104
sub distributor maupun grosirritel dimana banyak pelaku usaha yang terlibat didalamnya. Dengan struktur yang seperti itu maka wajar jika stok gula hanya
dikuasai oleh beberapa pelakupedagang saja. Dengan kekuatan pedagang itulah maka mereka kemudian tahu bahwa hanya mereka yang akan memasok gula ke
masyarakat. Adapun pada industri gula lokal hanyalah industri gula kristal putih.
Sementara untuk gula rafinasi masih dilakukan impor. Namun sejak tahun 2000- an ketika harga gula dunia raw sugar melonjak tinggi, pemerintah mengijinkan
untuk dibangunnya pabrik gula rafinasi. Untuk itu pembahasan mengenai struktur industri gula dibagi menjadi dua yaitu struktur industri gula kristal putih dan
struktur industri gula kristal rafinasi.
2.1. Industri Gula Kristal Putih
Sejak dahulu, pemain dalam industri gula kristal putih didominasi oleh BUMN, yaitu PTPN dan RNI. Jumlahnya mencapai hampir 10 perusahaan yang
tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Bisa dikatakan mulai dari produsen gula hingga distributor gula hanya dikuasai oleh beberapa pemain besar saja
oligopolistik. Pasokan gula kristal putih di dalam negeri sebagian besar berasal dari enam pelaku usaha saja yakni PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, RNI, Gunung
Madu dan Sugar Group Companies. Adapun struktur industri gula kristal putih dalam negeri pada saat musim giling pada umumnya bersifat oligopsoni sehingga
produsen petani tebu dan pabrik gula, PTPNRNI tidak menerima harga yang wajar. Dan sebaliknya saat di luar musim giling, struktur industri gula kristal putih
bersifat oligopoli sehingga harga di tingkat konsumen relatif tinggi dan produsen tidak menikmati kenaikan harga tersebut. Hal ini disebabkan karena sebagian
besar stok gula kristal putih dikuasai oleh hanya beberapa pedagang besar saja. Secara keseluruhan, jumlah pasokan gula kristal putih dapat dilihat dalam Gambar
dibawah ini.
105
Gambar 6. Produksi Gula Kristal Putih Tahun 2009
Sumber: Komisi Pengawas Persaingan Usaha 2010
Pada gambar 8 terlihat bahwa PTPN X, PTPN XI dan Sugar Group merupakan tiga pemain utama yang masing-masing pangsa produksinya di tahun
2009 yaitu 18,72, 15,64 dan 18,96. Sugar Group mampu menjadi leader dalam industri ini karena perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan
yang telah efisien dalam industri gula ini.
2.2. Industri Gula Rafinasi
Sebelum tahun 2000, pemenuhan gula rafinasi adalah melalui impor karena harga gula saat itu sedang murah. Namun dengan ekspektasi harga gula
dunia yang terus meningkat dan produksi gula dalam negeri yang menurun, kemudian terdorong juga untuk membangun pabrik gula rafinasi. Bahan baku
yang digunakan pabrik gula rafinasi tersebut adalah raw sugar yang diimpor. Pada tahun 2004, baru terdapat tiga pelaku usaha gula rafinasi. Dengan tiga pelaku
usaha tersebut di tahun 2003-2005 mampu men-supply kebutuhan gula rafinasi untuk industri makanan, minuman dan farmasi sekitar 300.000 ton
–1.500.000 ton per tahun. Kemudian di tahun 2006-2008 pelaku usaha di industri gula rafinasi ini
bertambah menjadi 7 pelaku usaha dengan total kemampuan pasokan meningkat menjadi sekitar 1,2 juta
– 1,5 juta ton per tahun. Baru kemudian di tahun 2009 total pelaku usaha dalam industri gula rafinasi ini menjadi delapan sehingga pada
tahun 2009 kemampuan pasokan industri rafinasi mencapai sekitar 2 juta ton per tahun8. Berikut pelaku-pelaku dalam industri gula rafinasi.
a. PT. Angles Product, Bojonagara, Serang- Banten
106
b. PT. Jawamanis, Jl. Raya Anyer – Cilegon-Banten
c. PT. Sentra Usahatama Jaya, Cilegon-Banten d. PT. Permata Dunia Sukses Utama, Cilacap - Jawa Tengah
e. PT. Dharmapala Usaha Sukses, Cilacap – Jawa Tengah
f. PT. Sugar Labinta g. PT. Makassar Tene
h. PT Duta Sugar International. Pelaku-pelaku dalam industri gula rafinasi dalam negeri sepenuhnya
mengimpor raw sugar untuk kemudian diolah menjadi gula rafinasi. Seiring peningkatan jumlah pabrik gula rafinasi dalam negeri maka meningkat juga
jumlah raw sugar yang diimpor setiap tahunnya. Peningkatan impor raw sugar yang paling besar terjadi pada tahun 2006 dan 2007 sehingga di tahun-tahun
tersebut pabrik gula rafinasi terus meningkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan industri-industri dalam negeri yang membutuhkan gula rafinasi.
Tabel 32.
Jumlah Impor Raw sugar Untuk Pabrik Gula Rafinasi Tahun
Perusahaan Rekomendasi
Izin Impor Jumlah ton
2003 5
394.700 398.070
350.582 2004
5 923.000
757.750 478.250
2005 5
1.226.000 999.100
808.200 2006
6 1.081.000
1.056.250 952.387
2007 6
1.492.450 1.447.700
1.255.522 2008
7 1.661.230
1.404.730 1.213.470
2009 8
1.670.000 1.670.000
1.670.000
Sumber: Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia 2010
Di tahun 2009, seluruh raw sugar yang direkomendasi diserap oleh pabrik gula rafinasi. Berikut ini pada gambar 9 terdapat perkembangan industri rafinasi
dari sisi realisasi produksi masing-masing perusahaan. Pelaku-pelaku lama dalam industri gula rafinasi merupakan penghasil utama gula rafinasi di Indonesia. Jika
dilihat berdasarkan pangsa produksinya di tahun 2009, PT Permata DSU dan PT Sentra Usahatama Jaya meminpin pasar dengan pangsa 20 dan pemain utama
lainnya yaitu PT Jawamanis Rafinasi dan PT Angels Products yang masing- masing pangsa produksinya 15 dan 16.
107
3. Strategi