88 untuk dilakukan walaupun terjadi penurunan harga jamur sebesar 20 persen. Hasil
ini menunjukkan kondisi nyata yang pernah terjadi, yakni penurunan harga hingga Rp 7.200 per kilogram.
Tabel 35.
Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Penurunan Harga Jamur 20 persen
Uraian Skenario I
Skenario II Skenario III
NPV Rp 49.844.581,38
407.458.397,25 618.707.056,64
Net BC 1,25
1,84 1.91
IRR 14
32 21
PP Tahun 4,27
2,22 2,46
2. Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Kenaikan Harga Serbuk
Kayu 10 persen Sensitivitas Kelayakan Kumbung Jamur D D pada ketiga skenario dapat
dilihat pada Tabel 36. Ketiga skenario tetap layak untuk dijalankan jika ada kenaikan harga serbuk kayu sebesar 10 persen atau menjadi Rp 2.750 per karung.
Kondisi ini pernah terjadi karena Kumbung Jamur D D tidak memiliki kerjasama dengan penyedia serbuk kayu sehingga Kumbung Jamur D D harus
menerima harga yang ditawarkan penyedia serbuk kayu. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa Kumbung Jamur D D tidak sensitif terhadap kenaikan
harga serbuk kayu sebesar 10 persen.
Tabel 36. Analisis Sensitivitas Kumbung Jamur D D terhadap Kenaikan Harga
Serbuk Kayu 10 persen
Uraian Skenario I
Skenario II Skenario III
NPV Rp 159.193.426,09
727.590.323,11 1.147.841.194,89
Net BC 1,86
2,70 2,83
IRR 32
55 36
PP Tahun 2,4
1,65 1,85
6.2.9 Hasil Analisis Aspek Finansial
Analisis kelayakan finansial Kumbung Jamur D D dilakukan dengan tiga skenario yakni sebelum pengembangan usaha skenario I, rencana
pengembangan kapasitas kumbung dengan menggunakan rangka bambu skenario II, dan rencana pengembangan kapasitas kumbung dengan menggunakan rangka
kayu skenario III. Kondisi Kumbung Jamur D D skenario I sebelum adanya
pengembangan menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 160.907.357,82, nilai Net BC sebesar 1,87, nilai IRR sebesar 32 persen, dan DPP selama 2 tahun, 4 bulan,
89 17 hari. Kriteria kelayakan investasi pada Kumbung Jamur D D sebelum
pengembangan layak dijalankan secara finansial. Analisis kelayakan pada skenario II yakni rencana pengembangan
kapasitas produksi jamur tiram putih dengan cara perluasan kumbung dengan menggunakan rangka bambu menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 732.608.064,89,
nilai Net BC sebesar 2,71, nilai IRR sebesar 56 persen, dan DPP selama 1 tahun, 7 bulan, 28 hari. Kriteria kelayakan investasi pada rencana pengembangan
kapasitas produksi jamur tiram putih dengan cara perluasan kumbung dengan menggunakan rangka bambu di Kumbung Jamur D D layak dijalankan secara
finansial. Analisis kelayakan pada skenario III yakni pengembangan kapasitas
produksi jamur tiram putih dengan cara perluasan kumbung dengan menggunakan rangka kayu menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 1.156.134.833,42, nilai Net BC
sebesar 2,85, nilai IRR sebesar 36 persen, dan DPP selama 1 tahun, 10 bulan 3 hari. Kriteria kelayakan investasi pada rencana pengembangan kapasitas produksi
jamur tiram putih dengan cara perluasan kumbung dengan menggunakan rangka kayudi Kumbung Jamur D D layak dijalankan secara finansial.
Hasil analisis kelayakan finansial incremental net benefit merupakan pengurangan manfaat bersih yang dihasilkan dari pengembangan usaha dengan
penambahan kapasitas kumbung jamur 45.000 baglog per siklus produksi with business dengan manfaat bersih yang dihasilkan dari usaha jamur tiram putih
dengan kapasitas kumbung 15.000 baglog per siklus produksi without business baik menggunakan rangka bambu maupun menggunakan rangka kayu, keduanya
menghasilkan manfaat dapat diterima atau layak dijalankan. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa manfaat bersih dari hasil kriteria investasi berupa nilai
NPV pada penambahan kapasitas kumbung dengan menggunakan rangka kayu mendapatkan nilai yang lebih besar dan PP yang lebih cepat dibandingkan dengan
yang diperoleh pada penambahan kapasitas kumbung dengan menggunakan rangka bambu.
Kemudian dilakukan analisis sensitivitas pada ketiga skenario tersebut. Berdasarkan analisis sensitivitas penurunan harga jual jamur sebesar 20 persen
menghasilkan NPV positif pada ketiga skenario yang artinya sensitivitas setiap
90 skenario mempunyai tingkat kepekaan yang sama, akan tetapi jika dilihat dari
nilai NPV yang dihasilkan, NPV skenario III lebih besar dibandingkan skenario II dan I. Sensitivitas kenaikan harga input sebuk kayu yang disebabkan Kumbung
Jamur D D belum bekerjasama dengan penyedia input serbut kayu, menghasilkan kepekaan yang sama pada setiap skenario yaitu menghasilkan NPV
positif, akan tetapi apabila dilihat dari besarnya NPV yang dihasilkan, skenario III menghasilkan NPV yang lebih besar dibandingkan skenario II dan I. Hal ini
berarti pada tingkat kepekaan yang sama diperoleh keuntungan lebih besar pada skenario III. Adanya penurunan harga jual jamur tiram sebesar 20 persen dan
kenaikan harga sebuk kayu sebesar 10 persen tidak mempengaruhi usaha jamur tiram pada masing-masing skenario.
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa hasil kriteria investasi berupa nilai NPV dan Net BC pada skenario III mendapatkan nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan yang diperoleh pada skenario I atau skenario II. Pada analisis sensitivitas juga menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan
skenario lainnya.
91
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan diantaranya: 1.
Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan usaha
ini layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan usaha jamur tiram putih ini memiliki peluang pasar yang tinggi, kondisi iklim lokasi yang cocok untuk
usaha jamur tiram putih, sarana prasarana usaha yang memadai serta usaha jamur tiram putih ini memberikan dampak yang baik secara sosial ekonomi
budaya dan lingkungan sekitar usaha. 2.
Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi usaha jamur tiram putih Kumbung Jamur D D menunjukkan ketiga skenario layak untuk
dijalankan dan dikembangkan. Pada kondisi sebelum pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 160.907.357,82, nilai Net BC sebesar 1,87, nilai IRR
sebesar 32 persen, dan DPP selama 2 tahun, 4 bulan, 17 hari. Pada kondisi rencana pengembangan kapasitas kumbung jamur tiram dengan menggunakan
rangka bambu diperoleh nilai NPV sebesar Rp 732.608.064,89, nilai Net BC sebesar 2,71, nilai IRR sebesar 56 persen, dan DPP selama 1 tahun, 7 bulan,
28 hari. Pada kondisi rencana pengembangan kapasitas kumbung jamur tiram dengan menggunakan rangka kayu menghasilkan nilai NPV sebesar Rp
1.156.134.833,42, nilai Net BC sebesar 2,85, nilai IRR sebesar 36 persen, dan DPP selama 1 tahun, 10 bulan 3 hari.
3. Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan pada skenario-skenario yang
digunakan, adanya penurunan harga jual jamur tiram sebesar 20 persen dan meskipun belum bekerjasama dengan penyedia serbuk kayu sehingga
kemungkinan kenaikan harga sebuk kayu sebesar 10 persen, tidak mempengaruhi usaha jamur tiram pada masing-masing skenario. Hasil analisis
kelayakan finansial incremental net benefit menunjukkan manfaat bersih dari hasil kriteria investasi berupa nilai NPV pada penambahan kapasitas kumbung
dengan menggunakan rangka kayu mendapatkan nilai yang lebih besar dan PP