90
Kasus lain di PG Jati Barang, Jawa Tengah, sarana jalan untuk mengangkut tebu di beberapa lokasi kurang memadai. Akibatnya, untuk beberapa
lokasi tersebut ongkos angkut tebu sebagai salah satu komponen biaya utama menjadi lebih mahal. Infrastruktur industri gula di luar Jawa seperti di Lampung
sudah memadai, khususnya yang dikelola oleh swasta. Sebagai contoh, jalan kebun sangat memadai sehingga berbagai aktivitas usaha sejak dari tanam sampai
panen berjalan efisien. Infrastruktur PG di Lampung yang dikelola swasta merupakan salah satu penyebab tingginya efisiensi industri gula tersebut Dirjen
Perkebunan, 2006.
6.2.2 Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan merupakan faktor yang termasuk penting dalam peningkatan dayasaing agribisnis gula di Indonesia. Kondisi permintaan akan
dijelaskan melalui tiga sub faktor yaitu komposisi permintaan domestik, jumlah permintaan dan pola pertumbuhan, dan internasionalisasi permintaan domestik.
1. Komposisi Permintaan Domestik
Permintaan gula yang dilihat saat ini sangat berpengaruh erat dengan posisi gula sebagai salah satu bahan pokok dan bahan baku industri makanan serta
minuman. Gula merupakan salah satu dari lima bahan pokok yang hingga saat ini masih diimpor, selain beras, jagung, daging, dan kedelai. Sehingga angka
permintaannya mengikuti laju penduduk. Kemudian, adanya pertumbuhan industri makanan dan minuman yang positif menimbulkan permintaan gula juga
meningkat. Adapun komposisi permintaan gula di Indonesia perlu ditelaah karena dengan komposisi permintaan, khususnya domestik, maka Indonesia dapat
melihat kondisi industri gula dari sisi permintaan yang lebih holistik. Sehingga kebijakan pergulaan dapat berjalan tepat dan tidak merugikan segala pihak.
Komposisi permintaan gula dicerminkan oleh konsumsi gula yang dibedakan dalam dua pengertian, yaitu konsumsi menurut ketersediaan atau
jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi dan konsumsi langsung oleh rumah tangga. Konsumsi ketersediaan bersifat agregat, sedangkan konsumsi langsung
adalah jumlah yang langsung dikonsumsi oleh rumah tangga. Menurut Hafsah 2002 bahwa konsumsi berdasarkan ketersediaan, meliputi 4 macam penggunaan,
91
yaitu: pemakaian untuk konsumsi langsung oleh rumah tangga, pemakaian oleh industri dan pembuat makanan atau minuman, persediaan untuk perdagangan, dan
persediaan tambahan untuk tujuan spekulasi, terutama bila keadaan harga tidak stabil dan cenderung meningkat.
Menurut Dewan Gula Indonesia 2011 bahwa pemetaan konsumsi gula nasional dibagi terkait dengan jenis gula, yaitu konsumsi gula rafinasi dan
konsumsi gula kristal putih. Untuk pemetaan konsumsi gula rafinasi diperuntuhkan bagi industri makanan dan minuman, seperti konsumsi industri
kecil, konsumsi industri menengah, dan konsumsi industri besar. Sedangkan untuk pemetaan konsumsi gula kristal putih diperuntuhkan bagi konsumsi langsung,
seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi khusus rapat,warung rumah makan dll, dan konsumsi industri rumah tangga. Pemetaan ini penting dilakukan guna
memperkirakan kebutuhan gula Indonesia agar tidak terjadi ekses supply atau ekses demand. Pemetaan ini dilakukan sebagai metode perencanaan yang menjadi
pijakan bagi pemerintah untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan gula nasional, mulai dari produksi hingga kebijakan impor gula.
Adapun pemetaan tersebut memiliki patron baku yaitu data survei dari lembaga-lembaga yang memiliki kredilbilitas. Data survei tersebut dari sucofindo
pada tahun 2007 untuk data kebutuhan konsumsi industri kecil, kebutuhan konsumsi gula khusus seperti rapat, warung, rumah makan dll, dan kebutuhan
industri rumah tangga. Adapun angka baku dari survei sucofindo tersebut yaitu 27.565 tonbulan untuk kebutuhan konsumsi industri kecil dengan kenaikan 5
persen per tahunnya, 2,14 kgkaptahun untuk kebutuhan konsumsi khusus, dan 1,16 kgkaptahun untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Kemudian, data dari
susenas tahun 2010 untuk data kebutuhan konsumsi rumah tangga yaitu 7,67 kgkaptahun. Serta data dari surveyor Indonesia tahun 2009 untuk data kebutuhan
industri menengah dan besar yaitu 144.107 tonbulan dengan kenaikan 5 persen per tahunnya.
2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan