Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

yang memiliki persentase tertinggi yaitu kelompok tinggi, dan rendah. Sedangkan kelompok siswa sedang memiliki persentase yang paling rendah. Hal ini dikarenakan kelompok siswa memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa sedang pada saat proses pembelajaran. Aspek ketiga memberikan kesempatan siswa dalam menafsirkan, menarik sebuah kesimpulan dan membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya. Menyatakan tafsiran adalah cara berpikir deduktif yang dalam penyampaiannya memerlukan sebuah pengetahuan dan pengalaman yang baik, sehingga dalam mengemukakan sebuah kesimpulan sementara haruslah dengan pemahaman yang mendalam yang berlandasakan latar belakang fakta dan sumber-sumber yang baik. Johnson menyampaikan, “hanya berpikir kritislah yang memungkinkan siswa menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan cerdas.” Kategori penilaian siswa pada aspek ini termasuk kedalam penilaian kurang. Siswa dapat membuat kesimpulan pada saat proses pembelajaran metode membuat artikel dibandingkan pada saat siswa berdiskusi dan penugasan menjawab soal. Melalui proses membuat artikel tersebut, keterampilan berpikir kritis pada aspek menyimpulkan dapat meningkat. Melalui penarikan kesimpulan yang dilakukan siswa akan lebih mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. 2 Aspek yang keempat membuat penjelasan lebih lanjut. Dalam hal ini siswa kurang baik dalam mengidentifikasi istilah dan asumsi-asumsi sehingga harus banyak berlatih untuk mengkonstruk sebuah argument. Pada saat proses pembelajaran, siswa didorong untuk melakukan identifikasi lebih lanjut mengenai data-data yang telah diperoleh siswa dalam pembuatan artikel serta menjawab soal-soal yang diberikan pada Weblog. Kemunculan aspek mengatur strategi dan taktik ini terdapat pada saat membuat artikel. Pada saat membuat artikel, kelompok siswa rendah memiliki persentase lebih 2 Handoko Santoso, Pembelajaran Konstruktivistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA, Jurnal Bioedukasi, FKIP UM Metro, 2010, h. 50-56 unggul dibandingkan kelompok kategori siswa tinggi dan sedang. Aspek kelima ini, siswa memutuskan suatu tindakan dengan mempertimbangkan solusi yang mungkin dari apa yang siswa sedang hadapi. Siswa melakukan dengan berdasarkan informasi dan pengalaman yang telah dimiliki dari interaksi kehidupan sehari-hari. Hasil analisis korelasi pearson antara hasil posttest dengan hasil pada saat proses siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria menggunakan media pembelajaran Weblog . Dapat dilihat pada Tabel 4.7 yang menyajikan hasil korelasi untuk semua aspek di setiap pertemuan dengan hasil posttest. Tugas-tugas siswa dianalisis berdasarkan penilaian kinerja keterampilan berpikir kritis, maka diperoleh hasil bahwa keterampilan berpikir kritis siswa masih rendah. Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dapat terungkap dari hasil penulisan artikel ini menunjukkan bahwa untuk menjelaskan lebih lanjut terhadap konsep masih rendah. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60 s.d 75 saja dikuasai oleh siswa maka tergolong dalam tingkat keberhasilan minimal, maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan remedial. 3 Dengan menyadari informasi ini, guru dapat menekankan pembelajaran akan suatu konsep dan usaha untuk membantu guru memperhatikan kesalahpahaman konsep. Hasil wawancara guru yang mengajar biologi kelas X MAN Cibinong terhadap soal keterampilan berpikir kritis yang diujikan ini, didapatkan informasi bahwa guru paham konsep terhadap archaebacteria, namun ragu saat menjawab pertanyaan nomor 8 mengenai pertimbangan alternatif. Selain itu, guru berpendapat tes keterampilan berpikir kritis ini merupakan tipe soal yang lebih tinggi tingkatannya dari soal ulangan yang umum diberikan karena dari tiap pertanyaan siswa diminta menjawab 10 soal dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara siswa menunjukkan bahwa faktor malas membaca, yang terdapat dalam diri siswa mendorong siswa untuk menjawab setiap tingkat pertanyaan tanpa 3 Syaiful, Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 107-108. memperhatikan kebenarannya. Seperti yang dipaparkan Fischbein bahwa konklusi yang diambil secara intuitif dianggap benar dengan sendirinya, menunjukkan bahwa kebenaran suatu konklusi secara intuitif diterima berdasarkan feeling dan cenderung tidak memerlukan jastifikasi atau verifikasi lebih lanjut. Alternatif yang dapat dilakukan dalam membantu masalah belajar siswa yaitu: 1 remidial teaching atau pengajaran perbaikan, berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. Kegiatan pengajaran perbaikan berupa pengajaran ulang pokok bahasan seluruhnya atau bagian dari pokok yang hendak dikuasai, memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama, dan memberikan tugas-tugas khusus. 4 2 peningkatan motivasi belajar, 3 peningkatan keterampilan belajar, dan 4 pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Hasil penelitian, hampir seluruh aspek keterampilan berpikir kritis dapat dicapai seluruh siswa, kecuali aspek strategi dan taktik. Rendahnya keterampilan berpikir kritis pada aspek strategi dan taktik diduga karena beberapa siswa masih belum terbiasa membuat strategi dan taktik berdasarkan penjelasan lebih lanjut yang telah dikemukakan. Aryana menjelaskan pada dasarnya keterampilan berpikir kritis bukanlah yang diberikan tetapi kemampuan yang dapat dilatih dan harus dipelajari di sekolah. 5 Berpikir kritis dan penyelidikan tidak datang secara alami untuk kebanyakan siswa, sehingga peluang yang sesuai untuk berfikir harus disediakan untuk siswa yang sedang berusaha untuk menyerap ilmu pada tahap awal mereka belajar dan untuk membawa pengetahuan yang baru dipelajari kembali ke kelas mereka. 6 Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. 4 Ibid., 107 5 Ida Bagus Putu Arnyana, “Pengaruh Penerapan Model PBL Dipandu Strategi Kooperatif terhadap Kecakapan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Mata Pelajaran Biologi.” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja , No. 4 Th. XXXVIII ISSN 0215-8250. Oktober 2005 h. 648 6 Shih-Hsien Yang, Using Blogs to Enhance Critical Reflection and Community of Practice, Jurnal Education Technology Society,Vol.12 No.2, 2009, h.12 Informasi tersebut bisa didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau melalui media komunikasi. 7 Weblog dapat dianggap sebagai serangkaian snapshot dari hari-hari aktivitas yang berhubungan dengan internet, menyoroti sumber daya individu menggunakan dan bagaimana mereka mengevaluasi dan menerapkannya dalam konteks tertentu. Dengan mengikuti weblog dari waktu ke waktu, siswa dapat memperoleh bagaimana orang lain mencerna dan memahami materi melalui online. Aspek-aspek keterampilan berpikir kritis siswa dengan pemanfaatan weblog sebagai media pembelajaran pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria dapat tergali dengan baik. Kriteria-kriteria ketercapaian pelaksanaan penerapan sudah dapat dipenuhi. Terdapat banyak kelebihan yang dapat diamati dengan menggunakan weblog ini didalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari besarnya antusiasme guru dan siswa yang tertarik dengan menggunakan blog ini. Akan tetapi, pelaksanaan media pembelajaran weblog ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan kekurangan. Penilaian performance berpikir kritis siswa dengan pendekatan saintifik pada tiga metode pembelajaran, maka rata-rata presentase presentase keterampilan berpikir kritis termasuk ke dalam kategori baik. Sehingga media dapat digunakan sebagai media belajar bagi siswa. Sejalan dengan pendapat dari Lambertus menyatakan bahwa melatih keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan pemberian soal-soal tidak rutin atau tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan terkait dengan kehidupan sehari-hari, asalkan penyajian perkembangan kognitif baik. 8 7 Fahruddin Faiz, Thinking Skill Pengantar Menuju Berpikir Kritis, Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012, h.3 8 Lambertus, Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Pembelajaran Matematika di SD, Forum Kependidikan, Volume 28, Nomor 2, Maret 2009 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh profil keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan weblog terhadap siswa kelas X MIA 2 MAN Cibinong, dapat disimpulkan; 1. Profil keterampilan berpikir kritis tertinggi dengan pemanfaatan weblog pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria adalah aspek memberikan penjelasan sederhana. Hasil perolehan masing-masing metode yakni metode diskusi 47,4, penugasan menjawab soal 46,8 , dan membuat artikel 42,7 . 2. Terdapat korelasi antara pembelajaran diskusi dengan hasil posttest dengan korelasi kuat.

B. Saran

Setelah penelitian dilakukan, saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan weblog dapat dijadikan alternatif media pembelajaran biologi. 2. Penugasan dengan weblog dapat dilakukan secara berkelompok. 3. Metode membuat artikel dapat memunculukan aspek keterampilan berpikir kritis membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur strategi dan taktik. 64 DAFTAR PUSTAKA Amaniyah F, Zulfiani, Meiry Fadhilah. Model Sains Teknologi Dan Masyarakat Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Konsep Archaebacteria. Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah . 2015 diakses dari http:repository.uinjkt.ac.iddspacehandle12345678931613 Anonim. Juknis Pengembangan Pembelajaran TM, PT, dan KMTT di SMA. 2010 Arifin, Z. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010 Arikunto, S. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2006 Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006 Arsyad, A. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010 Ayana, I. B. Pengaruh Penerapan Model PBL Dipandu Strategi Kooperatif terhadap Kecakapan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja . 2005 Cecilia Kang. Many Teens Tell Survey ther’re addicted to social media, texting. https:www.washingtonpost.comblogspost-techpostmany-teens-tell- survey-theyre-addicted-to-social-media- texting20120625gJQAvZc72V_blog.html, diakses 23 Agustus 2016. 2012 Ennis, R. H. Goal for a Critical Thinking Curriculum”, dalam Al Costa ed, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thingking. Alexandra: ASCD. 1985 Ennis, R. H. Critical Thinking. New York: Pretince Hall. 1996 Faiz, F. Thinking Skill Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga. 2012 Finanda, H. A. Efektifiras Metode Resitasi dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan. 2012 Fisher, A. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thinking: An Introduction Oleh Benyamin Hadinata. Jakarta: Erlangga. 2009 Gunawan, A. W. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003 Hadjar, I. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010 Herlanti, Y. Kualitas Argumentasi pada Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi Melalui Weblog. Jurnal Pendidikan ipa Indonesia. 2012 Indriana, D. Yogyakarta. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran.Jakarta: Diva Press. 2011 Irmaningtyas. Biologi untuk SMAMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2013 Iryanti, P. Paket Pembinaan Penataran: Penilaian Unjuk Kerja. Departemen Pendidikan Nasional . 2004 Istiqomah, A. L. n.d.. Efektivitas Penggunaan Media Blog Interaktif Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Kimia Unesa vol.1, No.2. Kamin, C. A Comparison of Critical Thinking in Groups of Third-year. Medical Students in Text, Video, and Virtual PBL Case Modalities. 2003 Kristiyanti, M. Blog Sebagai Alternatif Media Pembelajaran. Jurnal Fakultas Ilmu Komputer Universitas AKI . 2011 Kurikulum, P. M. Pedoman Umum Pembelajaran. 2013 Kuswana, W. S. Taksonomi Bepikir. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 2011 Laba, I. W. Upaya Pembelajaran dengan Metode Resitasis Tugas dalam Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah. 2011 Lambertus. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Pembelajaran Matematika di SD. Forum Kependidikan, Volume 28, Nomor 2. 2009 Laurens, J. M. Intelegensi Riset dan Desain: Sebuah Pendekatan dalam Pembelajaran di Studio Perancangan. Joyce M. Laurens, “Intelegensi Riset dan Desain: Sebuah Pendekatan dalam Pembelajaran di Studio Perancangan”, Prosiding Seminar Nasional, Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur Manajemen Studio Menuju Dunia Arsitektur Profesional Denpasa . 2008 Liliasari. n.d.. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia menuju Profesionalisme Guru.2012 Moedijono, A. W. “ Bakteri untuk Atasi Alergi”. Sains Kompas. 2015 Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta. 2010 Poedjadi, A. Sains Teknologi Masyarakat. Bandnung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010 Purwanto, N. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2010 Purwanto, N. Psikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosda Karya. 2010 Rasyad, A. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press Yayasan Prep- Ex 8. 2003 Ristiasari, T. Model Pembelajaran Problem Solving dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Biologi Unnes. 2012 Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Wali Pers.2011 Sabri, A. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 2001 Sadiman, A. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007 Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010 Santoso, H. Pembelajaran Konstruktivistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Bioedukasi FKIP UM Metro. 2010 Sjarifudin. Kedudukan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Jurnal Kependidikan . 2005 Subiantoro Gatot, Dewa Broto. “Riset Kominfo dan Unicef Mengenai Perilaku Anak dan Remaja dalam Menggunakan Internet”, No.17PIHKOMINFO. 2014 Sudijono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2011