80
b. Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan untuk tanaman tebu merupakan kemampuan daya dukung lahan tebu untuk menghasilkan gula pada satuan ton per hektar. Menurut
Hartono 2012 bahwa dalam periode 1970 hingga 2009 produktivitas tebu tidak menyumbang terhadap kenaikan produksi tebu, ditunjukkan oleh produktivitas
tebu yang tidak meningkat tapi justru menurun sebesar 0,57 persen per tahun. Hal ini terlihat dari produktivitas tahun 2005 hingga 2007 yang mengalami penurunan
padahal pada medio tersebut terjadi peningkatan lahan tebu.
Tabel 28. Produktivitas Lahan Tebu di Jawa dan Luar Jawa Tahun 2006-2011
Tahun Jawa
Luar Jawa Produktivitas
Tebu tonha Pertumbuhan
Produktivitas Tebu tonha
Pertumbuhan 2006
80,4 -
78,9 -
2007 82,9
3,11 68,3
-13,43 2008
75,7 -8,69
73,4 7,47
2009 73,9
-2,38 70,4
-4,09 2010
83,1 12,45
79,4 12,78
2011 68,2
-17,93 69,7
-12,22 Sumber: Dewan Gula Indonesia 2012
Pada Tabel 28 terlihat bahwa terjadi fluktuasi produktivitas tebu pada medio 2006-2011 di Jawa dan luar Jawa. Terdapat data bahwa rata-rata
pertumbuhan produktivitas lahan di Jawa lebih rendah dibandingkan produktivitas lahan di luar jawa pada enam tahun terakhir, dimana rata-rata pertumbuhan
produktivitas tebu di Jawa adalah -2,69 persen sedangkan di luar Jawa adalah - 1,90 persen. Hal ini dikarenakan terdapat masalah pada teknologi intensif yang
berbeda antara lahan di Jawa dengan luar Jawa, dimana teknologi yang ada di luar Jawa lebih baik dibandingkan di Jawa dalam hal pengelolaan lahan tebu sehingga
berpengaruh terhadap produktivitas tebu. Selain masalah teknologi intensif juga terdapat masalah kepemilikan lahan tebu yang berpengaruh kepada pengelolaan
lahan oleh petani terkait penyeragaman input yang digunakan. Penyeragaman input yang termasuk penggunaan bibit yang seragam oleh petani agar tercipta
kesamaan produksi dan produktivitas antara petani di wilayah tersebut. Terkait masalah kepemilikan lahan dilihat dari data luas lahan tebu antara
tebu rakyat dengan tebu swasta. Lahan tebu rakyat merupakan lahan tersebut
81
dikelola oleh petani tebu sepenuhnya tanpa ada campur tangan pabrik gula sehingga untuk kepentingan kegiatan usahataninya maka itu adalah kewenangan
penuh petani tebu. Sedangkan lahan tebu swasta merupakan lahan tebu yang dikelola pleh pabrik gula sehingga segala hal tentang kegiatan usahatani tebu
diatur sesuai aturan pabrik tebu, sehingga pabrik dengan baik menetapkan varietas dan pupuk yang digunakan agar mereka mendapatkan tebu yang berkualitas.
Masalah penyeragaman varietas berawal dari kewenangan petani menanam bibit tebunya, apabila pada lahan tebu rakyat maka petani dapat
menanam bibit yang sesuai dengan mereka tapi menimbulkan variasi hasil tebu yang tinggi dihasilkan oleh. Mayoritas lahan tebu di Jawa adalah lahan tebu
rakyat sehingga preferensi penanaman bibit tebu bervariasi setiap petani sehingga produktivitas di Jawa menjadi beragam. Berbeda dengan lahan di luar jawa yang
lebih banyak lahan tebu swasta sehingga pengelolaan khusus untuk penanaman bibit dapat dilakukan seragam, karena pabrik gula menetapkan standar bagi tiap
bibit yang ditanam oleh petani di lahan tebu swasta tersebut. Hal tersebut menghasilkan produktivitas yang seragam dan cenderung lebih baik ketimbang
hasil yang ada pada lahan tebu rakyat.
2. Sumberdaya Manusia