20 persen.
Kenaikan harga faktor produksi yang akan dianalisis yaitu harga serbuk kayu. Serbuk kayu merupakan media jamur tiram yang paling utama dalam
budidaya jamur tiram putih, Kumbung jamur D D yang memproduksi baglog sendiri sampai saat ini belum memiliki kontrak dengan penyedia serbuk kayu
sehingga pelaku usaha harus mencari serbuk kayu ke beberapa tempat yang harganya ditentukan tempat penyedia serbuk kayu dan tidak menutup
kemungkinan harga serbuk kayu naik. Kumbung Jamur D D pernah mengalami kenaikan harga serbuk kayu menjadi Rp 2.750 per karung karena kehabisan
serbuk kayu di beberapa tempat. Dengan kata lain Kumbung Jamur D D pernah mengalami kenaikan harga serbuk kayu sebesar 10 persen.
1. Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Penurunan Harga
Jamur 20 persen Pada Tabel 35 dapat dilihat sensitivitas kelayakan Kumbung Jamur D D
pada ketiga skenario jika terjadi penurunan harga jamur sebesar 20 persen. Pada ketiga skenario memiliki kepekaan yang sama dimana setiap skenario tetap layak
88 untuk dilakukan walaupun terjadi penurunan harga jamur sebesar 20 persen. Hasil
ini menunjukkan kondisi nyata yang pernah terjadi, yakni penurunan harga hingga Rp 7.200 per kilogram.
Tabel 35.
Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Penurunan Harga Jamur 20 persen
Uraian Skenario I
Skenario II Skenario III
NPV Rp 49.844.581,38
407.458.397,25 618.707.056,64
Net BC 1,25
1,84 1.91
IRR 14
32 21
PP Tahun 4,27
2,22 2,46
2. Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Kenaikan Harga Serbuk
Kayu 10 persen Sensitivitas Kelayakan Kumbung Jamur D D pada ketiga skenario dapat
dilihat pada Tabel 36. Ketiga skenario tetap layak untuk dijalankan jika ada kenaikan harga serbuk kayu sebesar 10 persen atau menjadi Rp 2.750 per karung.
Kondisi ini pernah terjadi karena Kumbung Jamur D D tidak memiliki kerjasama dengan penyedia serbuk kayu sehingga Kumbung Jamur D D harus
menerima harga yang ditawarkan penyedia serbuk kayu. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa Kumbung Jamur D D tidak sensitif terhadap kenaikan
harga serbuk kayu sebesar 10 persen.
Tabel 36. Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Kenaikan Harga
Serbuk Kayu 10 persen
Uraian Skenario I
Skenario II Skenario III
NPV Rp 159.193.426,09
727.590.323,11 1.147.841.194,89
Net BC 1,86
2,70 2,83
IRR 32
55 36
PP Tahun 2,4
1,65 1,85
6.2.9 Hasil Analisis Aspek Finansial