Pengertian Weblog Deskripsi Teoritis

mengurutkan, menginterpretasi, membuat generalisasi, membuat inferensi, dan memecahkan problema. 17 Keterampilan berpikir harus ditanamkan pada siswa. Pada usia 11 tahun ke atas siswa telah mampu berpikir reflektif menggunakan asumsi atau hipotesis, dan kemampuan berpikirnya tidak lagi terikat tetapi menjangkau waktu lampau dan masa depan. 18 Meskipun berpikir itu merupakan suatu proses mental, namun keterampilan berpikir dapat dilatih, seperti halnya seorang atlit yang harus terus berlatih terus-menerus untuk meningkatkan kemampuannya dan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Jadi, berpikir adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami suatu konsep dan info yang diperoleh seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang menjadi hasil yang positif untuk dirinya maupun lingkungannya. c. Pengertian Berpikir Kritis Pendidikan diharapkan memberikan pengetahuan yang memungkinkan orang dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan dalam tugas-tugas professional dan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, dalam kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat cepat seperti saat ini, sering kali pengetahuan yang kita peroleh tidak mampu kita implementasikan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Memecahkan masalah memerlukan penggunaan keterampilan berpikir secara terpadu dan dasar pengetahuan yang relevan. 19 Berpikir kritis tidaklah identik dengan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyelesaikan masalah adalah bagian dari kemampuan berpikir kritis. 20 Dalam perspektif deskriptif, berpikir kritis merupakan analisis situasi 17 Syarifuddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum , Jakarta: Ciputat Press, 2002h, 108 18 Amiruddin Rasyad,Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press Yayasan Prep-Ex 8,2003, h.137 19 Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi , Jakarta: Bumi Aksara,2009, Cet.2, h.124 20 Joyce M. Laurens, Op.Cit., h.35 masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. 21 Berpikir kritis modern mendefinisikan berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif, terus menerus dua teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja menyertakan alasan-alasan yang interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. 22 Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. 23 Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis juga merupakan sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Inti berpikir kritis adalah deskripsi yang rinci dari sejumlah karakteristik yang berhubungan, meliputi analisis, inferensi, eksplanasi, evaluasi, pengaturan diri, dan interpretasi. 24 Berdasarkan hal ini berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argument pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumntasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkontruksi pengetahuan. Kesimpulan dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan membuat keputusan secara rasional, kemampuan membuat analis, kemampuan membuat interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. 21 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Bepikir , Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,2011, Cet.1, h.19 22 Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Jakarta: Erlangga,2009, h.10 23 Robert H. Ennis, Critical Thinking, New York: Pretince Hall,1996, h.xvii 24 Liliasari, “Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia menuju Profesionalisme Guru ”, http:file.upi.edudirektoriSPSProdi Pendidikan IPA