BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Analisis Risiko Pajanan Gas SO
2
dan NO
2
Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan
Analisis risiko dilakukan untuk memperkirakan tingkat risiko kesehatan akibat pajanan gas yang dialami populasi yang berisiko.Pengukuran konsentrasi SO
2
ditentukan dengan metoda pararosanilin dan NO
2
dengan metoda Salzman, yang keduanya menggunakan teknik sampling impinger dengan pengukuran konsentrasi
secara spektrofotometri UV- Vis.Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa konsentrasi SO
2
dan NO
2
memberikan pengaruh terhadap terjadinya gangguan saluran pernafasan dan konsentrasi SO
2
menunjukkan nilai Exp B tertinggi yaitu 297,341.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Hubungan konsentrasi Gas SO
2
Sumber transportasi denganGangguan Saluran Pernafasan
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara menyebutkan bahwa baku mutu untuk pengukuran waktu 1 jam adalah 900
µgm
3.
atau 0,9 mgm
3
.Dapat dilihat bahwa dari hasil pengambilan 5 titik gas SO
2
didapatkan konsentrasi SO
2
yang tidak melewati baku mutu tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan untuk terjadi nya resiko gangguan kesehatan.
Hasil uji Chi-Square menunjukan bahwa dari 51orang responden yang terpajan SO
2
dengan konsentrasi ≤448µgm
3
terdapat 24 orang 47,1 yang menunjukkan adanya gangguan saluran pernafasan dan dari 19 orang yang terpajan
SO
2
dengan konsentrasi 448µgm
3
Menurut Fardiaz 1992 Polutan SO
2
mempunyai pengaruh terhadap manusia. Udara yang telah tercemar SO
2
menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernafasan. Hal ini karena SO
2
yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran nafas lain sampai ke
paru-paru. Serangan gas SO
2
tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
terdapat 15 orang 78,9 yang menunjukkan adanya gangguan saluran pernafasan.
Dari uji statistik diperoleh nilai p = 0,0010,050 yang menunjukkan adanya hubungan antara besarnya konsentrasi SO
2
sumber transportasi dengan timbulnya gangguan saluran pernafasan dan dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan proporsi
besar risiko antara responden dengan konsentrasi gas SO
2.
Universitas Sumatera Utara
SO
2
merupakan senyawa oksida belerang toksik. WHO menetapkan guidline untuk SO
2
sebesar 40-60 µgm
3
UNEP, 1992 dalam Nukman et al, 2005. Menurut Nukman et al 2005, Konsentrasi SO
2
untuk tertinggi pada penelitian di sembilan kota padat transportasi untuk waktu pengukuran 1 jam dengan konsentrasi tertinggi
adalah 58,7 60 µgm
3
dan konsentrasi terendah 1,9 60 µgm
3
. Konsentrasi SO
2
untuk daerah perkotaan di seluruh dunia berkisar antara 20-60 60 µgm
3
, sedangkan untuk daerah tertentu telah melebihi 150 60 µgm
3
UNEP, 1992 dalam Nukman et al, 2005, Sedangkan menurut Junaidi 2007 yang melakukan analisis risiko di Terminal
Depok menyatakan bahwa konsentrasi tertinggi gas SO
2
adalah 166,1 µgm
3
dan konsentrasi terendah 92,7 µgm
3
. Bila membandingkan konsentrasi SO
2
di Terminal Terpadu Amplas dengan penelitian lain tentang gas SO
2
jelas konsentrasi SO
2
di Terminal Terpadu Amplas
lebih tinggi dan telah melawati batas guideline yang telah ditetapkan WHO. 5.3.
Hubungan konsentrasi Gas NO
2
Sumber Transportasi dengan Gangguan Saluran Pernafasan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara menyebutkan diketahui bahwa baku mutu gas NO
2
untuk pengukuran waktu 1 jam adalah 400 µgm
3
atau 0,4 mgm
3.
Dapat dilihat bahwa dari hasil pengambilan 5 titik gas NO
2
didapatkan konsentrasi NO
2
yang tidak melewati baku mutu yang telah di tetapkan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan untuk terjadi nya risiko
gangguan kesehatan seperti terjadinya gangguan saluran pernafasan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji Chi -Square menunjukkan bahwa dari 33 orang responden yang terpajan NO
2
dengan konsentrasi ≤57 µgm
3
terdapat 12 orang 36,4 yang menunjukkan adanya gangguan saluran pernafasan dan dari 37 orang yang terpajan
NO
2
dengan konsentrasi 57µgm
3
terdapat 27 orang 73,0 yang menunjukkan adanya gangguan saluran pernafasan.
Dari uji statistik diperoleh nilai p = 0.418 0,050 yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara besarnya konsentrasi NO
2
sumber transportasi dengan timbulnya gangguan saluran pernafasandan dapat dilihat tidak terdapat perbedaan
proporsi besar risiko antara responden dengan konsentrasi gas SO
2.
Dampak paparan NO
2
lebih bersifat kronik pada orang normal pajanan NO
2
1,5 ppm = 2,82209 mgm
3
selama 2 jam tidak menunjukkan penurunan faal paru yang bermakna. Tetapi paparan melebihi 1,52 ppm = 2,85971 mgm
3
menyebabkan peningkatan tahanan ekspirasi dan inspirasi.Paparan NO
2
sebesar 0,1 ppm = 0,18814 mgm
3
selama waktu 1 jam meningkatkan hipereaktivitas bronkus yang diukur dengan inhalasi metakolin serta meningkatkan obstruksi saluran napas. Paparan
NO
2
sebesar 0,3 ppm =0,56442 mgm
3
Dari hasil penelitian, ternyata ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi besar risiko untuk mengalami gangguan saluran pernafasan antara responden
berjenis kelamin laki-laki dengan responden berjenis kelamin perempuan, sehingga per jam menimbulkan obstruksi saluran
napas.
5.4. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gangguan Saluran Pernafasan