88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan pengumpulan data, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian ini, peneliti berusaha untuk menjawab
perumusan masalah penelitian.
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL dan model individu berbasis CLT
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini menggunakan Posttest-Only Group Design
, dengan desain faktorial 2 model pembelajaran model STAD-PBL dan individu-CLT pada 3 materi pembelajaran. Jadwal
penelitian terlampir pada lampiran 1. Pembelajaran yang dilakukan pada tiap kelas eksperimen didahului dengan
kegiatan non-eksperimen berupa pretest dan pembahasannya. Kemudian diikuti dengan kegiatan eksperimen yang meliputi 4 fase, yaitu: fase pengenalan, fase
akuisisi acquisition phase, tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi.
a. Pretest dan Pembahasan
Sebelum memulai eksperimen, peneliti perlu mengetahui apakah prior- knowledge
kedua kelas eksperimen sama atau tidak. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pretest dengan alokasi waktu 30 menit. Soal pretest berkaitan
89 dengan cara melukis sebuah busur lingkaran, melukis sumbu dan lain-lain
seperti yang telah dipaparkan pada Bab II. Hasil pretest menunjukkan bahwa siswa-siswa cenderung belum dapat menguasai prior-knowledge yang
diperlukan. Untuk itu dilaksanakan kegiatan pembahasan pretest. Alokasi waktu
yang diperlukan selama kegiatan ini adalah 50 menit. Siswa dilatih dan diberikan kesempatan untuk bertanya seluas-luasnya tentang cara melukis
berbagai objek geometri yang diperlukan dalam melukis garis singgung lingkaran.
b. Pembelajaran Materi Pertama
Setelah pretest dan pembahasan dilakukan maka dilanjutkan dengan fase eksperimen. Fase-fase tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
1 Fase Pengenalan
Fase pengenalan dilakukan dengan menggunakan rangkuman. Fase pengenalan dalam langkah pembelajaran STAD merupakan bagian dari
tahap penyajian kelas sedangkan untuk pembelajaran individu secara langsung masuk pada tahapan introduksi.
Rangkuman ini dipelajari oleh siswa agar mereka dapat mengetahui cara melukis berdasarkan sifat-sifat dan pengertian garis singgung
lingkaran. Rangkuman pertama, yaitu mengenai materi garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran.
Rangkuman ini dipelajari secara mandiri oleh siswa. Apabila siswa menemukan hal-hal teknis yang tidak dimengerti, maka mereka
90 menanyakan hal tersebut dan guru menjelaskannya. Sedangkan dalam hal
melukis, siswa diberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mencoba atau mengikuti petunjuk yang ada pada LKS.
Rangkuman untuk materi pertama dilakukan pada pertemuan pertama sebelum siswa mengerjakan LKS. Alokasi waktu untuk
mempelajari rangkuman ini adalah 4 menit. Alokasi waktu untuk rangkuman pertama adalah sama pada kedua kelas eksperimen.
Namun, pada pelaksanaan kegiatan tersebut, rangkuman dibaca dan dipelajari oleh siswa sembari mengerjakan LKS materi satu pada kedua
kelas eksperimen. Hal ini dilakukan karena mengingat alokasi waktu yang cukup singkat akibat dari suasana kelas yang kurang kondusif
sehingga siswa harus pindah ke kelas lain dan membutuhkan waktu lebih. Fase pengenalan pada kedua kelas eksperimen ditunjukkan pada Gambar
4.1 dan 4.2.
Gambar 4. 1 Fase Pengenalan pada
kelas Eksperimen Individu-CLT Gambar 4. 2
Fase Pengenalan pada kelas Eksperimen STAD-PBL
2 Fase Akuisisi Acquisition phase
91 Fase ini merupakan kegiatan inti pada pembelajaran. Selain itu,
disinilah siswa belajar bagaimana cara melukis garis singgung lingkaran. Siswa memecahkan masalah pada LKS berdasarkan sifat dan pengertian
garis singgung pada rada rangkuman sebelumnya. Pada fase ini siswa berlatih memecahkan masalah lewat LKS yang
disediakan. LKS tersebut disesuaikan dengan metode atau pendekatan masing-masing pembelajaran. Siswa juga tidak hanya belajar mengenai
cara melukis namun juga belajar mengenali serta memahami objek dan sifat yang berkaitan tentang garis singgung lingkaran.
Fase ini dilaksanakan sebanyak tiga kali sesuai dengan materi yang dipelajari. Fase akuisisi pertama, yaitu materi melukis garis singgung
yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Fase akuisisi pada pertemuan ini memiliki alokasi waktu selama 30 menit. Kegiatan fase
akuisisi disesuaikan dengan model atau pendekatan yang digunakan. a
Fase Akuisisi pada Model STAD – PBL Ada lima langkah pembelajaran STAD, antara lain: penyajian
materi, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan individu, serta penghargaan kelompok. Kegiatan inti fase akuisisi pada
pembelajaran STAD adalah belajar kelompok sedangkan kuis pada tahap tes kemampuan pemecahan masalah. Skor pengembangan
serta pemberian penghargaan dilaksanakan pada bagian penutup. Dalam LKS tersebut, terdapat permasalahan yang menjadi titik
awal siswa untuk belajar melukis garis singgung yang ditarik dari
92 titik di luar sebuah lingkaran. Siswa ditugaskan untuk melukis garis
singgung tesebut berdasarkan sifat-sifat dan pengertiannya. LKS tersebut didukung dengan langkah-langkah yang sesuai dengan
pendekatan PBL. Langkah-langkah pembelajaran PBL sebagai berikut Desi, 2015: 6.
1 Merumuskan masalah
Siswa mengetahui masalah apa yang harus mereka selesaikan pada LKS. Masalah berkaitan dengan materi garis
singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. 2
Menganalisis masalah Siswa meninjau permasalahan yang ada dengan berbagai
sudut pandang sesuai dengan sifat dan pengertian garis singgung. Garis singgung yang dimaksud adalah garis singgung
yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. 3
Merumuskan hipotesis Siswa kemudian mencoba menggambar sketsa sementara
atau menuliskan percobaan langkah-langkah melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran, dengan
menggunakan hasil analisa dari sifat dan pengertian tersebut. 4
Mengumpulkan data Siswa lalu mengumpulkan informasi apa saja yang
terdapat pada permasalahan yang sudah ditentukan. Siswa pun mencoba untuk menguhubungkan antara sketsa sementara,
93 langkah-langkah, dan juga dapat yang mereka peroleh. Hal-hal
tersebut dapat membantu mereka menemukan cara melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran.
5 Pengujian hipotesis
Setelah dilakukan analisis dan proses percobaan, siswa lalu melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar
sebuah lingkaran sebagai solusi pemecahan masalah. 6
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah Setelah siswa melakukan penyelesaian jawaban akhir,
siswa lalu menuliskan rekomendasi pemecahan masalah berupa langkah tertulis atau berupa kesimpulan.
Fase akuisisi pada kelas ekperimen STAD-PBL ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4. 3 Fase Akuisisi Materi Pertama pada Kelas
Eksperimen STAD-PBL b
Fase Akuisisi pada Model Individu – CLT Model pembelajaran individu yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pembelajaran individu secara langsung yang berpusat pada siswa. Ada beberapa langkah yang diterapkan dalam pembelajaran
94 model ini yakni, introduksi, pengembangan, latihan terbimbing,
simpulan, latihan mandiri, dan evaluasi. Fase akuisisi dalam model pembelajaran ini terdapat pada
bagian pengembangan, latihan terbimbing, simpulan dan latihan mandiri. Bagian tersebut didukung oleh kegiatan pada LKS dalam
membantu siswa untuk berlatih memecahkan masalah tentang materi satu. Materi satu adalah garis singgung yang ditarik dari titik di luar
sebuah lingkaran. LKS ini menggunakan pendekatan CLT. Terdapat beberapa
tahapan CLT yang diterapkan pada LKS tersebut, antara lain: 1 worked-example
; 2 completion problem; dan 3 problem solving. Worked-example
termasuk pada bagian pengembangan, sedangkan completion problem merupakan bagian dari latihan
terbimbing. Lain halnya dengan problem solving yang merupakan bagian dari latihan mandiri yang selanjutnya diikuti dengan
simpulan. Siswa mempelajari contoh penyelesaian worked-example
dalam LKS tersebut. Contoh tersebut berisikan cara melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Setelah
siswa selesai mempelajari bagian worked-example, siswa kemudian mengoreksi hasilnya melalui kunci jawaban.
Kemudian langkah-langkah tersebut diaplikasikan pada contoh masalah yang penyelesaiannya tidak lengkap completion problem.
95 Penerapan tersebut dilakukan tanpa melihat contoh yang ada pada
worked-example. Setelah siswa selesai mempelajari bagian
completion problem, siswa kemudian mengoreksi hasilya melalui
kunci jawaban. Kemudian setelah mempelajari hal tersebut, siswa berlatih
mengerjakan permasalahan yang tidak terdapat petunjuk sama sekali problem solving pada LKS. Tahap ini merupakan bagian dari
latihan mandiri. Petunjuk pengerjaan sama dengan tahap-tahap sebelumnya. Siswa tidak boleh melihat langkah-langkah yang ada
pada worked-example maupun completion-problem. Kemudian siswa memeriksa kembali jawabannya melalui kunci jawaban.
Setelah itu siswa menyampaikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang dibuat dapat berupa apa saja yang telah mereka pelajari kali itu.
Fase akuisisi pada kelas ekperimen individu-CLT ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4. 4 Fase Akuisisi Materi Pertama pada Kelas Eksperimen
Individu-CLT
96 Pada fase akuisisi, siswa berlatih memecahkan masalah melalui
LKS yang telah diberi petunjuk secara lengkap. Apabila siswa mendapati petunjuk teknis pengerjaan LKS, yang kurang jelas, maka guru akan
menjelaskannya secara detail. Namun jika pertanyaan berupa konten atau isi dari proses pemecahan masalah, maka guru akan menugaskan kepada
siswa agar lebih cermat dalam membaca petunjuk serta rangkuman yang ada. Jika terdapat kelompok untuk berdiskusi, maka pertanyaan siswa
tersebut dikembalikan lagi kepada siswa agar menjadi bahan diskusi bersama.
3 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah
Setelah fase akuisisi aquisition phase, siswa diberikan dua jenis tes. Tes yang pertama adalah tes kemampuan pemecahan masalah tingkat
rendah. Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah pada siswa. Tingkat kesulitan masalah pada tes
ini ditentukan dari sama atau tidaknya dengan tingkat kesulitan pada soal latihan LKS. Hal ini dilakukan oleh peneliti sebelum proses
pembelajaran dimulai. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dilaksanakan
pada akhir pembelajaran. Alokasi waktu untuk tes ini didesain disesuaikan dengan alokasi waktu per pertemuan, yaitu 13 menit. Tes ini
dilaksanakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui perolehan kemampuan pemecahan masalah yang sesungguhnya.
97 Tes yang pertama meliputi materi melukis garis singgung yang
ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Tes tersebut terdiri dari satu sampai dua soal. Banyaknya soal disesuaikan dengan alokasi waktu yang
disediakan. Tingkat kesulitan tes ini setingkat dengan kegiatan atau level soal
latihan pada LKS. Siswa mengaplikasikan pengetahuan dasar materi pertama dengan soal-soal yang disediakan. Pada tes ini siswa
memecahkan masalah mengenai melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah
tingkat rendah materi pertama di kedua kelas ekperimen ditunjukkan pada Gambar 4.5 dan 4.6.
Gambar 4. 5 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat
Rendah Materi Pertama Kelas Individu-CLT
98 Gambar 4. 6
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Materi Pertama Kelas STAD-PBL
4 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi
Setelah mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah, siswa lalu diarahkan oleh guru menuju kegiatan selanjutnya.
Siswa mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Tingkat kesulitan masalah pada tes ini lebih tinggi dibandikan tes
sebelumnya. Tingkat kesulitan dari soal ini ditentukan dari sama atau tidaknya dengan tingkat kesulitan pada LKS dan juga tingkat
kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah. Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi menggunakan soal-soal yang lebih
aplikatif. Beberapa soal pun tidak hanya berkaitan pada materi melukis saja. Penentuan tingkat kesulitan dan soal-soal dilakukan oleh peneliti
sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.
99 Soal-soal yang ada pada tes kemampuan pemecahan tingkat tinggi
materi satu terdiri dari dua soal. Banyaknya soal disesuaikan dengan alokasi waktu yang diberikan, yaitu 13 menit.
Soal-soal yang ada pada tes ini didesain lebih aplikatif dan juga lebih kompleks. Materi yang diujikan tidak hanya mengenai melukis garis
singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Namun juga aplikasi dari teorema Pythagoras. Siswa menggunakan pengetahuan
dasar yang telah mereka dapatkan dari kegiatan LKS dan pembelajaran sebelumnya. Setelah itu pengetahuan tersebut diterapkan pada soal yang
lebih aplikatif tentang bagaimana melukis garis singgung yang ditarik dari titik di luar sebuah lingkaran. Hasil tes kemampuan pemecahan
masalah tingkat tinggi materi pertama di kedua kelas ekperimen ditunjukkan pada Gambar 4.7 dan 4.8.
Gambar 4. 7 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi
Materi Pertama Kelas Individu-CLT
100 Gambar 4. 8
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Materi Pertama Kelas STAD-PBL
c. Pembelajaran Materi Dua
1 Fase Pengenalan
Pada materi kedua, siswa mempelajari tentang sifat dan pengertian garis singgung persekutuan dua buah lingkaran. Tahap pengenalan ini
dilaksanakan pada pertemuan kedua pada dua kelas eksperimen dengan menggunakan rangkuman.
Dalam rangkuman tersebut terdapat dua jenis garis singgung persekutuan dua buah lingkaran, antara lain garis singgung persekutuan
dalam dua buah lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Rangkuman tersebut diberikan oleh siswa, namun yang
dipelajari pada pertemuan kedua adalah garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran.
Rangkuman tersebut dipelajari secara mandiri oleh siswa. Alokasi waktu dalam mempelajari masing-masing materi pada rangkuman sama,
yaitu 4 menit sebelum kegiatan pengerjaan LKS. Alokasi waktu tersebut berlaku pada kedua kelas eksperimen. Namun, karena kondisi kelas yang
101 kurang kondusif sehingga mengulur waktu, hal ini mengakibatkan fase
untuk rangkuman dan pengerjaan LKS dilakukan bersama. Fase pengenalan dalam model pembelajaran STAD merupakan
bagian dari tahap penyajian kelas sedangkan untuk pembelajaran individu secara langsung masuk pada tahapan introduksi. Fase
pengenalan pada kedua kelas eksperimen ditunjukkan pada Gambar 4.9 dan 4.10.
Gambar 4. 9 Fase Pengenalan
Materi Dua Kelas Individu-CLT Gambar 4. 10
Fase Pengenalan Materi Dua Kelas STAD-PBL
2 Fase Akuisisi Acquisition phase
Fase akuisisi yang kedua, yaitu melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Kegiatan fase akuisisi disesuaikan dengan
model dan pendekatan pada masing-masing kelas eksperimen. Pada fase ini, siswa difasilitasi dengan LKS untuk berlatih memecahkan masalah.
a Fase Akuisisi pada Model STAD – PBL
Dalam LKS tersebut, terdapat permasalahan yang menjadi titik awal siswa untuk belajar melukis garis singgung persekutuan dalam
dua buah lingkaran. Siswa ditugaskan untuk melukis garis singgung
102 tesebut berdasarkan sifat-sifat dan pengertiannya. LKS tersebut
didukung dengan langkah-langkah yang sesuai dengan pendekatan PBL. Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut
Desi, 2015: 6. 1
Merumuskan masalah Siswa mengetahui masalah apa yang harus mereka
selesaikan pada LKS. Masalah berkaitan dengan materi garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran.
2 Menganalisis masalah
Siswa meninjau permasalahan yang ada dengan berbagai sudut pandang sesuai dengan sifat dan pengertian garis
singgung. Garis singgung yang dimaksud adalah singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran.
3 Merumuskan hipotesis
Siswa kemudian mencoba menggambar sketsa sementara atau menuliskan percobaan langkah-langkah melukis garis
singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran, dengan menggunakan hasil analisa dari sifat dan pengertian tersebut.
4 Mengumpulkan data
Siswa lalu mengumpulkan informasi apa saja yang terdapat pada permasalahan yang sudah ditentukan. Siswa pun mencoba
untuk menguhubungkan antara sketsa sementara, langkah- langkah, dan juga dapat yang mereka peroleh. Hal-hal tersebut
103 dapat membantu mereka menemukan cara melukis garis
singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. 5
Pengujian hipotesis Setelah dilakukan analisis dan proses percobaan, siswa lalu
melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran sebagai solusi pemecahan masalah.
6 Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
Setelah siswa melakukan penyelesaian jawaban akhir, siswa lalu menuliskan rekomendasi pemecahan masalah berupa
langkah tertulis atau berupa kesimpulan. Fase akuisisi pada kelas eksperimen STAD-PBL dapat
dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4. 11 Fase Akuisisi Materi Dua Kelas STAD-PBL
b Fase Akuisisi pada Model Individu-CLT
Pada fase ini siswa mempelajari contoh penyelesaian worked- example
pada LKS. Contoh tersebut berisikan cara melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Setelah siswa
selesai mempelajari bagian worked-example, siswa kemudian mengoreksi hasilya melalui kunci jawaban.
Kemudian langkah-langkah tersebut diaplikasikan pada contoh masalah yang penyelesaiannya tidak lengkap completion problem.
104 Penerapan tersebut dilakukan tanpa melihat contoh yang ada pada
worked-example. Setelah siswa selesai mempelajari bagian
completion-problem, siswa kemudian mengoreksi hasilya melalui
kunci jawaban. Kemudian setelah mengerjakan bagian completion problem,
siswa berlatih mengerjakan permasalahan yang tidak terdapat petunjuk sama sekali problem solving pada LKS. Tahap ini
merupakan bagian dari latihan mandiri. Petunjuk pengerjaan sama dengan tahap-tahap sebelumnya. Siswa tidak boleh melihat langkah-
langkah yang ada pada worked-example maupun completion- problem.
Kemudian siswa memeriksa kembali jawabannya melalui kunci jawaban.
Setelah itu siswa menyampaikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang dibuat merupakan jawaban dari pertanyaan, apa perbedaan
garis singgung pada materi satu dengan garis singgung materi dua. Fase akuisisi pada kelas eksperimen individu-CLT dapat dilihat
pada Gambar 4.12.
105 Gambar 4. 12
Fase Akuisisi Materi Dua Kelas Individu-CLT
Siswa mengerjakan LKS secara mandiri. Jika siswa bertanya tentang konten atau isi dari proses pemecahan masalah, maka guru
akan menugaskan kepada siswa agar lebih cermat dalam membaca petunjuk serta rangkuman yang ada. Jika terdapat kelompok untuk
berdiskusi, maka pertanyaan siswa tersebut dikembalikan lagi kepada siswa agar menjadi bahan diskusi bersama.
3 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah
Tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Alokasi waktu untuk tes ini didesain
menyesuaikan dengan alokasi waktu per pertemuan, yaitu 13 menit. Tes ini dilaksanakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui
perolehan kemampuan pemecahan masalah yang sesungguhnya. Tes yang kedua meliputi materi melukis garis singgung
persekutuan dalam dua buah lingkaran. Tes tersebut terdiri dari dua soal. Banyaknya soal disesuaikan dengan alokasi waktu yang
disediakan.
106 Tingkat kesulitan masalah pada tes ini ditentukan dari sama atau
tidaknya dengan tingkat kesulitan pada soal latihan LKS. Hal ini dilakukan oleh peneliti sebelum pembelajaran dimulai. Pada tes ini
siswa mengaplikasikan pengetahuan dasar materi kedua dengan soal- soal yang disediakan. Pada tes ini siswa memecahkan masalah
mengenai melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah
materi dua dapat dilihat pada Gambar 4.13 dan 4.14.
Gambar 4. 13 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tingkat Rendah Materi Dua Kelas Individu-CLT
107 Gambar 4. 14
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Materi Dua Kelas STAD-PBL
4 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi
Pada materi pembelajaran kedua, tingkat kesulitan masalah pada tes ini lebih tinggi dibandikan tes sebelumnya. Tes kemampuan
pemecahan masalah tingkat tinggi menggunakan soal-soal yang lebih aplikatif. Meskipun materi pada tes ini hanya mencakup materi
melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Siswa menggunakan pengetahuan dasar yang telah mereka
dapatkan dari kegiatan LKS dan pembelajaran sebelumnya. Setelah itu, pengetahuan tersebut diterapkan pada soal yang lebih aplikatif
tentang bagaimana melukis garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran.
Soal-soal yang ada pada tes kemampuan pemecahan tingkat tinggi materi dua terdiri dari dua soal. Banyaknya soal disesuaikan dengan
alokasi waktu yang diberikan, yaitu 13 menit. Hasil tes kemampuan
108 pemecahan masalah tingkat tinggi materi dua dapat dilihat pada
Gambar 4.15 dan 4.16.
Gambar 4. 15 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat
Tinggi Materi Dua Kelas Individu-CLT
Gambar 4. 16 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat
Tinggi Materi Dua Kelas STAD-PBL d.
Pembelajaran Materi Tiga 1
Fase Pengenalan Rangkuman pada materi ketiga disertai dengan rangkuman materi
kedua. Pada saat sebelum alokasi khusus untuk rangkuman berlangsung, siswa diperkirakan telah membacanya pada saat
pertemuan sebelumnya atau di rumah. Pada perencanaannya alokasi
109 waktu yang ditentukan adalah 4 menit di kedua kelas eksperimen
sebelum mengerjakan LKS. Namun, pada saat pelaksanaan alokasi waktu tersebut tetap diadakan secara bersamaan dengan pengerjaan
LKS. Hal ini dilakukan karena alokasi waktu yang telah digunakan untuk mengkondisikan kelas.
Rangkuman tersebut berisi tentang sifat dan pengertian materi garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Sifat dan
pengertian tersebut akan siswa gunakan sebagai prior-knowledge dalam melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran.
Fase pengenalan pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.17 dan 4.18.
Gambar 4. 17 Fase Pengenalan
Materi Tiga Kelas Eksperimen Individu-CLT
Gambar 4. 18 Fase Pengenalan
Materi Tiga Kelas Eksperimen STAD-PBL
2 Fase Akuisisi Acquisition phase
Fase akuisisi yang ketiga, yaitu melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Kegiatan fase akuisisi
disesuaikan dengan model dan pendekatan pada masing-masing kelas
110 eksperimen. Pada fase ini, siswa difasilitasi dengan LKS untuk
berlatih memecahkan masalah. a
Fase Akuisisi pada Model STAD – PBL Dalam LKS tersebut, terdapat permasalahan yang menjadi
titik awal siswa untuk belajar melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Siswa ditugaskan untuk melukis garis
singgung tesebut berdasarkan sifat-sifat dan pengertiannya. LKS tersebut didukung dengan langkah-langkah yang sesuai dengan
pendekatan PBL. Langkah-langkah pembelajaran PBL sebagai berikut Desi, 2015: 6.
1 Merumuskan masalah
Siswa mengetahui masalah apa yang harus mereka selesaikan pada LKS. Masalah berkaitan dengan materi garis
singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. 2
Menganalisis masalah Siswa meninjau permasalahan yang ada dengan berbagai
sudut pandang sesuai dengan sifat dan pengertian garis singgung. Garis singgung yang dimaksud adalah singgung
persekutuan luar dua buah lingkaran. 3
Merumuskan hipotesis Siswa kemudian mencoba menggambar sketsa sementara
atau menuliskan percobaan langkah-langkah melukis garis
111 singgung persekutuan luar dua buah lingkaran, dengan
menggunakan hasil analisa dari sifat dan pengertian tersebut. 4
Mengumpulkan data Siswa lalu mengumpulkan informasi apa saja yang
terdapat pada permasalahan yang sudah ditentukan. Siswa pun mencoba untuk menguhubungkan antara sketsa
sementara, langkah-langkah, dan informasi apa yang telah mereka peroleh. Hal-hal tersebut dapat membantu mereka
menemukan cara melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran.
5 Pengujian hipotesis
Setelah dilakukan analisis dan proses percobaan, siswa lalu melukis garis singgung persekutuan luar dua buah
lingkaran sebagai solusi pemecahan masalah. 6
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah Setelah siswa melakukan penyelesaian jawaban akhir,
siswa lalu menuliskan rekomendasi pemecahan masalah berupa langkah tertulis atau berupa kesimpulan.
Fase akuisisi pada kelas eksperimen STAD-PBL dapat dilihat pada Gambar 4.19.
112 Gambar 4. 19
Fase Akuisisi Materi Tiga Kelas Eksperimen STAD-PBL
b Fase Akuisisi pada Model Individu – CLT
Sama dengan pertemuan sebelumnya, pada fase akuisisi siswa mempelajari contoh penyelesaian worked-example pada
LKS. Contoh tersebut berisikan cara melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran. Setelah siswa selesai
mempelajari bagian worked-example, siswa kemudian
mengoreksi hasilnya melalui kunci jawaban. Kemudian langkah-langkah tersebut diaplikasikan pada
contoh masalah yang penyelesaiannya tidak lengkap completion problem
. Penerapan tersebut dilakukan tanpa melihat contoh yang ada pada worked-example. Setelah siswa selesai
mempelajari bagian completion problem, siswa kemudian mengoreksi hasilnya melalui kunci jawaban.
Setelah mengerjakan bagian completion problem, siswa berlatih mengerjakan permasalahan yang tidak terdapat petunjuk
sama sekali problem solving pada LKS. Tahap ini merupakan
113 bagian dari latihan mandiri. Petunjuk pengerjaan sama dengan
tahap-tahap sebelumnya. Siswa tidak boleh melihat langkah- langkah yang ada pada worked-example maupun completion
problem. Kemudian siswa memeriksa kembali jawabannya
melalui kunci jawaban. Setelah siswa mengerjakan semua kegiatan pada LKS, siswa
kemudian menyampaikan kesimpulan akhir. Kesimpulan yang dibuat merupakan jawaban dari pertanyaan, apa perbedaan garis
singgung persekutuan luar dua buah lingkaran dengan garis singgung persekutuan dalam dua buah lingkaran. Fase akuisisi
pada kelas eksperimen individu-CLT dapat dilihat pada Gambar 4.20.
Gambar 4. 20 Fase Akuisisi Materi Tiga Kelas
Eksperimen Individu-CLT Sama seperti pertemuan sebelumnya bahwa siswa
mengerjakan LKS secara mandiri. Jika siswa bertanya tentang konten atau isi dari proses pemecahan masalah, maka guru akan
menugaskan kepada siswa agar lebih cermat dalam membaca petunjuk serta rangkuman yang ada. Jika terdapat kelompok
114 untuk berdiskusi, maka pertanyaan siswa tersebut dikembalikan
lagi kemapada siswa agar menjadi bahan diskusi bersama. 3
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Pertemuan yang ketiga juga memiliki tes kemampuan pemecahan
masalah tingkat rendah. Tes kemampuan tersebut dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Alokasi waktu untuk tes ini disesuaikan dengan
alokasi waktu per pertemuan, yaitu 13 menit. Tes ini dilaksanakan pada akhir pertemuan untuk mengetahui perolehan kemampuan pemecahan
masalah yang sesungguhnya. Tes yang ketiga ini meliputi materi melukis garis singgung
persekutuan luar dua buah lingkaran. Tes tersebut terdiri dari dua soal. Banyaknya soal disesuaikan dengan alokasi waktu yang disediakan.
Tingkat kesulitan masalah pada tes ini ditentukan dari sama atau tidaknya dengan tingkat kesulitan pada soal latihan LKS. Hal ini
dilakukan peneliti sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Pada pelaksanaan tes ini siswa mengaplikasikan pengetahuan dasar materi
ketiga dengan soal-soal yang disediakan. Siswa memecahkan masalah mengenai melukis garis singgung persekutuan luar dua buah lingkaran.
Hasil tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah materi tiga dapat dilihat pada Gambar 4.21 dan 4.22.
115 Gambar 4. 21
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Rendah Materi Tiga Kelas Individu-CLT
Gambar 4. 22 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Tingkat Rendah Materi Tiga Kelas STAD-PBL 4
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Tingkat tes kemampuan pemecahan masalah materi ketiga lebih
tinggi dibandingkan tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah. Tingkat kesulitan dari soal ini ditentukan dari sama atau
tidaknya dengan tingkat kesulitan pada LKS dan juga tingkat kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah. Tes kemampuan
pemecahan masalah tingkat tinggi menggunakan soal-soal yang lebih aplikatif. Artinya, penyelesaian masalahnya sangat mungkin jika tidak
116 seperti pada LKS atau tes sebelumnya. Namun, masih dalam aplikasi
konsep materi yang sama. Materi pada tes ini hanya mencakup materi melukis garis singgung
persekutuan luar dua buah lingkaran. Siswa menggunakan pengetahuan dasar yang telah mereka dapatkan dari kegiatan LKS dan pembelajaran
sebelumnya. Setelah itu, pengetahuan tersebut diterapkan pada soal yang lebih aplikatif tentang bagaimana melukis garis singgung
persekutuan luar dua buah lingkaran. Soal-soal yang ada pada tes kemampuan pemecahan tingkat tinggi
materi ketiga terdiri dari dua soal. Banyaknya soal disesuaikan dengan alokasi waktu yang diberikan, yaitu 13 menit. Hasil tes kemampuan
pemecahan masalah tingkat tinggi materi tiga dapat dilihat pada Gambar 4.23 dan 4.24.
Gambar 4. 23 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah Tingkat Tinggi Materi Tiga Kelas Individu-CLT
117 Gambar 4. 24
Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tingkat Tinggi Materi Tiga Kelas STAD-PBL
Penilaian secara keseluruhan mengenai keterlaksanaan pembelajaran didasari pada hasil observasi dengan hasil presentase
dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Deskripsi Data