Penelitian Mengenai Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih

19 tenaga kerja terampil, dan teknologi pengukusan yang digunakan. Strategi yang diperlukan untuk penanganan risiko adalah strategi preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya hama dan penyalit, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan maupun penyuluhan mengenai jamur tiram putih, dan menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam.

2.5.2 Penelitian Mengenai Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih

Studi kelayakan bisnis merupakan kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan. Dalam penelitian-penelitian terdahulu terkait studi kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih terkait permasalahan yang dihadapi yaitu menganalisis aspek non finansial, dan finansial dengan membandingkan berbagai macam skenario yang sudah dijalankan, serta analisis sensitivitas menggunakan switching value. Penlitian Masruri 2010 berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Jamur Tiram Putih Studi Kasus: Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor membandingkan skenario berupa membuat baglog sendiri atau membeli baglog untuk budidaya. Nasution 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih Kasus Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat membandingkan tiga skenario proses sterilisasi menggunakan kayu bakar atau gas, dan perkembangan usaha menggunakan modal pinjaman. Herbowo 2011 menganalisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih Pleurotus ostreatus Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan ketiga skenario yaitu menjual baglog jamur tiram putih, membeli baglog jamur tiram putih, dan menjual baglog 20 dan jamur tiram putih segar. Selain itu, dalam ketiga penelitian dilakukan juga analisis switching value usaha budidaya jamur tiram putih jika terjadi penurunan harga jamur tiram putih dan peningkatan biaya variabel. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Masruri 2010, Nasution 2010 dan Herbowo 2011, memperoleh hasil penelitian usaha budidaya jamur tiram putih layak dilakukan meskipun ada perbandingan dalam hasil perhitungan kriteria investasi skenario mana yang lebih layak untuk diusahakan. Analisis switching value yang dilakukan pada skenario-skenario tersebut diperoleh dua parameter yang menyatakan penurunan harga produk lebih sensitif dibandingkan kenaikan harga variabel. Penelitian terdahulu juga memberikan informasi mengenai produktivitas antar pelaku usaha di beberapa daerah mengingat budidaya jamur tiram memiliki syarat tumbuh. Perbandingan produktivitas berdasarkan tempat budidaya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 . Produktivitas Jamur Tiram Putih di Beberapa Tempat Penelitian Nama Tempat Penelitian Keadaan Lokasi Penelitian Produktivitas per baglog kg Sari Kelompok Tani Kaliwung Kalimuncar Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor 1200 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 26 derajat celcius, dan curah hujan 2400 mm per tahun 0,17 Sitanggang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa Barat 700 meter diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 25 sampai 30 derajat celcius 0,37 Connie Perusahaan Trisno Insan Mandiri Mushroom TIMMUSH Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 600 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 28 derajat celcius dan kelembaban 70 persen 0,5 Ginting Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor 1200 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 26 derajat celcius dan curah hujan 2400 mm per tahun 0,5 Masruri Yayasan Paguyuban Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor 750 sampai 1.050 meter di atas permukaan laut, dengan suhu 25 sampai 30 derajat celcius 0,725 Nasution Perusahaan X di Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Bogor, Jawa Barat 500 meter diatas permukaan laut, dengan rata-rata curah hujan 3.890 mm per tahun 0,5 Herbowo Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor 1200 meter di atas permukaan laut, suhu rata-rata 26 derajat celcius, dan curah hujan 2400 mm per tahun 0,5 21 Berdasarkan penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa pada umumnya jamur tiram putih layak untuk dijalankan namun pada setiap skenario usaha yang dijalankan memberikan penerimaan yang berbeda. Penelitian ini menganalisis aspek-aspek non finansial dan finansial membandingkan tiga skenario yaitu sebelum pengembangan usaha skenario I, dan setelah pengembangan usaha baik menggunakan rangka bambu skenario II maupun dengan rangka kayu skenario III. Perbandingan sebelum pengembangan usaha dan setelah pengembangan usaha juga dianalisis incremental net benefitnya, serta berdasarkan pengalaman pelaku usaha penelitian ini menganalisis sensitivitas yang sudah ditentukan persentase penurunan harga produk dan kenaikan variabel produksinya. Dari penelitian yang dilakukan Sari 2008, Sitanggang 2008 dan Connie 2008 penulis menggunakan informasi mengenai usahatani dan pendapatan. Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Masruri 2010, Nasution 2010 dan Herbowo 2011 penulis menggunakan konsep dan informasi mengenai kelayakan usaha yang dianalisis secara finansial maupun non finansial serta skenario yang dilakukan. Penelitian Ginting 2009 dijadikan bahan untuk memperoleh informasi mengenai sumber risiko pada usaha jamur tiram putih serta tindakan preventif yang dapat dilakukan. Semua hasil penelitian terdahulu akan digunakan sebagai pembanding penelitian ini. Dengan mengetahui kelayakan usaha jamur tiram putih pada berbagai skenario, diharapkan akan memberikan informasi apakah perlu adanya pengembangan usaha dan alternatif pengembangan yang lebih menguntungkan. 22

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis

Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya Rachmania Burhanuddin, 2008. Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang penulis lakukan.

3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam berbagai bidang, baik dalam jumlah maupun waktunya Kasmir Jakfar, 2012. Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang dan atau jasa dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar 2012, agar tujuan suatu bisnis dapat dicapai hendaknya sebelum melakukan investasi didahului dengan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang ditanamkan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Menurut Umar 2007 studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu proyek dikatakan layak apabila proyek tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak apabila telah dioperasikan. Menurut Ibrahim 2003, studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan Nurmalina et al. 2010.