nilai intake dibagi nilai Rfc akan memberikan hasil besar risikoRQ yang lebih kecil pula.
Hasil penelitian ini sesuai dengan peneitian yang dilakukan oleh Noviandi 2012 yang menunjukkan terdapatnya hubungan antara berat badan responden
dengan besar risiko pada masyarakat yang mengkonsumsi air minum yang terkontaminasi mangan di daerah Percut Sei Tuan Sumatera Utara. Namun, penelitian
ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sianipar 2009 yang memberikan hasil dimana dengan bertambahnya berat badan responden justru
memperbesar peluang terjadinya risiko paparan Hidrogen Sulfida H
2
S pada masyarakar sekitar TPA sampah di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan Kota
Medan.
5.8. Hubungan Besar Risiko Gas SO
2
Risk Question, RQ dengan Gangguan Saluran Pernafasan
Penelitian ini menghasilkan 70 nilai besar risiko RQ dimana setiap responden di hitung nilai RQ nya masing-masing. Dari perhitungan nilai RQ,
didapatkan bahwa dari 70 responden yang terpajan gas SO
2
terdapat 30 orang 42,9 yang mempunyai nilai RQ 1 atau yang sudah mempunyai risiko untuk mempunyai
gangguan saluran pernafasan dan 40 orang 57,1 mempunyai nilai RQ1 atau yang belum mempunyai risiko untuk mengalami gangguan saluran pernafasan.Dari uji
statistik diperoleh nilai p = 0.001 0,050 dan nilai interval kepercayaan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mencakup nilai 1 1,469-6,648 hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara besar risiko gas SO
2
dengan timbulnya gangguan saluran pernafasan.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai PR adalah sebesar 2,1 yang menunjukkan responden dengan nilai RQ 1 mempunyai peluang mengalami
gangguan saluran pernafasan 2,1 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang nilai RQ nya tidak melebihi 1. Hal ini dikarenakan RQ adalah suatu nilai yang
menunjukkan besarnya risiko terjadinya efek akibat dari paparan zat toksik sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi nilai RQ menunjukkan peluang lebih besar untuk
terjadinya efek gangguan kesehatan.
5.9. Hubungan Besar Risiko Gas NO
2
Risk Question, RQ dengan Gangguan Saluran Pernafasan
Penelitian ini menghasilkan 70 nilai besar risiko RQ dimana setiap responden di hitung nilai RQ nya masing-masing. Dari perhitungan nilai RQ,
didapatkan bahwa dari 70 responden yang terpajan gas NO
2
tidak ada satupun reponden yang mempunyai besar risiko 1 .
5.10. Manajemen Risiko
Prinsip ARKL menyatakan bahwa pengelolaan risiko menjadi suatu keharusan apabila RQ 1 Nukman et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen risiko merupakan proses pengelolaan risiko yang berfungsi meminimalkan risiko kesehatan yang dialami populasi berisiko. Manajemen risiko
perlu dilakukan apabila estimasi asupanintake telah melebihi RfC. Pada penelitian ini terlihat sebagian besar intake responden PKL telah melebihi RfC nya.
Pengelolaan risiko pada dasarnya adalah membuat skenario agar tingkat risiko RQ
≤ 1 atau nilai asupanintake ≤ RfC. Skenario ini dilakukan dengan memanipulasi
intake agar nilainya sama dengan RfC sehingga
I RfC
RfC I
= ≈
= 1
. Untuk membuat I = RfC dapat dilakukan dengan dua skenario yaitu :
1. Pengendalian risk agent C dengan menurunkan konsentrasi
Strategi ini dilakukan untuk mencari konsentrasi risk agent yang aman bagi populasi yang terpajan. Besarnya penurunan konsentrasi risk agent secara
kuantitatifmasing masing orang berbeda tergantung pada pola pajanan dan karakteristik antopometri Nukman, 2005.
Untuk mengetahui konsentrasi risk agent yang aman bagi populasi yang terpajan dapat digunakan rumus seperti contoh perhitungan konsentrasi SO
2
rata-rata harian yang aman bagi populasi yang terpajan di Terminal Terpadu Amplas Kota
Medan. Konsentrasi total gas SO
2
pada hari padat dan sepi kendaraan dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
C rata − rata harian =
50 kg x 30 x 365
hari tahun
x 0,02 mg kg hari 0,83
M 3 jam
x
12 jam hari
x350
hari tahun
x 30 tahun
=
0,1215 mgm
3
Universitas Sumatera Utara
2. Pengendalian waktu pajanan t
E
dan f
E
, dengan konsentrasi risk agent tetap seperti pada saat diukur dan waktu pajanan D
t
30 tahun life time. Dibandingkan dengan skenario 1, skenario pengendalian waktu pajanan t
E
atau f
E
dengan mengurangi waktu kontak tidak mudah dilakukan. Sebagai profesi PKL tentu mengurangi jam berdagang akan berimbas pada pendapatan yang
diperoleh, dan ini sulit diubah. Sehingga upaya yang paling realistis adalah dengan skenario 1, yaitu pengendalian risk agent C. Untuk mengetahui lebih jelas dapat
dilihat pada contoh responden perhitungan waktu pajanan dan frekuensi pajanan gas SO
2
yang aman pada responden NO 04 di Terminal Terpadu Amplas Kota Medan
te =
50 kg x 15 x 365
hari tahun
x 0,02 mg kg hari 0,83
M 3 jam
x
0,07323
mg m 3
x350
hari tahun
x 30 tahun
= 8,89 jamhari
fe =
50 kg x 15 x 365
hari tahun
x 0,02 mg kg hari 0,83
M 3 jam
x 0,47305
mg m 3
x 12
jam hari
x 30 tahun
= 250 hari tahun
1. Pengendalian Secara Teknik
Pengendalian secara teknik pada prinsipnya adalah meminimalkan peluang keberadaan SO
2
, dan NO
2
di udara ambien lingkungan Terminal Terpadu Amplas, yaitu dengan cara pengelolaan sumber pencemar, maupun lingkungan sekitar PKL.
a. Pengelolaan Sumber Pencemar
Universitas Sumatera Utara
Sumber pencemar di TerminalTerpadu Amplas adalah kendaraan bus dan angkutan umum. Pengelolaan sumber pencemar dilakukan dengan upaya-upaya
meminimalkan konsentrasi zat buang yaitu seperti: 1
Peremajaan mesin bus Zat buang, baik itu berbentuk gas maupun partikel merupakan hasil
pembakaran bahan bakar oleh mesin bus. Sedikit atau banyanyak zat yang dibuang dipengaruhi bagaimana proses pembakaran itu terjadi. Proses pembakaran akan
berjalan sempurnabaik apabila onderdil mesin dapat bekerja dengan baik. Dan ini tergantung dari perawatan oleh awakpemilik bus dan angkot. Apabila ada bagian
mesin yang aus perlu segera diganti diremajakan. Semakin baik proses perawatan ini maka kondisi mesin bus juga akan terjaga baik, yang pada akhirnya emisi yang
dikeluarkan tidak terlalu membahayakan. 2
Penambahan saringan pada knalpot 3
Pengaturan kendaraan saat parkir menunggu penumpang. Sepanjang pengamatan saat survei, bus dan angkutan umum yang parkir
menunggu penumpang selalu menghidupkan mesinnya, dan rata-rata hal ini berlangsung selama 20 menit. Pengaturan kendaraan yang parkir menunggu
penumpang ini dilakukan dengan cara mematikan mesin selama menunggu penumpang, sehingga akan sangat membantu mengurangi emisi yang dikeluarkan.
2. Pengendalian Secara AdministrasiLegal
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian ini dilakukan dengan menerapkan aturan atau regulasi untuk memastikan bahwa pengendalian cara pertama dilaksanakan dengan taat asas. Seperti
penerapan peraturan mengenai uji emisi kendaraan secara berkala dan penerapan peraturan mengenai pelaksanaan ARKL secara berkala.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN