Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

91 yaitu: pemakaian untuk konsumsi langsung oleh rumah tangga, pemakaian oleh industri dan pembuat makanan atau minuman, persediaan untuk perdagangan, dan persediaan tambahan untuk tujuan spekulasi, terutama bila keadaan harga tidak stabil dan cenderung meningkat. Menurut Dewan Gula Indonesia 2011 bahwa pemetaan konsumsi gula nasional dibagi terkait dengan jenis gula, yaitu konsumsi gula rafinasi dan konsumsi gula kristal putih. Untuk pemetaan konsumsi gula rafinasi diperuntuhkan bagi industri makanan dan minuman, seperti konsumsi industri kecil, konsumsi industri menengah, dan konsumsi industri besar. Sedangkan untuk pemetaan konsumsi gula kristal putih diperuntuhkan bagi konsumsi langsung, seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi khusus rapat,warung rumah makan dll, dan konsumsi industri rumah tangga. Pemetaan ini penting dilakukan guna memperkirakan kebutuhan gula Indonesia agar tidak terjadi ekses supply atau ekses demand. Pemetaan ini dilakukan sebagai metode perencanaan yang menjadi pijakan bagi pemerintah untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan gula nasional, mulai dari produksi hingga kebijakan impor gula. Adapun pemetaan tersebut memiliki patron baku yaitu data survei dari lembaga-lembaga yang memiliki kredilbilitas. Data survei tersebut dari sucofindo pada tahun 2007 untuk data kebutuhan konsumsi industri kecil, kebutuhan konsumsi gula khusus seperti rapat, warung, rumah makan dll, dan kebutuhan industri rumah tangga. Adapun angka baku dari survei sucofindo tersebut yaitu 27.565 tonbulan untuk kebutuhan konsumsi industri kecil dengan kenaikan 5 persen per tahunnya, 2,14 kgkaptahun untuk kebutuhan konsumsi khusus, dan 1,16 kgkaptahun untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Kemudian, data dari susenas tahun 2010 untuk data kebutuhan konsumsi rumah tangga yaitu 7,67 kgkaptahun. Serta data dari surveyor Indonesia tahun 2009 untuk data kebutuhan industri menengah dan besar yaitu 144.107 tonbulan dengan kenaikan 5 persen per tahunnya.

2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Peningkatan permintaan merupakan cerminan yang krusial dalam melihat masa depan pergulaan dipandang dari sudut pandang konsumsi. Peningkatan permintaan akan gula berkaitan dengan pertambahan penduduk, peningkatan 92 kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi, dan perkembangan industri makanan dan minuman. Semakin meningkat jumlah penduduk, kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi dan industri makanan dan minuman maka permintaan akan gula juga akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa pasar untuk gula di Indonesia akan semakin besar. Berdasarkan data Dewan Gula Indonesia 2011, impor gula, konsumsi gula, dan jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan selama tahun 1993- 2011 seperti pada Lampiran 2. Secara normal, konsumsi gula Indonesia akan mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan peningkatan industri berbahan baku gula. Pada tahun 2010, angka konsumsi gula nasional mencapai 5,1 juta ton. Angka ini termasuk dengan konsumsi langsung dan konsumsi industri. Pada tahun 2010, untuk memenuhi angka tersebut pemerintah harus melakukan impor sebesar 2,91 juta ton. Kemudian pada tahun 2011, angka konsumsi tersebut naik 11 persen menjadi 5,75 juta ton. Adapun konsumsi langsung yang tercatat pada tahun 2011 yaitu 2.768.831 ton dan konsumsi industri sebesar 2.985.540 ton. Konsumsi industri yang dicerminkan dari konsumsi gula rafinasi. Adapun data pada konsumsi gula rafinasi tahun 2009 bahwa industri yang menjadi konsumen gula rafinasi digambarkan dalam Gambar 4. Konsumen utama dari gula rafinasi adalah industri makanan dengan jumlah konsumsi mencapai 35 dari total produksi gula rafinasi dalam negeri, sedangkan industri minuman menyerap gula rafinasi sebesar 29. Gambar 4. Konsumsi Gula Rafinasi Tahun 2009 Sumber: Komisi Pengawas Persaingan Usaha 2010 93 Kebijakan pemerintah sejak tahun 2002 hingga September 2008 adalah memperbolehkan industri makanan dan minuman untuk mengimpor sendiri gula rafinasi. Namun seiring dengan berkembangnya industri gula rafinasi dalam negeri dan terus menurunnya harga dunia gula rafinasi yang ternyata berimbas kepada petani gula, maka kemudian di bulan September 2008 pemerintah membatasi impor gula rafinasi yang dilakukan oleh industri makanan dan minuman sehingga industri-industri tersebut diarahkan untuk melakukan pembelian gula rafinasi dari produksi pabrik gula rafinasi dalam negeri. Saat itu pemerintah membatasi impor gula rafinasi hanya diperbolehkan 500,000 ton10 saja. Di tahun 2008 pun jumlah realisasi impor gula rafinasi menurun menjadi sekitar 100,000 ton.

3. Internasionalisasi Permintaan Domestik