Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

(1)

ANALISIS RISIKO PAJANAN GAS S02 dan NO2

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

SUMBER TRANSPORTASI TERHADAP GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEDAGANG

KAKI LIMA DI TERMINAL TERPADU AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

DELI SYAPUTRI 117032163/IKM


(2)

THE ANALYSIS OF THE RISK OF SO2 AND NO2

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

2013

GAS EXPOSURE OF TRANSPORTATION SOURCES ON SIDEWALK VENDORS’

RESPIRATORY DISORDER AT AMPLAS INTEGRATED TERMINAL, MEDAN AMPLAS

SUBDISTRICT, MEDAN

THESIS

By

DELI SYAPUTRI 1127032163/IKM


(3)

ANALISIS RISIKO PAJANAN GAS S02 dan NO2 SUMBER TRANSPORTASI TERHADAP GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEDAGANG

KAKI LIMA DI TERMINAL TERPADU AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DELI SYAPUTRI 117032163/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : ANALISIS RISIKO PAJANAN GAS SO2 dan NO2 SUMBER TRANSPORTASI TERHADAP GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL TERPADU AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Deli Syaputri Nomor Induk : 117032163

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri (MKLI)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt) (dr.Taufik Ashar, M.K.M) Ketua Anggota

Dekan


(5)

Tanggal Lulus : 16 Juli 2013 Telah diuji

Pada Tanggal : 16 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt Anggota : 1. dr. Taufik Ashar, M.K.M


(6)

2. dr. Surya Dharma, M.P.H 3. Ir. Indra Chahaya, M.Si

PERNYATAAN

ANALISIS RISIKO PAJANAN GAS S02 dan NO2 SUMBER TRANSPORTASI TERHADAP GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEDAGANG

KAKI LIMA DI TERMINAL TERPADU AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013 Penulis

Deli Syaputri 117032163/IKM


(7)

ABSTRAK

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya pengurangan atau penambahan komposisi udara dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat serta memberikan sumbangan terhadap meningkatnya kejadian penyakit yang berkaitan dengan pernafasan. WHO menetapkan gas SO2 dan NO2 sebagai polutan pencemar udara yang berbahayabagi kesehatan manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis risiko pajanan gas SO2 dan NO2 sumber transportasi terhadap gangguansaluran pernafasan di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pedagang Kaki Lima di Terminal Terpadu Amplas dengan jumlah sampel 70 responden.Analisis data menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel konsentrasi gas SO2 (p= 0,001), konsentrasi gas NO2 (p = 0.418), lama pajanan (p=0,014) dan berat badan (p=0,011) berpengaruh terhadap gangguan saluran pernafasan, sedangkan variabel durasi pajanan (p=1,000) tidak berpengaruh terhadap gangguan saluran pernafasan.

Hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap gangguan saluran pernafasan adalah konsentrasi gas SO2dengan nilai koefisen Exp (B) tertinggi yaitu 297,341.

Disarankan kepada Dinas Perhubungan Kota Medan untuk melakukan pengendalian bahan pencemar dengan membuat peraturan kepada pemilik kendaraan untuk melakukan uji emisi secara berkala dan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar terminal khususnya pada Pedagang Kaki Lima tentang bahayanya menghirup kandungan gas yang berbahaya serta kepada Pedagang Kaki Lima sebaiknya melengkapi diri dengan penutup hidung guna mengurangi pajanan zat pencemar sehingga tidak mengganggu kesehatan. Kata Kunci : Gas SO2, Gas NO2, Keluhan Saluran Pernafasan


(8)

ABSTRACT

Air pollution is the condition where the air composition decreases and increases, compared with the normal condition in a certain time, place, and concentration so that it can endanger the lives and people’s health as well as contributing to the increase of illness related to respiratory. WHO determines SO2 and NO2 gases as the air pollutants which are dangerous for human health.

This study aims to analyze the risk of SO2 and NO2 gas exposure which sources in transport on sidewalk vendors respiratory disorder at Amplas Integrated Terminal, Medan Amplas Subdistrict, Medan. The research used observational analytic method with cross sectional design. The population was all sidewalk vendors at Amplas Integrated Terminal with 70 respondents as the samples. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression tests at the confidence interval of 95%.

The results showed that the variable of SO2 gas concentration (p = 0.001), NO2 gas concentration (p = 0.418), the length of exposure (p = 0.014), and weight (p = 0.011) influence on respiratory disorders, whereas the variable duration of exposure (p = 1,000) had no influence on respiratory disorders.

From the multiple logistic regression tests, it was found that the variable which had the most dominant influence on respiratory disorders was SO2 gas with the highest coefficient Exp (B) value of 297.341.

It is recommended to Department of Transportation in Medan to control pollutants by make regulations to vehicle owners in order to conduct emissions testing periodically, and to Medan’s Health Department in order to conduct counseling to communities around the terminal especially for Sidewalk Vendors about the dangers of inhaling harmful gas and also to Sidewalk Vendors should equip themselves with maskers in order to reduce pollutant’s exposure so that contaminants do not influence their health.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2

Penulis dalam menyusun tesis ini, menyadari begitu banyak mendapat bimbingan, arahan, bantuan, dan kemudahan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih, semoga sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT kepada Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt dan dr. Taufik Ashar, M.K.M

selaku komisi pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah banyak memberikan perhatian, dukungan, pengertian, dan pengarahan sejak awal hingga terselesaikannya

tesis ini, terima kasih juga tiada terkira penulis sampaikan dengan tulus kepada Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan”.

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Universitas Sumatera Utara.


(10)

dr. Surya Dharma, M.P.H dan Ir. Indra Chahaya, M.Si selaku komisi penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.

Teristimewa untuk kedua orangtuaku, sembah sujud Ananda yang tidak terhingga kepada Ayahanda H. Suhatril dan Ibunda tercinta Hj. Audah yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang dan tiada hentinya mendoakan penulis hingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi dan Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan dorongan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Seluruh dosen khususnya dosen departemen Kesehatan Lingkungan dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Drs. Hasan Basri, M.M selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan yang memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian demi menyelesaikan tesis ini.


(11)

6. Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan yang memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian demi menyelesaikan tesis ini.

7. Abang kakak dan Adik-adikku tersayang, Dani Suhada, S.H, Maya Elfira, Khusnul Fajri, Rahma Yanti, S.H, Riski Suhada, A.Md dan Audi julio (Raken) yang selalu menjadi semangat dan motivasi bagi penulis untuk menjadi yang terbaik.

8. Teman terspesial Achyar Rezski Pane, S.H yang banyak memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan penguatan yang luar biasa kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Sahabat terbaik Yulinda Lubis, Febri Susanty, Amalia Akita Hara, Ananda Rahman, Adelina Fauziah, Faridah Hanum, Putra Apriadi Siregar, Sasmar Aurivan H, Juniyanti PS Lubis yang banyak memberikan keceriaan sehingga kehidupan penulis menjadi berwarna.

10. Abang/Kakak terbaik Dhani Putra Bukit, Pendi Nasution, Sukamto, Aulia Oli Arfan, Irmayani, Julianti Aisyah, Nadya Ulfa, Evy Desvina, Ratna sari, Risti ivanty yang banyak memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

11. Adik- adik ku Marina, Budi, yuni, riki, Tria, Putri Rahayu, Adelia Bastia, Siti, Puput, ecy, magda, riri, yang banyak memberikan keceriaan sehingga kehidupan penulis menjadi berwarna.


(12)

12. Seluruh keluarga Besar HMI Komisariat FKM USU kakanda alumni, senior, teman-teman sepengurusan dan adik- adik yang memberikan banyak pelajaran yang berharga, proses-proses yang luar biasa dan kekeluargan yang sederhana yang tidak akan pernah terlupakan.

13. Seluruh keluarga besar MKLI angkatan 2011-2012 yang banyak memberikan kenangan selama bersama, memberikan kehangatan kekeluargaan dan saling menyemangati sehingga penulis merasa semangat dalam menyelesaikan tesis ini. 14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan atu persatu namanya yang membantu

sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semogadapat bermanfaat.

Medan, Juli 2013 Penulis


(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Deli Syaputri, lahir pada tanggal 02 Juni 1989 di Medan, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan ayahanda H. Suhatril dan ibunda Hj Audah.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri N0 235 Palembang, selesai pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Palembang, selesai tahun 2004, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Palembang , selesai tahun 2007 dan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara di Kota Medan selesai pada tahun 2011.

Riwayat pendidikan non formal penulis Training Mahasiswa Islam (Tamsil) PHBI FKM USU Tahun 2007, Latihan Kader 1 HMI Cabang Medan Tahun 2008, Training SAHIVA Angkatan 21 Tahun 2008, Training Pendidik Sebaya (TPS) HMI FKM USU Tahun 2009 dan Training Latihan Kader Kesehatan LKMI HMI Cabang Medan Tahun 2011.

Riwayat organisasi penulis menjadi Bendahara Umum HMI Komisariat FKM USU Periode 2010-2011 dan Bendahara Umum Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Periode 2011-2012 .


(14)

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Hipotesis ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pencemaran Udara ... 7

2.1.1. Defenisi Pencemaran Udara ... 7

2.1.2. Sumber Bahan Pencemaran Udara ... 9

2.1.3. Faktor yang Memengaruhi Pencemaran Udara ... 10

2.1.4. Dampak Pencemaran Udara ... 12

2.2. Sulfur Dioksida (SO2) ... 13

2.2.1. Definisi Sulfur Dioksida (SO2) ... 13

2.2.2. Sifat Sulfur Dioksida(SO2) ... 14

2.2.3. Dampak SO2 terhadap Kesehatan Manusia ... 15

2.3. Nitrogen Dioksida (NO2) ... 16

2.3.1. Definisi Sulfur Dioksida (NO2) ... 16


(15)

2.3.3. Dampak NO2 terhadap Kesehatan Manusia ... 17

2.4. Gangguan Saluran Pernafasan ... 17

2.4.1. Definisi Pernafasan. ... 17

2.4.2. Fungsi Pernafasan. ... 17

2.4.3. Anatomi Saluran Pernafasan ... 18

2.4.4. Fisiologi Pernafasan ... 19

2.4.5. Patologi pada Saluran Pernafasan ... 20

2.4.6. Gangguan Saluran Pernafasan ... 22

2.5. Terminal ... 24

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2. Waktu Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1. Populasi Penelitian ... 41

3.3.2. Sampel Penelitian ... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1. Data Primer ... 43

3.4.2. Data Sekunder ... 43

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.5.1. Variabel ... 44

3.5.2. Definisi Operasional ... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 46

3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 46

3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 50

3.7. Analisis Data ... 51

3.7.1. Analisis Univariat ... 51

3.7.2. Analisis Bivariat... 51

3.7.3. Analisis Multivariat ... 52

3.7.4. Analisis Risiko ... 53

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 56

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 55

4.2. Hasil Analisis Univariat ... 58

4.2.1. Analisis Kualitas Udara Ambien Lingkungan ... 59

4.2.2. Distribusi Jenis Kelamin Responden ... 60

4.2.3. Distribusi Umur Responden ... 61

4.2.4. Distribusi Masa Kerja Responden ... 61

4.2.5. Distribusi Lama Pajanan Responden ... 62

4.2.6. Distribusi Berat Badan Responden ... 63


(16)

4.2.8. Distribusi Besar Risiko Pajanan Gas SO2 ... 64

4.2.9. Distribusi Besar Risiko Pajanan Gas SO2 ... 65

4.3. Analisis Bivariat ... 65

4.3.1. Hubungan Gas SO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 66

4.3.2. Hubungan Gas NO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 67

4.3.3. Hubungan Jenis Kelamin Respondendengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 68

4.3.4. Hubungan Umur dengan GangguanSaluran Pernafasan. ... 69

4.3.5. Hubungan Durasi Pajanan Responden dengan Keluhan Saluran Pernafasan... 70

4.3.6. Hubungan Lama Pajanan Responden dengan Gangguan Saluran Pernafasan... 70

4.3.7. Hubungan Berat Badan Responden dengan GangguanSaluran Pernafasan ... 71

4.3.8. Hubungan Besar Risiko Gas SO2 dengan GangguanSaluran Pernafasan ... 72

4.4. Hasil Analisis Multivariat ... 73

4.5. Analisis Risiko ... 74

BAB 5. PEMBAHASAN ... 78

5.1. Analisis Pengaruh Intake SO2 dan NO2 Terhadap GangguanSaluran Pernafasan ... 78

5.2 Hubungan Gas SO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 78

5.3. Hubungan Gas NO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 80

5.4. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 81

5.5. Hubungan Durasi Pajanan dengan Gangguan Saluran Pernafasan .... 82

5.6. Hubungan Lama Pajanan dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 82

5.7. Hubungan Berat Badan dengan GangguanSaluran Pernafasan ... 83

5.8. Hubungan Besar Risko SO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan . 85 5.9. Hubungan Besar Risko NO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan 86 5.9. Manajemen Risiko ... 86

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... ... 93


(17)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 SumberPencemaran yang MenghasilkanBahanPencemarUdara ... 10

2.2 Dampak Pencemaran Udara terhadap Kesehatan Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 13

3.1 Dosis Respon (RfC) Risk Agent SO2 dan NO2... 54

3.2 Karakteristik Pemajanan Jalur Inhalasi ... 54

4.1 Diskripsi Parameter SO2Udara Ambien Lingkungan Terminal Terpadu Amplas ... 59

4.2 Diskripsi Parameter NO2Udara Ambien Lingkungan Terminal TerpaduAmplas ... 60

4.3 DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanJenisKelamin ... 60

4.4 DistribusiRespondenBerdasarkanKelompokUmur ... 61

4.5 DistribusiRespondenBerdasarkanMasaKerja (th) ... 62

4.6 DistribusiRespondenBerdasarkan Lama Pajanan (jam/hr) ... 62

4.7 DistribusiFrekuensiBeratBadanResponden... 63

4.8 DistribusiFrekuensiGangguanSaluranPernafasan ... 63


(18)

4.10 Distribusi Tingkat Risiko Gas NO2 ... 65

4.11 Hubungan Konsentrasi Gas SO2 Sumber Transportasi dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 66

4.12 Hubungan Konsentrasi Gas NO2 Sumber Transportasi dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 67

4.13 Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 68

4.14 Hubungan umur dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 69

4.15 Hubungan Durasi Pajanan dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 70

4.16 Hubungan Lama Pajanan dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 70

4.17 Hubungan Berat Badan dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 71

4.18 Hubungan Besar Risiko (Risk Quetient, RQ) gas SO2 dengan Gangguan Saluran Pernafasan ... 72

4.19 Pengaruh Konsentrasi Pajanan Gas SO2, Gas NO2, Jenis Kelamin, Lama Pajanan terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan ... 74

4.20 Pengaruh Konsentrasi Pajanan Gas SO2, NO2, Lama Pajanan dan Berat Badan terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan ... 74

4.21 Nilai Dosis Referansi (RfC) Risk Agent SO2 dan NO2 untuk Jalur Pajanan Inhalasi ... 76


(19)

DAFTAR GAMBAR

Bab Judul Halaman

2.1 KerangkaTeori... 39 2.2 KerangkaKonsepPenelitian ... 40 4.1 Lokasi Terminal Terpadu Amplas Kota Medan... 57


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 96

2. Master Data ... 98

3. Data Perhitungan Gas SO2 dan NO2 ... 104

4. Uji Univariat, Bivariat dan Multivariat ... 107

5. Gambar Hasil Penelitian ... 143

6. Hasil Pengukuran Gas dari BTKL Kota Medan ... 148

7. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU ... 149

8. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan ... 150


(21)

ABSTRAK

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya pengurangan atau penambahan komposisi udara dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat serta memberikan sumbangan terhadap meningkatnya kejadian penyakit yang berkaitan dengan pernafasan. WHO menetapkan gas SO2 dan NO2 sebagai polutan pencemar udara yang berbahayabagi kesehatan manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis risiko pajanan gas SO2 dan NO2 sumber transportasi terhadap gangguansaluran pernafasan di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pedagang Kaki Lima di Terminal Terpadu Amplas dengan jumlah sampel 70 responden.Analisis data menggunakan uji chi square dan uji regresi logistik berganda pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan variabel konsentrasi gas SO2 (p= 0,001), konsentrasi gas NO2 (p = 0.418), lama pajanan (p=0,014) dan berat badan (p=0,011) berpengaruh terhadap gangguan saluran pernafasan, sedangkan variabel durasi pajanan (p=1,000) tidak berpengaruh terhadap gangguan saluran pernafasan.

Hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap gangguan saluran pernafasan adalah konsentrasi gas SO2dengan nilai koefisen Exp (B) tertinggi yaitu 297,341.

Disarankan kepada Dinas Perhubungan Kota Medan untuk melakukan pengendalian bahan pencemar dengan membuat peraturan kepada pemilik kendaraan untuk melakukan uji emisi secara berkala dan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar terminal khususnya pada Pedagang Kaki Lima tentang bahayanya menghirup kandungan gas yang berbahaya serta kepada Pedagang Kaki Lima sebaiknya melengkapi diri dengan penutup hidung guna mengurangi pajanan zat pencemar sehingga tidak mengganggu kesehatan. Kata Kunci : Gas SO2, Gas NO2, Keluhan Saluran Pernafasan


(22)

ABSTRACT

Air pollution is the condition where the air composition decreases and increases, compared with the normal condition in a certain time, place, and concentration so that it can endanger the lives and people’s health as well as contributing to the increase of illness related to respiratory. WHO determines SO2 and NO2 gases as the air pollutants which are dangerous for human health.

This study aims to analyze the risk of SO2 and NO2 gas exposure which sources in transport on sidewalk vendors respiratory disorder at Amplas Integrated Terminal, Medan Amplas Subdistrict, Medan. The research used observational analytic method with cross sectional design. The population was all sidewalk vendors at Amplas Integrated Terminal with 70 respondents as the samples. The data were analyzed by using chi square test and multiple logistic regression tests at the confidence interval of 95%.

The results showed that the variable of SO2 gas concentration (p = 0.001), NO2 gas concentration (p = 0.418), the length of exposure (p = 0.014), and weight (p = 0.011) influence on respiratory disorders, whereas the variable duration of exposure (p = 1,000) had no influence on respiratory disorders.

From the multiple logistic regression tests, it was found that the variable which had the most dominant influence on respiratory disorders was SO2 gas with the highest coefficient Exp (B) value of 297.341.

It is recommended to Department of Transportation in Medan to control pollutants by make regulations to vehicle owners in order to conduct emissions testing periodically, and to Medan’s Health Department in order to conduct counseling to communities around the terminal especially for Sidewalk Vendors about the dangers of inhaling harmful gas and also to Sidewalk Vendors should equip themselves with maskers in order to reduce pollutant’s exposure so that contaminants do not influence their health.


(23)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses pembangunan, khususnya pembangunan di bidang industri sangat erat hubungannya dengan pembangunan bidang transportasi. Pembangunan industri diarahkan pada penguatan dan pendalaman struktur industri untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing industri. Pembangunan industri juga untuk mendorong perkembangan ekonomi sehingga dapat meningkatkan devisa negara yang sangat besar peranannya dalam proses pembangunan selanjutnya. Konsekuensinya dari proses pembangunan industri ini adalah meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut, termasupk pencemaran udara yang dapat merubah kualitas udara(Mukono, 2010).

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat serta memberikan sumbangan terhadap meningkatnya kejadian penyakit yang berkaitan dengan pernafasan dan penyebab utama


(24)

pencemaran udara tersebut adalah gas buang dan partikulat dari aktifitas transportasi (Achmadi, 2008).

Pencemaran udara pada saat ini memperlihatkan kondisi yang sangat memperhatikan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran dan perumahan. Pencemaran udara memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak mengingat udara merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jika pencemaran udara tidak segera ditanggulangi maka akan berdampak serius terhadap kesehatan manusia Menurut Sugiarto (2003), untuk tetap sehat manusia membutuhkan sekitar 13,5 kg atau 10.000 liter udara bersih setiap hari dan manusia hanya bisa hidup antara satu sampai dua menit tanpa udara.

Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%, sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan dan lain-lain.

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan pembangunan kesehatan indonesia 2010


(25)

dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan.

Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang dianggap serius. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel, hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida yang semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal (WHO, 2004).

Kegiatan suatu industri mempunyai arti penting yang potensial dalam menghasilkan bahan pencemar udara. Khusus untuk transportasi umum, akivitas transportasi ini tidak bisa lepas dari tempat seperti terminal. Setiap hari akivitas transportasi di terminal tidak pernah berhenti yaitu kendaraan keluar masuk, menurunkan dan mengangkut manusia atau barang sehingga mengeluarkan bahan pencemar udara yang di dapat dari aktivitas transportasi seperti gas SO2 (Sulfur dioksida), gas NO2 (Nitrogen dioksida), gas CO (Karbon monoksida), gas NH3

Terminal merupakan salah satu lokasi yang tinggi pencemaran udaranya, karena terminal merupakan pusat kegiatan yang memerlukan jasa transportasi, (amoniak), gas HC (hidrokarbon) dan debu yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.


(26)

disamping itu terminal merupakan tempat aktivitas manusia baik karyawan terminal, pedagang dan pemakai jasa. Adanya aktivitas kendaraan bermotor yang setiap hari dan dalam waktu 24 jam tersebut akan memicu adanya pencemaran udara di lingkungan terminal. Pencemaran tersebut tidak hanya berdampak bagi lingkungan terminal saja tapi juga orang-orang yang terlibat di dalam aktivitas terminal setiap harinya.

Terminal Terpadu Amplas merupakan terminal terbesar yang ada di Kota Medan, di terminal ini banyak dijumpai berbagai jenis angkutan umum berbagai tujuan baik berupa bus maupun angkutan umum. Terminal Terpadu Amplas juga merupakan tempat persinggahan banyak orang, tidak terkecuali pedagang asongan, penjaja makanan dan lain-lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Sukirno (2009) di Terminal Giwangan Yogyakarta menyatakan bahwa hasil perhitungan tingkat risiko (RQ) pajanan SO2 dan NO2 untuk pajanan real time diketahui terdapat 1 orang responden yang telah melebihi batas estimasi dosis pajanan harian dan konsentrasi yang diukur bahkan khusus untuk NO2

Hasil pemantuan udara ambien di Terminal Terpadu Amplas Kota Medan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) menghasilkan nilai konsentrasi polutan SO

telah melebihi baku mutu yang disyaratkan.

2

yaitu pada bulan Mei 45,8 µg/Nm3, Juni 213 µ g/Nm3 dan Juli 425 µg/Nm3 serta polutan NO2 menghasilkan konsentrasi pada bulan mei yaitu 5,07 µg/Nm3 , Juni 45,6 µg/Nm3 dan Juli 44,2 µg/Nm3. Pada data ini dapat dilihat bahwa zat pencemar belum


(27)

mencapai baku mutu yang dipersyaratkan, namun mengalami peningkatan setiap bulannya.

Setiap bahan pencemar mempunyai efek yang spesifik terhadap kesehatan. Pemantauan kualitas udara saja hanya menghasilkan informasi udara disuatu wilayah tercemar tetapi tidak bisa menggambarkan efek atau risiko terhadap kesehatan masyarakat. Studi analisis risiko kesehatan lingkungan dapat memperkirakan efek bahan pencemar secara spesifik terhadap kesehatan. Analisis risiko merupakan karakteristik efek–efek yang potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan (Rahman, 2007). Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh pencemaran udara gas SO2 dan NO2 terhadap gangguansaluran pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.


(28)

1. Untuk mengetahui pengaruh kandungan gas SO2 dan NO2

2. Untuk menganalisis besaran tingkat risiko secara kuantitatif terhadap gangguan saluran pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas akibat menghirup gas SO

terhadap terjadinya gangguan saluran pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

2 dan NO2

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh konsentrasi gas SO

.

2 dan NO2

1. Memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai jumlah proporsi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengalami gangguan saluran pernafasan dan jumlah proporsi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memiliki potensi risiko mengalami gangguan saluran pernafasan akibat menghirup udara yang mengandung gas SO

di udara yang terhirup dengan gangguan saluran pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

2 dan NO

2. Sebagai informasi kepada instansi terkait maupun pengambil kebijakan untuk dapat melakukan manajemen risiko terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan


(29)

3. Sebagai bahan kepustakaan dalam pengembangan keilmuan dalam bidang kesehatan lingkungan dan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Definisi Pencemaran Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Komposisi udara senantiasa berubah dari waktu ke waktu serta dari sebuah tempat ke tempat lain, namun dalam keadaan yang kering atmosfer akan di dominasi oleh empat gas yaitu nitrogen (77,5%), oksigen (20,94%), argon (0,93%) dan karbon dioksida (0,032%) (Mulia, 2005).

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan atau merusak properti.


(30)

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global (Mukono, 2010).

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat (Achmadi, 2005).

Secara umum definisiudara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia.

a. Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)

Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya.

Menurut Mukono (2006), bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Poluten primer

Poluten primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan bentuk gas pencemaran udara dapat dibedakan menjadi:


(31)

b. Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida)

c. Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon) d. Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)

Sedangkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah

b. Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene c. Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

2. Polutan sekunder

Polutan sekunder biasanya terdiri karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO2

1. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan

yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

2. Derajat fotoaktivasi 3. Kondisi iklim

4. Topografi lokal dan adanya embun 2.1.2. Sumber Pencemaran Udara

Menurut Achmad (2004), jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu:


(32)

1. Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (aktivitas letusan gunung berapi, pembusukan, kebakaran hutan dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, pembakaran sampah generator listrik dan asap kendaraan bermotor.

2. Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan. Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang terhirup di sekitar kita menjadi tercemar oleh gas buangan hasil pembakaran.

Daerah perkotaan dan industri, parameter bahan pencemar udara yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan adalah parameter gas SO2, gas CO, gas NO2

Sumber Pencemar / Bahan Pencemar

dan partikel debu. Sumber bahan pencemar udara, menentukan jenis bahan pencemarnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Sumber Pencemaran yang Menghasilkan Bahan Pencemar Udara HC CO2 CO SO2 NO NO2

Sumber Stasioner + + + + + +

Proses Industri + + + + + +

Sampah Padat + + + + + +

Pembakaran Sisa Pertanian + + + + + +

Transportasi + + + + + +

Bahan Bakar Batubara + + + + + +

Bahan Bakar Minyak + + + + + +

Bahan Bakar Gas Alam - + - - - -

Bahan Bakar Kayu _ + _ _ + +


(33)

(Sumber ; Esmen, 1989 ; Graesel 7 Cratzen, 1989; Masters, 1991 dalam Mukono, 2010)

Keterangan :

(+) : Menghasilkan (-) : Tidak menghasilkan

2.1.3. Faktor yang Memengaruhi Pencemaran Udara

Menurut Mukono (2010), banyak faktor yang dapat memengaruhi pencemaran udara di atmosfer, yaitu :

1. Kelembaban

Kelembaban udara adalah konsentrasi uap air di udara. Konsentrasi dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak dan kelembaban spesifik. Kelembaban merupakan unsur yang sangat penting untuk mengetahui cuaca dan uap air dalam udara. Tinggi rendahnya kelembaban udara dapat menentukan besar kecilnya kandungan bahan pencemar baik di ruang tertutup maupun ruang terbuka akibat adanya pelarut bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran.

2. Suhu

Suhu udara adalah kondisi fisik dari suatu sistim yang didefinisikan sebagai panas dan dingin. Pada material dengan suhu lebih tinggi disebut lebih panas. Secara fisik suhu adalah suatu ukuran yang menyangkut pengaruh dari material dan satuan energi cahaya secara acak yang berkenaan dengan fluktuasi panas di lingkungan. Suhu merupakan suatu parameter pokok di dalam termodinamika. Perubahan suhu setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar pada pergerakan zat pencemar


(34)

udara diatmosfer. Turbulensi yang terjadi tergantung pada suhu. Suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara relatif sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar di daerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.

3. Sinar Matahari

Sinar matahari dapat memengaruhi bahan oksidan di atmosfer. Keadaan tersebut dapat meningkatkan rangsangan untuk merusak bahan.

4. Arah Angin

Arah angin merupakan faktor penting yang menentukan dalam pendistribusian suhu udara. Kecepatan angin dapat menentukan lama waktu perjalanan bahan polutan ke tempat lain. Arah dan kecepatan angin dapat dipengaruhi beberapa faktor antara lain gedung-gedung tinggi, pohon penghijauan di pinggir jalan dan cuaca hujan.

Pencemaran udara banyak memberikan dampak negatif khususnya untuk kesehatan manusia. Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat 2.1.4. Dampak Pencemaran Udara


(35)

mencapai paru-paru. Dari paru-paru zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Dampak kesehatan dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.2. Dampak Pencemaran Udara terhadap Kesehatan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Pajanan Jangka Pendek Pajanan Jangka Panjang a. Perawatan di rumah sakit,

Kunjungan ke Unit Gawat darurat atau kunjungan ruitin dokter akbat penyakit yang berhubungan dengan pernfasan dan kardioveskuler

b. Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit

c. Jumlah absensi (Pekerjaan ataupun sekolah)

d. Gejala akut (Batuk, sesak, infeksi saluran pernafasan)

e. Perubahan fisiologis (Seperti fungsi paru dan tekanan darah).

a. Kematian akibat penyakit pernafasan dan kardioveskuler

b. Meningkatnya insiden dan prevalensi penyakit paru kronik (asma, penyakit pari obstruktif kronis )

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin

d. Kanker

Sumber : WHO dan ATS (American Thoracic Society, 2005 dalam Mukono, 2010)

2.2. Sulfur Dioksida (SO2)

2.2.1. Definisi Sulfur Dioksida (SO2

Sulfur oksida atau sering ditulis dengan SO )

x terdiri atas gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Pada


(36)

dasarnya, semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam bentuk SO2 dan hanya 1% - 2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan cepat berubah menjadi SO2. Sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas dan transportasi

Sulfur dioksida (SO2)merupakan salah satu unsur belerang oksida.Sulfur dioksida (SO2) dihasilkan oleh batu bara, bahan bakar minyak yang mengandung sulfur, pembakaran limbah dan proses dalam industri. Kadar SO2 dalam gas buang tergantung dari jenis bahan bakar yang digunakan, sulfur dioksida yang berasal dari solar lima kali lebih banyak dibandingkan dengan sulfur dioksida yang terjadi pada pemakaian bahan bakar bensin.

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2dan sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.

2.2.2. Sifat Sulfur Dioksida (SO2

a. Gas yang tidak berwarna, berbau, larut dalam berbagai zat pelarut diantaranya adalah air dan alkohol

)


(37)

b. Konsentrasi gas SO2

c. Sangat larut dalam air, terserap pada bagian atas saluran pernafasan

di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) saat konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm

d. Merangsang pengeluaran lendir.

2.2.3. Dampak SO2

a. Iritasi terutama pada jaringan mukosa dan resistensi saluran pernafasan (batuk, sesak nafas), sekresi mukus meningkat atau merangsang pengeluaran lendir dan memperberat asma

terhadap Kesehatan Manusia

Menurut Kusnoputranto (1999), dampak sulfur dioksida terhadap kesehatan manusia, yaitu :

b. Memberikan epitaksis (pendarahan hidung) dan adanya iritasi pada mukosa c. Peradangan saluran pernafasan

d. Edema paru, rasa sempit di dada

e. Menyebabkan gangguan pada paru-paru atau merusak paru –paru f. Iritasi selaput lendir saluran pernafasan bagian atas

g. Menimbulkan kambuh (eksaserbasi) penyakit saluran pernafasan h. Meningkatkan prevalensi dari gejala penyakit saluran pernafasan

Udara yang telah tercemar sulfur dioksida menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas sulfur dioksida


(38)

yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran pernafasan yang sampai paru–paru. Serangan gas sulfur dioksida tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena seperti iritasi saluran pernafasan bagian atas (Wardhana,2001).

Gas sulfur dioksidadapat masuk ke dalam saluran pernafasan melalui mulut atau waktu menarik nafas. Daya larut gas sulfur dioksida yang tinggi mengiritasi dinding bronkus sehingga dapat terjadi peradangan dan meningkatnya produksi lendir.

2.3. Nitrogen Dioksida (NO2)

2.3.1. Definisi Nitrogen Dioksida (NO2)

Nitrogen dioksida (NO2) adalah gas yang dihasilkan selama temperatur tinggi pada pembakaran yang menggunakan bahan bakar seperti bensin dan solar. Waktu pencampuran antara bahan bakar dengan udara terutama oksigen, terbentuk nitrogen dioksida (NO2). Sebagian besar NO2 di udara berasal dari oksidasi NO, selain itu juga berasal dari asap rokok (Depkes RI, 2000).

2.3.2. Sifat Nitrogen Dioksida (NO2)

Menurut Depkes RI (2000), sifat nitrogen dioksida (NO2 a. Gas nitrogen dioksida (NO

), yaitu : 2

b. Kadar NO

) berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam menyengat hidung.

2 diudara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit


(39)

c. Pada konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik menyebabkan kerusakan paru-paru

d. Nitrogen dioksida merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi di udara membentuk asam nitrat yang dapat menyebabkan hujan asam.

2.3.3. Dampak NO2 terhadap Kesehatan Manusia

Nitrogen dioksida terbentuk dari pembakaran minyak yang tidak sempurna pada temperatur yang tinggi. Nilai ambang batasNO2 adalah sebesar 0,05 ppm/jam. Dampak paparan NO2 lebih bersifat kronik. Pada orang normal paparan NO2 1,5 ppm selama 2 jam tidak menunjukkan penurunan faal paru yang bermakna. Tetapi paparan melebihi 1,5–2 ppm menyebabkan peningkatan tahanan ekspirasi dan inspirasi. Paparan NO2 sebesar 0,1 ppm selama waktu 1 jam meningkatkan hipereaktivitas bronkus yang diukur dengan inhalasi metakolin serta meningkatkan obstruksi saluran napas. Kejadian infeksi saluran napas meningkat pada orang yang terpapar dengan nitrogen dioksida.Hal itu disebabkan oleh karena terjadi kerusakan silia, gangguan sekresi mukus dan fungsi makrofag alveolar serta gangguan imunitas humoral.

2.4. Gangguan Saluran Pernafasan 2.4.1. Definisi Pernafasan


(40)

Pernafasan (respirasi) adalah gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel (Soemantri, 2008).

2.4.2. Fungsi Pernafasan

Fungsi pernafasan adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel secara terus menerus (Soemantri, 2008).

Pada dasarnya saluran pernafasan terjadi alveoli dan kapilar-kapilarnya yang membentuk unit pertukaran gas paru-paru. Pergerakan udara secara besar-besaran berakhir dan satu-satu molekul (komponen dasar yang amat kecil) udara bergerak lewat pipa bronchioli dan alveoli yang amat halus dengan cara difusi.

Asap yang mengandung zat kimia masuk ke dalam paru-paru, sudah pasti akan sampai ke alveoli serta darah. Pengaruh yang terus menerus dari racun (zat kimia) ini akan merusak jaringan paru-paru timbul peradangan, hal ini dapat menimbulkan kanker paru-paru yang mematikan dan karbondioksida bertarung dengan oksigen untuk merebut haemoglobin (Sitorus, 2005).

2.4.3. Anatomi Saluran Pernafasan

a. Anatomi Saluran Pernafasan Bagian Atas 1. Saluran pernafasan bagian atas terdiri dari:


(41)

a. Lubang hidung (cavum nasalis) yang berfungsi sebagai jalan nafas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara, pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara dan indra penciuman.

b. Sinus Parasinalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala yangberfungsi untuk :

a. Membantu menghangatkan dan humidifikasi. b. Meringankan berat tulang tengkorak.

c. Mengatur bunyi suara manusia

c. Faring berfungsi saat menelan seperti saat kita bernafas.

d. Laring memiliki fungsi untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan nafas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk.

2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah

Saluran pernafasan bagian bawah terbagi atas :

a. Saluran pernafasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri dari Saluran udara konduktif yaitu trakea, bronkus dan bronkiolus.

b. Saluran respiratorius terminal terdiri dari alveoli, paru-paru, dada, diafragma, pleura dan sirkulasi pulmoner.

2.4.4. Fisiologi Pernafasan

Udara masuk melalui hidung melewati nasofaring , oralfaring masuk ke trakea, ke percabangan trakea, kemudian masuk ke percabangan bronkus dan udara berakhir


(42)

pada ujung bronkiolusberupa gelembung yang disebut alveolus dan pertukaran udara terjadi di alveoli.

Pernafasan manusia dibedakan atas pernafasan dada dan pernafasan perut. Pernafasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian juga untuk pernafasan perut.

Mekanisme pernafasan dada yaitu : 1. Fase Inspirasi Pernafasan Dada

Mekanisme inspirasi pernafasan dada sebagai berikut :

Otot antar tulang rusuk berkontraksi, tulang rusuk terangkat (posisi datar) dan paru-paru mengembang sehingga tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar selanjutnya udara luar masuk keparu-paru.

2. Fase Ekspirasi Pernafasan Dada

Otot antar tulang rusuk relaksasi, tulang rusuk menurun dan paru-paru menyusut sehingga tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar selanjutnya udara keluar dari paru-paru.

Mekanisme Pernafasan Perut

1. Fase Inspirasi Pernafasan Perut

Sekat rongga dada (diafragma) berkontraksi, posisi dari melengkung menjadi mendatar dan paru-paru mengembang sehingga tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar selanjutnya udara masuk dari paru-paru. 2. Fase Ekspirasi pernafasan Perut


(43)

Otot diafragma relaksasi, posisi dari mendatar kembali melengkung dan paru-paru mengempis sehingga tekanan udara di paru-paru-paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar selanjutnya udara keluar dari paru-paru.

2.4.5. Patologi pada Sistem Pernafasan

Menurut Tamher (2008), Patologi pada sistem pernafasan adalah :

1. Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin dan tenggorokan terasa gatal.

2. Asma merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.

3. ISPA adalah penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan, hidung, sinus, faring/laring yang dibedakan atas infeksi pada saluran pernafasan bagian atas dan bagian bawah. Gejalanya pegal-pegal, beringus, batuk, sakit kepala dan sakit pada tenggorokan

4. Infeksi kronis pada paru

Infeksi kronis pada paru dikenal dengan istilah PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) atau COPD (Chronic Obsructive Pulmonary Disease). Pada saluran nafas bagian bawah dengan gejala-gejala berupa kesulitan pada waktu ekspirasi. Penyakit yang ditemukan disini adalah asma, bronkhitis kronis dan emfisema. 5. ARDS (Acute Respiratori Distress Syndrome) atau Gawat Nafas


(44)

Pada keadaan ini membran alveolus/kapiler mengalami trauma secara difusi yang mengakibatkan permeabilitasnya meningkat, sehingga berakibat oedem paru-paru dan atelektasis. Atelektasis adalah menciutnya alveolus (kolaps) akibat penekanan. Sedangkan oedema paru menandai menumpuknya cairan pada jaringan paru akibat meningkatnya tekanan hidrostatik seperti pada kegagalan jantung kiri.

6. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Jika bagian paru-paru yang diserang meluas maka sel-selnya mati dan paru-paru mengecil. Akibatnya nafas penderita terengah-engah.

7. Kanker paru-paru, mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar ke seluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan aktivitas yang sering merokok. Perokok pasif juga dapat menderita kanker paru-paru.

2.4.6. Gangguan Pada Saluran Pernafasan

Menurut Tamher (2008), gangguan pada fungsi paru biasanya ditandai dengan manifestasi klinik berupa gangguan atau gejala-gejala pada sistem pernafasan sebagaimana diuraikan berikut ini :

1. Bersin

Bersin adalah keluarnya


(45)

terinfeksi yang diameternya antara 0,5 hingga itu dapat dihasilkan dalam satu kali bersin. Refleks bersin bermanfaat untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke rongga hidung atau saluran pernafasan bagian bawah.

2. Batuk

Batuk adalah suatu bentuk refleks perlindungan yang mengeluarkan sekret, lendir atau bahan iritan lainnya dari saluran nafas bagian bawah. Batuk merupakan refleks fisiologis yang biasa terjadi pada saluran pernapasan orang sehat atau orang sakit. Batuk dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab, misalnya rangsangan selaput lendir pernapasan yang terletak di tenggorokan dan cabang–cabang tenggorokan, batuk juga disebabkan oleh debu, gas, bau dan perubahan suhu yang mendadak serta juga merupakan gejala dari penyakit TBC, asma dan kanker paru-paru.

3. Nyeri Dada

jantung koroner. Nyeri dada juga bisa disebabkan oleh berbagai macam penyebab, bisa dari otot atau tulang, jantung, paru-paru, saluran pencernaan, atau bisa pula karena masalah psikologis. Nyeri dada merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri, baik nyeri cepat atau nyeri lambat.


(46)

Sesak merupakan bertambahnya frekuensi pernafasan serta meningkatnya upaya seseorang untuk bisa bernafas. Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas

Terminal transportasi adalah titik awal, titik antara atau titik akhir dari jalur gerak transportasi. Terminal transportasi jalan dapat didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan dari fasilitas dan lahannya dimana lalu lintas angkutan jalan berawal, berakhirdanatau tempat perpindahan sebelumnya, selama atau sesudah pergerakan merupakan gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan kematian (Tamher, 2008).

2.5. Terminal

2.5.1. Pengertian Terminal

Prasarana dalam suatu sistem transportasi terdiri dari jalur gerak dan terminal. Jalur gerak diartikan sebagai suatu tempat pergerakan tertentu dari suatu transportasi (sarana) untuk menuju tempat tujuan perjalanan. Dalam sistem transportasi darat, jalur gerak meliputi jalan raya, pipa dan jalur rel.


(47)

angkutan jalan, termasuk fasilitas pelayanan atau kendaraan-kendaraan dan perlengkapannya dimana lalu lintas bergerak.

Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional transportasi memiliki posisi yang strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan. Menyadari peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam salah satu sistem transportasi secara terpadu. Terminal mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Menurut Undang-Undang no 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud simpul jaringan transportasi.

2. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia no 41 tahun 1993, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu simpul jaringan transportasi.

3. Menurut DISHUB Kabupaten Bangkalan, 1997:7. Terminal dapat diartikan sebagai suatu simpul tempat terjadinya putusan arus yang merupakan prasarana angkutan, tempat kendaraan umum menaikkan dan menurunkan penumpang atau barang, tempat pemindahan penumpang atau barang baik intra maupun antar transportasi yang terjadi sebagai akibat adanya pergerakan manusia dan barang serta tuntutan efisiensi transportasi.


(48)

Fungsi terminal pembangunan kota tinjauan regional dan lokasi terminal yaitu:

1. Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan transportasi 2. Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas

3. Menyediakan tempat untuk menyiapkan kendaraan

Beberapa terminal yang hanya mempunyai satu fungsi dan bongkar dan muat, terkadang sangat sederhana. Contohnya suatu tempat pemberhentian bus pada perempatan jalan, sering hanya terdiri dari tempat penumpang menunggu dan tanda yang menunjukkan bahwa tempat tersebut adalah tempat pemberhentian bus.

Penumpang atau barang biasanya tidak sama tiba di terminal. Sebelum waktu keberangkatan dan kadang kala terminal menyediakan fasilitas tempat menunggu bagi penumpang dan tempat penyimpanan barang sebelum naik atau dimuatkan ke kendaraan. Jika periode tunggu cukup lama mungkin diperlukan fasilitas lebih lengkap seperti fasilitas ruang tunggu yang nyaman, restoran, dan tempat hiburan bagi penumpang. Fasilitas untuk barang disediakan gudang untuk menyimpan, melindungi dari kemungkinan rusak, hilang, atau memproses barang menurut lokasi penyaluran.

Menurut Warpani (1990), petunjuk teknis lalu lintas angkutan dan jalanmembedakan fungsi terminal khususnya terminal angkutan jalan ditinjau dari 3 (tiga) unsur, yaitu:


(49)

1. Fungsi terminal bagi penumpang adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda/kendaraan ke moda/kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parker kendaraan pribadi.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah adalah dari segi perencanaan dan managemen lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan kendaraan umum.

3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah untuk pengaturan operasi kendaraan umum, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awal kendaraan umum dan sebagai fasilitas pangkalan.

Jenis terminal transportasi dapat dibedakan berdasarkan moda yang dilayani, yaitu: terminal moda angkutan darat, moda angkutan air, dan moda angkutan udara. Terminal angkutan air: pelabuhan sungai dan pelabuhan samudera dan amoda angkutan udara adalah terminal pesawat udara, sedangkan terminal moda darat terdiri dari stasiun kereta api dan terminal transportasi jalan. Peraturan Pemerintah RI no. 43 tahun 1993 tentang prasarana dan lalu lintas jalan, membedakan terminal angkutan jalan raya menurut jenis angkutannya yaitu:

1. Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra/antar moda tranportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

2. Terminal barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra/antar moda tranportasi


(50)

Keputusan Menteri Perhubungan No.31 tahun 1995 pasal 2, terminal penumpang terbagi menjadi 3 (tiga) tipe bagian terminal menurut skala pelayanannya, yaitu:

1. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan/atau angkutan lintas batas Negara, angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) angkutan kota dan angkutan pedesaan.

2. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan AKDP, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.

3. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.

2.6. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Selama ini dampak pencemaran lingkungan maupun kesehatan manusia lebih banyak di kaji secara epidemiologis. Studi ini umumnya menghasilkan gambaran penyakit yang berhubungan dengan pencemaran atau hubungan kausalitas tingkat pencemaran dengan efek kesehatan namun sering tidak spesifik sehingga pengendalian risikonya pun tidak spesifik (Nukman et al., 2005).

Selain studi epidemiologis kesehatan lingkungan, dewasa ini telah tersedia model kajian yang bersifat prediktif yang disebut analisis risikountuk pencemar– pencemar lingkungan. United State Environmental Protection Agency (US-EPA) 1983 mengeluarkan paradigma analisis risiko yang menggambarkan bahwa analisis


(51)

risiko perlu diawali dengan analisis risiko pendahuluan yang bersifat subyektif dan informal. Dalam perkembangan selanjutnya Agency For Toxic Substance and Drug Registry (ATSDR) 1986 memperkenalkan Public Health Assesment (PHA) yang menitikberatkan pada estimasi risiko secara kuantitatif untuk keperluan regulasi dan legislasi.

Analisis risiko kesehatan lingkungan adalah studi kelas depan yang memperkirakan tingkat risiko kesehatan secara kuantitatif bagi mereka yang terpajan oleh zat pencemar yang berasal dari berbagai sumber baik fisik, kimia dan biologis.

2.6.1. Sejarah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)

Pada awalnya analisis risiko digunakan dalam pengendalian radiasi. Pada tahun 1975 analisis risiko digunakan untuk menyelidiki kematian karena kanker akibat adanya kebocoran reaktor nuklir. Kemudian teknik analisis ini mulai berkembang setelah tahun 1986 US-EPA menerbitkan pedoman tentang analisis risiko karsinogen. Dan kini teknik-teknik analisis risiko telah bermanfaat membantu memecahkan masalah lingkungan dan kesehatan akibat pajanan berbagai bahaya lingkungan, baik itu fisik, kimia, biologi, maupun radiasi (Rahman, 2005).

Berdasarkan keputusan Kepala Bapedal No. Kep. 124/12/1997 tentang panduan kajian aspek kesehatan masyarakat dalam penyusunan nnalisis mengenai dampak lingkungan, ARKL menjadi bagian dari analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL).


(52)

2.6.2. Pengertian Analisis Risiko (Risk Assesment)

Ada beberapa definisi dari analisis risiko, EPA mendefinisikan risiko kesehatan manusia sebagai kejadian kerusakan kesehatan seseorang yang disebabkan oleh pemajanan atau serangkaian pemajanan bahaya lingkungan. Jadi, analisis risiko adalah karakteristik efek–efek yang potensial merugikan kesehatan oleh pajanan bahaya lingkungan.

MenurutRichardson (1989), analisis risiko adalah proses pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah dengan keragaman kemungkinan yang ada dan ketidakmungkinan yang akan terjadi. Dalam analisis risiko pertama kali masalah harus didefinisikan danrisiko diperkirakan kemudian risiko dievaluasi dan dipertimbangkan juga faktor-faktor yang mungkin bisa memengaruhi sehingga bisa diputuskan tindakan mana yang bisa diambil. Proses perkiraan risiko, evaluasi risiko, pengambilan keputusan dan penerapannya disebut analisis risiko.

Menurut Rahman (2007), analisis risiko merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk menghitung atau memperkirakan risiko pada suatu organisme sasaran, sistem atau (sub) populasi termasuk identifikasi ketidakpastian yang menyertainya setelah terpajan oleh agent tertentu dengan memperhatikan karakteristik yang melekat pada agent yang menjadi perhatian dan karakteristik sistem sasaran yang spesifik. Risiko sendiri didefinisikan sebagai probabilitas suatu efek yang merugikan pada suatu organisme, sistem atau (sub) populasi yang disebabkan oleh pemajanan suatu agent dalam keadaan tertentu .


(53)

Analisis risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan manusia yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang melekat pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek merugikan jika suatu organisme, sistem atau (sub) populasi terpajan oleh risk agent itu. Bahaya lingkungan terdiri dari tiga risk agent yaitu bahan-bahan kimia, energi dan makhluk hidup atau organisme. Analisis risiko bisa dilakukan untuk pemajanan bahaya lingkungan yang telah lampau (post exposure), dengan efek yang merugikan sudah atau belum terjadi, bisa juga dilakukan sebagai suatu prediksi risiko untuk pemajanan yang akan datang.

Ada dua kemungkinan kajian Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) yang dapat dilakukan yaitu :

1. Evaluasi di atas meja yang selanjutnya disebut ARKL meja

ARKL meja dilakukan untuk menghitung estimasi risiko dengan segera tanpa harus mengumpulkan data dan informasi baru di lapangan. Kajian ini biasanya dilakukan untuk menjawab pertanyaan khalayak ramai yang bisa menimbulkan kepanikan meluas, mencegah provokasi yang dapat memicu ketegangan sosial atau dalam situasi kecelakaan dan bencana.

2. Kajian lapangan yang selanjutnya disebut ARKL lengkap

ARKL lengkap biasanya berlangsung dalam suasana normal, tidak ada tuntutan mendesak namun perlu dilakukan sebagai tindakan proaktif untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam ARKL Lengkap data


(54)

dan informasi mengenai C, R , te, fe, Dt dan Wb

1) Agent orientedyaitu identifikasi keberadaan risk agent yang potensial dan aktual dalam media lingkungan tertentu, dan

harus dikumpulkan dari populasi yang berisiko setempat dengan survei dan pengukuran (Rahman, 2005).

2.6.3. Model Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

Louvar dan Louvar (1998) dan Kolluru (1996) menggambarkan analisis risiko kesehatan terdiri dari 4 langkah utama yaitu identifikasi bahaya (Hazard Identification), Analisis pemajanan (Exposure Assesment), Analisis Dosis Respon (Dose Response Assesment) dan karaktersistik risiko ( Risk Characterization).

2.6.3.1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Pengertian bahaya (hazard) dan risiko (risk) menurut Richardson (1989) adalahkeberadaan dari materi yang berefek pada sistem kehidupan seperti manusia, hewan atau lingkungan yang terpapar. Risiko (risk) : adalah akibat yang terjadi atau diperkirakan akan terjadi karena adanya bahaya yang terpapar pada populasi dalam dosis atau konsentrasi tertentu. Risiko ini menggambarkan frekuensi dan intensitas dari bahaya kepada populasi yang terpapar.

Identifikasi bahaya adalah tahap awal ARKL untuk mengenali sumber risiko. Informasinya dapat ditelusuri dari sumber dan penggunaan risk agent. Penelusuran informasi dapat menggunakan pendekatan, yaitu:


(55)

2) Disease oriented yaitu identifikasi dengan melakukan pengamatan terhadap gejala dan penyakit yang berhubungan dengan toksisitas risk agent di masyarakat.

Dari dua pendekatan tersebut,agent orientedadalah pendekatan yang didahulukan pada studi ARKL, karena sangat berguna untuk analisis dosis-respon (WHO, 1983).

ARKL biasanya dilakukan karena adanya peristiwa yang menjadi perhatian umum, bisa juga karena kebutuhan tertentu meskipun tidak atau belum menjadi perhatian umum. Kasus-kasus muncul karena dua masalah utama yaitu indikasi pencemaran atau indikasi gangguan kesehatan. Masyarakat awam biasanya memakai identifikasi inderawi sebagai dasar kepedulian mereka maka kalangan profesional atau akademisi harus menggunakan data dan informasi ilmiah sebagai basis untuk menilai keberadaan masalah lingkungan dan kesehatan. Morbiditas dan mortalitas penyakit berbasis lingkungan, insiden dan prevalen, hasil–hasil monitoring kualitas lingkungan atau studi epidemiologi kesehatan lingkungan merupakan sumber data yang lazim dipakai untuk merumuskan masalah. Jadi keberadaan risk agent dapat disimpulkan dari gangguan kesehatan yang teramati (disease oriented), tingkat pencemaran (agent oriented) misalnya yang melampaui baku mutu atau keduanya (Rahman, 2007).

2.6.3.2. Analisis Pemajanan (Exposure Assesment)

Analisis pemajanan yang disebut juga penilaian kontak bertujuan untuk mengenali jalur- jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima individu


(56)

dalam populasi berisiko bisa dihitung. Risk agent bisa berada dalam tanah, udara, air, atau pangan seperti ikan, daging, telur, susu, sayur mayur dan buah-buahan. Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan bahaya, pemajanan adalah penghubung antara bahaya dan risiko. Pemajanan dapat terjadi karena risk agent terhirup dalam udara, tertelan bersama air atau makanan, terserap melalui kulit atau kontak langsung dalam kasus radiasi (Kolluru, 1996).

Adapun jalur pemajanan secara umum dari risk agent gas dapat dilihat pada bagan dibawah sebagai berikut ini :

2.6.3.3. Analisis Dosis-Respon (Dose-Response Assessment)

Analisis dosis respon menetapkan nilai – nilai kuantitatif toksisitas risk agent untuk setiap bentuk kimianya. Toksisitas dinyatakan sebagai dosis referensi (reference dose, RfD) untuk efek- efek non karsinogenik dan Cancer Slope

Risk Agent

Gas Inhalasi

Hidung

Darah Paru-paru


(57)

dosis respon merupakan tahap paling menentukan karena ARKL hanya bisa dilakukan untuk risk agent yang ada dosis responnya (Kolluru, 1996).

RfC atau RfD adalah toksisitas kuantitatif non karsinogenik menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang diprakirakan tidak menimbulkan efek yang merugikan kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat. Dosis referensi dibedakan untuk pajanan oral atau tertelan (ingesti untuk makanan dan minuman) yang disebut RfD dan untuk pajanan inhalasi (udara) yang disebut Reference Concentration (RfC). Dalam analisis dosis–respon, dosis dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup (inhaled), tertelan (ingested) atau terserap melalui kulit (absorbed) per kg berat badan per hari (mg/kg/hari). Respon atau efek non karsinogenik, yang disebut juga efek sistemik yang ditimbulkan oleh risk agent tersebut dapat beragam mulai dari yang tidak teramati yang sifatnya sementara, kerusakan organ yang menetap,kelainan fungsional yang kronik sampai kematian.

RfC atau RfD menunjukkan probabilitas untuk mendapatkan risiko. Jika dosis yang diterima melebihi maka probabilitas mendapatkan risiko juga lebih besar, demikian juga apabila dosis yang diterima di bawah RfC atau RfD maka probabilitas mendapatkan risiko juga kecil. Nilai RfC, RfD dan SF masing-masing risk agent telah tersedia dalam pangkalan data Integrated Risk Information System dari US-EPA.

Nilai RfC atau RfD ditetapkan berdasarkan nilai NOAEL (No Observed Adverse Effect Level)atau LOAEL (Lowest Observed Adverse Effect Level) yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan hewan uji (bioassay) atau studi


(58)

epidemiologi. NOAEL yaitu dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia. Sedangkan LOAEL yaitu dosis terendah yang secara statistik atau biologis masih memperlihatkan efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia.

Secara teknis RfC atau RfD ditetapkan dengan membagi NOAEL atau LOAEL dengan UF (uncertainty factor) sesuai konsep probabilitas. Adapun persamaannya sebagai berikut: (Rahman, 2007).

MF UF UF UF UF RfD × × × × = 4 3 2 1 LOAEL atau NOAEL

Angka dan kriteria UF dan MF sebgai berikut:

UF1 = 10 (untuk variasi sensitivitas dalam populasi manusia) UF2 = 10 (untuk ekstrapolasi dari hewan ke manusia)

UF3 = 10 (NOAEL diturunkan dari uji subkronik, bukan kronik) UF4 = 10 (bila menggunakan LOAEL bukan NOAEL)

MF = 0 – 10 (default 1) Catatan:

MF (modifying factor) merupakan penilaian profesional terhadap kualitas stui toksisitas dan kelengkapan datanya yang tidak tertampung dalam UF.


(59)

Karakterisasi risiko adalah penghubung antara analisis risiko dengan manajemen risiko. Asupan pada manusia (Intake) dibandingkan dengan dosis acuan (RfC). Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan dengan RfC dikenal dengan bilangan risiko (Risk Questiens), disingkat RQ yaitu tingkatan risiko untuk efek-efek nonkarsinogenik. RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (intake/I) setiap risk agent dengan RfC atau RfD menurut persamaan berikut: (ATSDR 2005).

RfC I RQ=

Dalam ARKL, RQ menyatakan kemungkinan risiko yang potensial terjadi. Semakin besar nilai RQ diatas 1 (RQ>1) semakin besar kemungkinan risiko itu terjadi dan sebaliknya jika nilai RQ kurang dari 1 (RQ<1) maka semakin kecil kemungkinan risiko kesehatan itu untuk terjadi (Kolluru, 1996).

Adapun nilai asupan (Intake) ditentukan dengan persamaan berikut:

avg b t E E t W D f t R C I × × × × × = Keterangan:

I = asupan (intake), mg/kg/hari C = konsentrasi risk agent, mg/m3 R = (nilai default US- EPA0,83 M3 / Jam ) tE = lama pajanan, jam/hari


(60)

Dt = durasi pajanan (riiltime/lifetime), tahun Wb = berat badan, kg

tavg

Merumuskan manajemen risiko untuk meminimalkan tingkat risiko yaitu dengan memanipulasi nilai faktor pemajanan untuk menyamakan Intake dengan RfC yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi risk agent atau mengurangi waktu kontak. Supaya tujuan pengelolaan risiko ini dapat tercapai dengan baik maka pilihan-pilihan manajemen risiko harus dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Langkah ini dikenal sebagai komunikasi risiko. Manajemen dan komunikasi risiko bersifat spesifik bergantung pada karakteristik risk agent, pola pemajanan, individu atau populasi yang terpajan, sosiodemografi dan kelembagaan masyarakat dan pemerintah setempat (Rahman, 2005).

= perioda waktu rata-rata

= 30 th × 365 hari/tahun untuk zat nonkarsinogenik = 70 th × 365 hari/tahun untuk zat karsinogenik

2.6.3.5. Manajemen Risiko ARKL

Manajemen risiko adalah upaya yang didasarkan pada informasi tentang risiko kesehatan yang diperoleh melalui suatu analisis risiko untuk mencegah, menanggulangi atau memulihkan efek yang merugikan kesehatan oleh pajanan zat toksik. Hasil dari karakteristik risiko kemudian digunakan untuk memutuskan upaya pengendalian dengan memperhatikan faktor–faktor lain seperti ketersediaan teknologi, perangkat hukum dan perundangan, sosial, ekonomi dan informasi politik.


(61)

2.7. Landasan Teori

Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya dapat di susun suatu landasan teori tentang pencemaran udara akibat dari pajanan gas SO2 dan NO2 dalam paradigma analisis risiko dan dipadukan dengan teori dari Achmadi (2005) tentang paradigma kesehatan lingkungan dengan teori simpulnya. Simpul 1 yang disebut dengan sumber penyakit yaitu pajanan gas SO2 dan NO2, simpul 2 komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit yaitu melalui inhalasi dari udara yang akan terhirup ke dalam tubuh manusia (simpul 3) yang rentan, hingga akhirnya berpotensi akan terjadinya gangguan saluran pernafasan (Simpul 4) .

Titik simpul akan menjadi tuntunan dalam manajemen pencegahan penyakit tertentu. Dengan mengendalikan sumber penyakit maka proses kejadian di simpul 3 dan 4 dapat di cegah. Gambaran skematik penggabungan paradigam analisis risiko dan teori simpul dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Dampak Manusia

Sumber Media

transmisi

Gangguan Saluran pernafasan Terhirup ke

dalam tubuh manusia Udara yang

mengandung gas SO2 dan

NO2 Gas SO2 dan

NO2 dari Transportasi


(62)

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian maka disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen Analisis Risiko

Manajemen Risiko Komunikasi Risiko

Konsentrasi Gas SO2

Konsentrasi Gas NO2

Tingkat Risiko terjadinya Gangguan Saluran

Pernafasan

Durasi Pajanan

Lama Pajanan

Berat Badan


(63)

3. Sebagai bahan kepustakaan dalam pengembangan keilmuan dalam bidang kesehatan lingkungan dan sebagai informasi awal dalam melakukan penelitian.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara

2.1.1. Definisi Pencemaran Udara

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Komposisi udara senantiasa berubah dari waktu ke waktu serta dari sebuah tempat ke tempat lain, namun dalam keadaan yang kering atmosfer akan di dominasi oleh empat gas yaitu nitrogen (77,5%), oksigen (20,94%), argon (0,93%) dan karbon dioksida (0,032%) (Mulia, 2005).

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan atau merusak properti.


(64)

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global (Mukono, 2010).

Pencemaran udara merupakan kondisi terjadinya perubahan (pengurangan atau penambahan komposisi udara) dibandingkan keadaan normal dalam waktu, tempat dan konsentrasi tertentu sedemikian rupa sehingga membahayakan kehidupan dan kesehatan masyarakat (Achmadi, 2005).

Secara umum definisiudara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia.

a. Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)

Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya.

Menurut Mukono (2006), bahan pencemar udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Poluten primer

Poluten primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu dan bentuk gas pencemaran udara dapat dibedakan menjadi:


(65)

b. Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida)

c. Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon) d. Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)

Sedangkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah

b. Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene c. Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

2. Polutan sekunder

Polutan sekunder biasanya terdiri karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia, sebagai contoh adalah disosiasi NO2

1. Konsentrasi relatif dari bahan reaktan

yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :

2. Derajat fotoaktivasi 3. Kondisi iklim

4. Topografi lokal dan adanya embun 2.1.2. Sumber Pencemaran Udara

Menurut Achmad (2004), jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu:


(66)

1. Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (aktivitas letusan gunung berapi, pembusukan, kebakaran hutan dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, pembakaran sampah generator listrik dan asap kendaraan bermotor.

2. Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan. Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang terhirup di sekitar kita menjadi tercemar oleh gas buangan hasil pembakaran.

Daerah perkotaan dan industri, parameter bahan pencemar udara yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan adalah parameter gas SO2, gas CO, gas NO2

Sumber Pencemar / Bahan Pencemar

dan partikel debu. Sumber bahan pencemar udara, menentukan jenis bahan pencemarnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Sumber Pencemaran yang Menghasilkan Bahan Pencemar Udara HC CO2 CO SO2 NO NO2

Sumber Stasioner + + + + + +

Proses Industri + + + + + +

Sampah Padat + + + + + +

Pembakaran Sisa Pertanian + + + + + +

Transportasi + + + + + +

Bahan Bakar Batubara + + + + + +

Bahan Bakar Minyak + + + + + +

Bahan Bakar Gas Alam - + - - - -

Bahan Bakar Kayu _ + _ _ + +


(1)

No Nama Umur JK BB JKR MK KR1 RPS1 RPS2 RPS3 RPS4 KS1 KS2a KS2b

37 Dedek 50 1 60 10 7 1 0 0 0 0 0 0 0

38 Leli 55 0 65 12 6 0 0 0 0 0 1 0 1

39 brpangaribuan 56 0 50 12 7 0 0 0 0 0 0 0 0

40 Faridah 47 0 60 11 6 0 0 0 0 0 1 0 0

41 Leni 39 0 62 12 8 0 0 0 0 0 0 1 1

42 dianabrregar 41 0 58 11 6 0 0 0 0 0 0 1 1

43 normabrsiahaan 53 0 59 10 5 0 0 0 0 0 0 0 0

44 s brlubis 50 0 58 12 6 0 0 0 0 0 0 1 1

45 Nurhaida 48 0 62 12 8 0 0 0 0 0 1 1 1

46 Lina 49 0 57 11 5 1 0 0 0 0 0 0 0

47 Roidah 41 0 63 10 7 0 0 0 0 0 0 1 1

48 albert siregar 42 1 60 12 10 1 0 0 0 0 1 1 1

49 Linda 53 0 63 12 9 0 0 0 1 0 1 0 1

50 rositabrsianturi 52 0 59 10 7 0 0 0 0 0 0 0 0

51 libertunabrsiahaan 45 0 57 12 5 0 0 0 0 0 1 1 1 1

52 b brmanik 55 0 62 10 6 0 0 0 0 0 0 1 1 0

53 n brgultom 51 0 62 9 7 0 0 0 0 0 1 1 1 1

54 Srilestari 47 0 60 12 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0

55 budipardede 49 0 59 12 6 1 0 0 0 0 1 1 1 1

56 f simbolon 50 1 65 12 7 0 0 0 0 0 0 1 1 1

57 opungjoyce 63 0 58 8 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0

58 r brpurba 55 0 62 12 10 0 0 0 0 0 1 1 1 0

59 l brpardede 47 0 60 9 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

60 Roy zega 46 1 65 12 7 0 0 0 0 0 1 1 1 1

61 K.br.Sinulingga 50 0 65 10 7 0 0 0 1 0 1 0 0 0

62 HadrianusTambunan 51 1 60 11 7 0 0 0 0 0 1 1 1 1

63 Yati 49 0 60 9 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0

64 N.br. saragih 52 0 59 12 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0

65 R.br.Sitandoun 50 0 57 9 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0

66 Netta 52 0 60 11 7 0 0 0 0 0 1 0 0 0

67 Yati 55 0 61 9 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0

68 Jamal 59 1 63 10 9 0 0 0 0 0 1 1 1 1 69 Loretta 48 0 60 10 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 70 Siti may 50 0 62 11 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(2)

KS2c KS2d KS 3 KS 4 KS

5 KS6

KS 7

KS

P KSO2 KNO2

BRSO 2

BRNO

2 UKat

BB kat

MK kat

0 0 0 0 1 masukangin 0 1 473.05 57.11 1.36 0.01 1 1 1

0 0 0 0 0 tidakada 0 1 473.05 57.11 2.37 0.17 0 0 0

1 0 0 1 0 tidakada 1 1 473.05 57.11 0.83 0.06 1 1 0

0 0 0 0 0 tidakada 0 0 374.17 44.12 0.89 0.06 1 0 0

0 0 1 1 1 pusing 1 1 374.17 44.12 0.63 0.04 0 1 1

1 1 0 0 0 tidakada 0 0 374.17 44.12 1.73 0.13 0 0 0

1 0 1 1 0 tidakada 0 0 374.17 44.12 0.85 0.06 1 1 0

0 0 0 0 0 tidakada 1 1 374.17 44.12 1.58 0.03 1 1 1

1 1 0 0 0 tidakada 5 1 374.17 44.12 0.4 0.03 0 1 0

1 1 0 1 0 tidakada 0 1 374.17 44.12 0.99 0.07 0 1 1

0 0 0 0 0 tidakada 0 0 374.17 44.12 0.7 0.05 1 1 0

1 1 0 0 1 hipertensi 0 0 374.17 44.12 0.85 0.06 0 0 0

1 0 0 0 0 tidakada 0 1 374.17 44.12 0.95 0.07 1 1 1

0 1 1 0 1 masukangin 0 0 374.17 44.12 1.33 0.09 1 0 1

0 0 0 0 1 rematik 0 0 374.17 44.12 0.87 0.06 0 0 1

1 1 0 0 0 Tidakada 0 1 374.17 44.12 1.22 0.09 0 1 1

0 1 0 0 1 Rematik 0 1 374.17 44.12 0.9 0.06 0 0 1

1 0 0 1 0 Tidakada 0 0 447.49 57.81 0.8 0.06 1 0 0

0 0 0 0 0 Tidakada 0 1 447.49 57.81 1.1 0.09 0 0 1

1 1 1 0 0 Tidakada 0 1 447.49 57.81 1.47 0.11 0 1 1

1 1 0 0 1 diabetes 0 0 447.49 57.81 0.82 0.06 0 0 0

0 0 0 0 1 Pusing 0 1 447.49 57.81 1.1 0.09 0 1 1

0 0 0 1 0 Tidakada 3 1 447.49 57.81 1.8 0.15 0 0 1

0 0 0 0 0 tidakada 2 1 447.49 57.81 1.6 0.13 1 1 1

1 1 0 1 0 tidakada 0 0 447.49 57.81 1.12 0.09 1 0 0

0 0 0 0 1 asamurat 1 1 447.49 57.81 0.99 0.08 0 0 1

1 0 0 0 0 tidakada 0 1 447.49 57.81 0.91 0.07 1 1 0

0 0 0 0 0 tidakada 0 1 447.49 57.81 0.96 0.07 1 1 0

0 0 0 0 1 asamurat 0 0 447.49 57.81 1.7 0.13 0 0 1

0 0 1 1 1 rematik 0 1 447.49 57.81 1.15 0.09 0 0 1

0 0 1 1 0 tidakada 0 1 447.49 57.81 1.3 0.09 0 1 1

0 0 1 1 0 tidakada 0 0 447.49 57.81 1.04 0.08 1 0 0

1 1 1 0 0 tidakada 2 1 447.49 57.81 1.8 0.15 1 0 1


(3)

Mkkat SO2kat NO2kat BRSO2 kat BRNO2kat

0 0 1 0 0

0 0 1 0 0

0 0 1 0 0

1 0 1 1 0

0 0 1 1 0

0 0 1 1 0

1 0 1 1 0

1 0 1 1 0

0 0 1 0 0

0 0 1 1 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

1 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

1 0 0 0 0

0 0 0 0 0

0 0 0 0 0

Gambar Penelitian


(4)

Gambar 1.1. Pengambilan Titik I Gas SO

2

dan NO

2

di Pintu Masuk Terminal

Terpadu Amplas Kota Medan

Gambar 1.2. Pengambilan Titik II Gas SO

2

dan NO

2

di Dalam Kanan Terminal


(5)

Gambar 1.3. Pengambilan Titik III Gas SO

2

dan NO

2

di Dalam Tengah

Terminal Terpadu Amplas Kota Medan

Gambar 1.4. Pengambilan Titik IV Gas SO

2

dan NO

2

Dalam Kiri di Terminal


(6)

Gambar 1.5. Pengambilan Titik I Gas SO

2

dan NO

2

di Pintu Keluar Terminal

Terpadu Amplas Kota Medan

Gambar 1.6. Pemeriksaan Paru Responden Laki-lakidi Terminal Terpadu

Amplas Kota Medan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

4 145 167

Analisa Kadar CO dan NO2 di Udara dan Keluhan Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pedagang Kaki Lima di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

5 74 126

Analisis Waktu Tempuh Angkutan Perkotaan Terminal Amplas – Terminal Sambu Di Kota Medan

0 35 5

Pengaruh Terminal Terpadu Amplas Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Medan Amplas Dan Pendapatan

0 15 2

Pengaruh Terminal Terpadu Amplas Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Medan Amplas Dan...

2 22 3

STRATEGI BERTAHAN HIDUP KOMUNITAS PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS MEDAN.

0 3 25

II. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 50

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Definisi Pencemaran Udara - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Ampla

0 0 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 40

SUMBER TRANSPORTASI TERHADAP GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEDAGANG KAKI LIMA DI TERMINAL TERPADU AMPLAS KECAMATAN MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN

0 0 20