63
proses regenerasi teknologi yang lambat akibat keterbatasan pendanaan dalam revitalisasi pabrik.
Pabrik-pabrik gula yang di atas yang tersebar di tiga pulau di Indonesia tersebut adalah pabrik gula yang memroduksi gula kristal putih, sedangkan untuk
pabrik gula yang memroduksi gula kristal rafinasi terdapat di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Adapun di Jawa tersebar di beberapa provinsi yaitu di Jawa Barat
terdapat empat pabrik gula, yang dikelola oleh PT. Angles Product, PT. Jawamanis, PT. Sentar Usahatama Jaya, dan PT. Duta Sugar International. Di
Jawa Tengah terdapat dua pabrik gula yang dikelola oleh PT. Permata Dunia Sukses Utama dan PT. Dharmapala Usaha Sukses. Di provinsi lampung terdapat
satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Sugar Labinta. Untuk provinsi Sulawesi Selatan terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Makasar Tene.
3. Produktivitas Tebu
Produktivitas tebu untuk tanaman tebu merupakan kemampuan daya dukung lahan tebu untuk menghasilkan tanaman tebu pada satuan ton per hektar.
Menurut Hartono 2012 bahwa dalam periode 1970 hingga 2009 produktivitas tebu tidak menyumbang terhadap kenaikan produksi tebu, ditunjukkan oleh
produktivitas tebu yang tidak meningkat tapi justru menurun sebesar 0,57 persen per tahun. Hal ini terlihat dari produktivitas tahun 2005 hingga 2007 yang
mengalami penurunan padahal pada medio tersebut terjadi peningkatan lahan tebu.
Tabel 10.
Produktivitas Tebu di Jawa dan Luar Jawa Tahun 2007-2011 Tahun
Jawa Luar Jawa
Produktivitas Tebu tonha
Pertumbuhan Produktivitas
Tebu tonha Pertumbuhan
2006 80,4
- 78,9 -
2007 82,9
3,11 68,3 -13,43
2008 75,7
-8,69 73,4 7,47
2009 73,9
-2,38 70,4 -4,09
2010 83,1
12,45 79,4 12,78
2011 68,2
-17,93 69,7 -12,22
Sumber: Dewan Gula Indonesia 2012
Terdapat pada Tabel 10 bahwa rata-rata pertumbuhan Produktivitas tebu di Jawa lebih rendah dibandingkan Produktivitas tebu di luar jawa pada enam tahun
terakhir, dimana rata-rata pertumbuhan produktivitas tebu di Jawa adalah -2,69
64
persen sedangkan di luar Jawa adalah -1,90 persen. Hal ini dikarenakan terdapat masalah pada teknologi intensif yang berbeda antara lahan di Jawa dengan luar
Jawa, dimana teknologi yang ada di luar Jawa lebih baik dibandingkan di Jawa dalam hal pengelolaan lahan tebu sehingga berpengaruh terhadap produktivitas
tebu. Selain masalah teknologi intensif juga terdapat masalah kepemilikan lahan tebu yang berpengaruh kepada pengelolaan lahan oleh petani terkait
penyeragaman input yang digunakan. Penyeragaman input yang termasuk penggunaan bibit yang seragam oleh petani agar tercipta kesamaan produksi dan
produktivitas antara petani di wilayah tersebut. Terkait masalah kepemilikan lahan dilihat dari data luas lahan tebu antara
tebu rakyat dengan tebu swasta. Lahan tebu rakyat merupakan lahan tersebut dikelola oleh petani tebu sepenuhnya tanpa ada campur tangan pabrik gula
sehingga untuk kepentingan kegiatan usahataninya maka itu adalah kewenangan penuh petani tebu. Sedangkan lahan tebu swasta merupakan lahan tebu yang
dikelola pleh pabrik gula sehingga segala hal tentang kegiatan usahatani tebu diatur sesuai aturan pabrik tebu, sehingga pabrik dengan baik menetapkan varietas
dan pupuk yang digunakan agar mereka mendapatkan tebu yang berkualitas. Masalah penyeragaman varietas berawal dari kewenangan petani
menanam bibit tebunya, apabila pada lahan tebu rakyat maka petani dapat menanam bibit yang sesuai dengan mereka tapi menimbulkan variasi hasil tebu
yang tinggi dihasilkan oleh. Mayoritas lahan tebu di Jawa adalah lahan tebu rakyat sehingga preferensi penanaman bibit tebu bervariasi setiap petani sehingga
produktivitas di Jawa menjadi beragam. Berbeda dengan lahan di luar jawa yang lebih banyak lahan tebu swasta sehingga pengelolaan khusus untuk penanaman
bibit dapat dilakukan seragam, karena pabrik gula menetapkan standar bagi tiap bibit yang ditanam oleh petani di lahan tebu swasta tersebut. Hal tersebut
menghasilkan produktivitas yang seragam dan cenderung lebih baik ketimbang hasil yang ada pada lahan tebu rakyat.
4. Produktivitas Hablur