Tabel 4.6. Pencapaian Kelompok Siswa Terhadap Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
No. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Kelompok Siswa
Tinggi Sedang
Rendah
1.
A Memberikan Penjelasan Sederhana
58,4 53,4
51,6 2.
B Membangun Keterampilan Dasar
34,1 23,8
23,0 3.
C Menyimpulkan
36,3 25,8
22,8 4.
D Memberikan Penjelasan Lanjut
25,0 26,4
23,4 5.
E Mengatur Strategi dan Taktik
16,0 14,6
13,1
Rata-rata
34,0 28,8
26,8
Kategori
Cukup Cukup
Cukup
Data pada Tabel 4.6. menunjukkan ketercapaian persentase masing-masing
kelompok siswa terhadap aspek keterampilan berpikir kritis. Aspek A merupakan aspek yang memperoleh persentase tertinggi pada masing-masing kelompok. Dan
aspek E merupakan aspek terendah pada hasil persentase pada masing-masing kelompok. Pada aspek A sampai aspek C persentase tertinggi ada pada kategori
kelompok siswa kategori tinggi dan sedang, kelompok kategori siswa rendah memiliki persentase terendah namun tidak jauh beda dengan kelompok yang lainnya.
Pada aspek D persentase tertinggi didapati pada kelompok siswa sedang daripada kelompok siswa tinggi. Hasil perolehan seluruh aspek keterampilan berpikir kritis
pada semua kelompok rata-rata ada pada kategori cukup.
2. Korelasi Metode Pembelajaran Terhadap Posttest
Penelitian ini dilakukan korelasi terkait dengan metode terhadap posttest.
Perhatikan Tabel 4.7:
Tabel 4.7 Korelasi Pearson Antara Hasil Metode Terhadap Post Test
Hasil Diskusi
Hasil Penugasan
Hasil Artikel
Hasil Posttest
Pearson Correlation 0,409
-0,380 0,323
Sig. 2-tailled 0,00
0,769 0,838
N 30
30 30
. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. b. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
Hasil korelasi pearson skor pada setiap pertemuan dengan hasil possttest. Hasil data tersebut terlihat bahwa metode diskusi dengan hasil posstest memiliki
koefisien korelasi 0,409 berarti keeratan korelasi kuat. Nilai p-value pada kolom sig. 2-tailled 0,00 0,005 level of significant
α. Artinya metode diskusi berkorelasi dengan hasil posttest.
B. Pembahasan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri MAN Cibinong diperoleh bahwa aspek keterampilan berpikir kritis yang paling dominan
terdapat dua aspek yaitu aspek memberikan penjelasan sederhana dan aspek memberikan keterampilan dasar pada setiap metode pembelajarannya. Hal ini sesuai
dengan fokus kajian tentang keterampilan berpikir kritis yang dilakukan oleh Tia Ristiasari yaitu hasil analisis persentase pada setiap indikator kemampuan berpikir
kritis menunjukkan bahwa kemampuan memberikan penjelasan sederhana dan memberikan keterampilan dasar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki persentase tertinggi baik sebelum dilakukan pembelajaran maupun setelah dilakukan pembelajaran.
1
Pada aspek keterampilan berpikir kritis yang pertama yaitu memberikan penjelasan sederhana, memiliki nilai rata-rata persentase tertinggi dibandingkan
dengan aspek yang lainnya. Rata-rata persentase aspek memberikan penjelasan sederhana lebih tinggi karena siswa sudah dilatih dengan kegiatan merumuskan
permasalahan,menganalisis, menjawab
pertanyaan dari
kegiatan-kegiatan
1
Tia Ristiasari, Model Pembelajaran Problem Solving dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, Jurnal Pendidikan Biologi Unnes.No 1, Vol 3, 2012, h. 37