Industri Pengolahan Industri Terkait a. Industri Pemasok Bahan Baku

94

1. Industri Terkait a. Industri Pemasok Bahan Baku

Industri pemasok bahan baku yang baik mempengaruhi industri utama secara positif, adapun industri pemasok bahan baku dalam konteks industri gula Indonesia meliputi industri saran produksi pembibitan dan pupuk dan alat serta mesin pertanian. Khusus untuk industri pembibitan memiliki peranan yang cukup penting karena kualitas gula yang baik adalah hasil dari pembibitan tebu yang berkualitas dalam proses usahataninya. Adapun penyediaan bibit dilakukan secara khusus oleh pabrik gula yang menggunakan varietas dari P3GI. Usaha pembibitan kebun bidang datar atau KBD dilakukan oleh perusahaan besar, seperti PTPN, perusahaan swasta, ataupun P3GI yang terletak di pasuruan. Khusus untuk pembibitan yang dilakukan oleh PTPN yaitu digunakan untuk memenuhi kebutuhan bibit dari lahan tebu PTPN dan lahan tebu rakyat. Akan tetapi di pulau jawa, usaha pembibitan oleh PTPN lebih diperuntuhkan untuk usahatani tebu rakyat.

b. Industri Pengolahan

Industri pengolahan memiliki peranan yang sangat penting dalam dayasaing sebuah komoditas karena dengan adanya industri pengolahan maka akan ada penambahan nilai dari suatu komoditas menjadi produk. Pada konteks industri gula di Indonesia, industri pengolahan ini adalah pabrik gula. Di Indonesia, pabrik gula dimiliki oleh pihak pemerintah atau BUMN yang bergerak pada pergulaan, perusahaan swasta, dan pabrik gula rafinasi. Pabrik gula BUMN dan swasta bertuga untuk mengolah tebu menjadi gula kristal putih, sedangkan pabrik gula rafinasi bertugas mengolah raw sugar menjadi gula kristal rafinasi. Pabrik gula di Indonesia tersebar di beberapa pulau saja yaitu Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Pada ketiga pulau tersebut tersebar pabrik gula kristal putih dan pabrik gula kristal rafinasi. Untuk pabrik gula di Jawa terdapat 48 pabrik yang tersebar di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, dan Jawa timur. Pada provinsi Jawa Barat terdapat 5 pabrik gula yang dikelola oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia II. Untuk provinsi Jawa Tengah terdapat 8 pabrik gula yang dikelola oleh PTPN IX dan 1 pabrik gula yang dikelola oleh PT. IGN. Kemudian di provinsi Jawa Timur memiliki pabrik gula 95 dengan jumlah terbanyak di Indonesia karena pada provinsi tersebut terdapat dua BUMN yang fokus pada sektor perkebunan yaitu PTPN X dan PTPN XI. Untuk PTPN X mengelola 11 pabrik gula dan untuk PTPN XI mengelola 16 pabrik gula. Selain PTPN X dan PTPN XI, di Jawa Timur juga terdapat PT. Rajawali Nusantara Indonesia I yang mengelola 2 pabrik gula, PT. Kebon Agung yang mengelola 2 pabrik gula, PT. Pakis Baru yang mengelola 1 pabrik gula dan PT. PG Candi mengelola 1 pabrik gula. Kemudian untuk provinsi DI Yogyakarta terdapat satu pabrik gula yang dikelola oleh PT. Madukismo. Untuk Pabrik gula di Sumatera terdapat di 3 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung. Untuk di provinsi Sumater Utara, terdapat 2 pabrik gula yang dikelola oleh PTPN II. Untuk di provinsi Sumatera Selatan, terdapat 1 pabrik gula yng dikelola oleh PTPN VII dan 1 pabrik gula yang dikelola oleh PT. Laju Perdana Indah. Untuk di provinsi Lampung terdapat pabrik-pabrik gula yang dimiliki oleh BUMN sektor perkebunan dengan perusahaan swasta. Terdapat 1 pabrik gula yang dikelola oleh PTPN VII, PT. Sugar Group Company mengelola 3 pabrik gula, PT. Pemuka Sakti Manis Indah yang mengelola 1 pabrik gula, dan PT. Gunung Madu Plantation yang mengelola 1 pabrik gula. Untuk pabrik gula yang terletak di Sulawesi yaitu terdapat di provinsi Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Untuk provinsi Gorontalo terdapat 1 pabrik gula yang dikelola oleh PT. PG Gorontalo dan untuk di provinsi Sulawesi Selatan terdapat 3 pabrik gula yang dikelola oleh PTPN XIV. Kemudian terdapat rencana pemerintah untuk membangun beberapa pabrik baru dalam hal pencapaian swasembada gula. Rencananya pabrik gula kristal putih tersebut dibangun di Aceh, Merauke, Jambi, Maluku, dan Kalimantan Barat. Dalam kenyataanya, industri pengolahan tebu menjadi gula di Indonesia saat ini memang belum optimal karena belum dapat menahan arus impor dan memenuhi konsumsi domestik. Hal tersebut dikarenakan teknologi yang digunakan sudah tua dan proses regenerasi teknologi yang lambat akibat keterbatasan pendanaan dalam revitalisasi pabrik. Pabrik-pabrik gula yang di atas yang tersebar di tiga pulau di Indonesia tersebut adalah pabrik gula yang memroduksi gula kristal putih, sedangkan untuk 96 pabrik gula yang memroduksi gula kristal rafinasi terdapat di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Adapun di Jawa tersebar di beberapa provinsi yaitu di Jawa Barat terdapat 4 pabrik gula, yang dikelola oleh PT. Angles Product, PT. Jawamanis, PT. Sentar Usahatama Jaya, dan PT. Duta Sugar International. Di Jawa Tengah terdapat 2 pabrik gula yang dikelola oleh PT. Permata Dunia Sukses Utama dan PT. Dharmapala Usaha Sukses. Di provinsi lampung terdapat 1 pabrik gula yang dikelola oleh PT. Sugar Labinta. Untuk provinsi Sulawesi Selatan terdapat 1 pabrik gula yang dikelola oleh PT. Makasar Tene. Adapun beberapa masalah yang ada pada industri pengolahan gula kristal rafinasi adalah pembatasan impor gula rafinasi ini mendapat tentangan dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Gapmmi selaku pengguna utama gula rafinasi. Hal ini dikarenakan mutu dari gula rafinasi dalam negeri yang masih dipertanyakan sementara bagi industri makanan, minuman dan farmasi memerlukan kualitas dan standar khusus sehingga tidak bisa sembarangan menggunakan gula rafinasi. Permasalahan lainnya yaitu muncul saat gula rafinasi membanjiri pasar ritelrumah tangga karena harganya yang lebih murah. Hal ini berkaitan erat dengan jalur distribusi dari pabrik gula rafinasi. Secara umum tingkat efisiensi pabrik gula overall recovery, OR ≤ 80 persen, sedangkan standar internasional mensyaratkan pencapaian OR ≥ 85 persen. Hal ini merupakan akibat dari terlambatnya program rehabilitasi dan perawatan maintenance pabrik. Secara teknis, rendahnya OR tersebut karena kondisi peralatan yang sudah kurang memadai dan rendahnya mutu bahan baku tebu. Hal tersebut merupakan penyebab kehilangan gula di dalam proses produksi tinggi, sehingga pencapaian rendemennya rendah dan menyebabkan biaya produksi tinggi. Sedangkan dari aspek manajemen, belum tercipta budaya korporasi dari bagian-bagian utama di dalam pabrik tanaman, instalasi, proses, dan keuangan di sebagian besar PG di Indonesia. Akibatnya, masing-masing bagian lebih mementingkan pencapaian target atau sasaran program bagiannya daripada program pabrik dan perusahaan Dirjen Perkebunan 2006. Pada umumnya PG di Indonesia mengolah tebu untuk menghasilkan gula pasir sebagai produk tunggal Single Product Industry. Padahal tebu juga dapat 97 digunakan untuk menghasilkan berbagai produk turunan tebu. Berkaitan dengan produk turunan tebu, PG di Indonesia sebenarnya sudah sejak awal merintisnya, namun pengembangannya kalah cepat dengan investor swasta. Sebelum berbagai jenis produk turunan tebu berkembang seperti saat ini, pada tahun 1960 telah ada 4 pabrik alkoholspiritus yang dimiliki industri gula.Pada saat ini sudah ada sekitar 45 buah pabrik produk turunan tebu dengan 14 jenis produk turunan tebu. Diantara jumlah tersebut sekitar 9 buah pabrik yang dimiliki industri gula.

c. Industri Jasa Tataniaga