80 ekperimen dengan model STAD dengan pendekatan PBL dan
pendekatan individu berbasis CLT, berasal dari populasi yang memiliki varians homogen apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05.
Keputusan uji dan kesimpulan diambil pada taraf signifikansi 0,05.
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang dilakukan bertujuan untuk menjawab rumusan masalah. Hasil uji tersebut kemudian dianalisis dari semua
variabel terikat. Analisis tersebut dirangkum untuk menemukan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji repeated measured MANOVA dengan bantuan program SPSS.
Penggunaan program SPSS bertujuan agar proses analisis data lebih teliti dan juga cepat.
Effect size dan diagram garis juga ditampilkan untuk mengetahui pengukuran secara objektif dari pengaruh perlakuan
yang diberikan. Rentang pengukuran tersebut adalah 0-1 Field, 2005: 57. Nilai 1 mengindikasikan bahwa efek memiliki pengaruh
sempurna. Menurut Cohen 1988, effect size terbagi menjadi tiga kategori antara lain, 1 efek kecil 0,20; 2 efek sedang 0,50; dan
3 efek besar 0,80. Effect
size yang digunakan dalam penelitian ini adalah partial eta squared. Partial eta squared
berfungsi untuk menggambarkan proporsi dari total variasi disebabkan oleh faktor
81 dan memperhatikan pengaruh dari variabel lain Field, 2005: 414-
415.
Selanjutnya data posttest digunakan sebagai landasan pengukuran kemampuan pemecahan masalah siswa. Data posttest
ada dua, yakni tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan tingkat tinggi yang selanjutnya akan dianalisis masing-masing
jenis tes tersebut per kelas eksperimen. 1 Uji Hipotesis Pertama
Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, maka kita perlu mengetahui apakah terdapat pengaruh secara signifikan pada kedua
pembelajaran yang diterapkan ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan juga tingkat tinggi.
Ketentuan keputusannya adalah sebagai berikut. Tidak terdapat pengaruh secara signifikan model pembelajaran STAD dengan
pendekatan PBL dan individual berbasis CLT pada kemampuan masalah pemecahan masalah tingkat rendah apabila nilai signifikansi
yang didapatkan dari tabel Test of Between-Subject Effect, nilainya kurang dari 0,05. Ketentuan tersebut juga berlaku untuk
kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi. Setelah itu untuk mengetahui mana model yang lebih baik maka
kita dapat melihat dari nilai rerata yang ada pada masing-masing kelas eksperimen. Berikut adalah hipotesisnya.
82
i Uji Hipotesis Pertama Ditinjau dari Kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah ataupun tingkat tinggi
Uji berikutnya yang dilakukan, yakni menemukan mana yang lebih efektif, model STAD dengan pendekatan PBL ataukah model
individual berbasis CLT pada kemampuan masalah pemecahan
masalah baik tingkat rendah ataupun tingkat tinggi.
Hipotesisnya adalah sebagai berikut. : Model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL tidak lebih
baik secara signifikan dari model individual berbasis CLT pada kemampuan masalah pemecahan masalah baik tingkat rendah
ataupun tingkat tinggi. : Model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL lebih baik
secara signifikan dari model individual berbasis CLT pada kemampuan masalah pemecahan masalah tingkat rendah baik
tingkat rendah ataupun tingkat tinggi. :
: Keterangan:
: rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah pada kelas dengan model STAD dengan pendekatan PBL
: rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi pada kelas dengan model STAD dengan pendekatan PBL
83 : rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah
pada kelas dengan model individual berbasis CLT : rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi
pada kelas dengan model individual berbasis CLT Keputusan yang diambil apabila rata-rata nilai pada kelas dengan
model STAD dengan pendekatan PBL lebih rendah atau sama dengan rata-rata nilai pada kelas dengan model individual-CLT maka artinya
model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL tidak lebih baik secara signifikan dari model individual-CLT pada kemampuan
masalah pemecahan masalah baik tingkat rendah ataupun tingkat tinggi.
2 Uji Hipotesis Kedua Uji hipotesis kedua untuk menjawab rumusan masalah yang kedua,
yaitu apakah perbedaan materi melukis geometri mempengaruhi efektivitas pembelajaran ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah
tingkat rendah ataupun tingkat tinggi. : Tidak terdapat terdapat pengaruh perbedaan materi melukis pada
kemampuan pemecahan tingkat rendah ataupun tingkat tinggi. : Terdapat pengaruh perbedaan materi melukis pada kemampuan
pemecahan tingkat rendah ataupun tingkat tinggi. :
84 :
atau atau
Uji pengaruh perbedaan materi ini dilakukan dengan menggunakan uji repeated measured MANOVA dengan bantuan program SPSS.
Keputusan yang diambil apabila nilai signifikansi yang
didapatkan dari tabel Tests of Within-Subjects Effects baris “Materi”, nilainya lebih dari atau sama dengan 0,05, maka
diterima. Apabila
ditolak maka analisis lebih lanjut yang harus dilakukan adalah menentukan materi mana yang paling sulit bagi
siswa, sehingga mempengaruhi nilai tes kemampuan pemecahan masalah tingat rendah ataupun tingkat tinggi. Hal tersebut dapat
dilihat dari total nilai rata-rata pada masing-masing tes. Total nilai rata-rata tes yang paling rendah merupakan salah satu indikasi bahwa
tes tersebut merupakan tes paling sulit untuk siswa. 3 Uji Hipotesis Ketiga
Uji hipotesis ketiga untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu apakah perbedaan efektivitas model pembelajaran ditentukan
oleh materi pembelajaran ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah baik tingkat rendah maupun tingkat tinggi. Untuk mengetahui
hal tersebut, maka kita perlu mengetahui apakah terdapat interaksi atau tidak antara model dan materi pembelajaran.
Berdasarkan interaksi tersebut akan diketahui pula apakah efektivitas pembelajaran ditentukan atau tidak oleh materi
85 pembelajaran, ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah baik
tingkat rendah maupun tingkat tinggi.
i Hipotesis interaksi antara model pembelajaran dengan ketiga materi dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematika
tingkat rendah.
Hipotesis yang digunakan sebagai berikut. : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan ketiga
materi dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematika tingkat rendah.
: Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan ketiga materi dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematika
tingkat rendah. Keputusan yang diambil apabila nilai signifikansi
yang didapatkan dari tabel Tests of Within-Subjects Effects baris
“ModelMateri”, nilainya lebih dari atau sama dengan 0,05, maka diterima.
Jika ditolak, maka analisis lebih lanjut yang perlu dilakukan
adalah menentukan pada materi apa interaksi itu terjadi serta model mana yang lebih efektif pada interaksi tersebut. Jika terdapat grafik
berupa dua ruas garis yang berpotongan, maka hal tersebut merupakan bentuk interaksi dari model pembelajaran dan materi. Pada ruas garis
materi yang berpotongan, dapat dilihat manakah model pembelajaran yang lebih efektif pada masing-masing materi.
86 Analisis berikutnya yang dilakukan adalah menguji apakah model
pembelajaran yang diterapkan memiliki perbedaan pengaruh pada masing-masing materi tes. Analisis ini menggunakan uji t. Keputusan
yang diambil apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih dari
atau sama dengan 0,05, maka artinya model pembelajaran yang diterapkan memiliki pengaruh pada hasil tes dalam suatu materi.
ii Hipotesis interaksi antara model pembelajaran dengan ketiga materi dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematika
tingkat tinggi. Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.
: Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan ketiga materi dilihat dari kemampuan pemecahan masalah
matematika tingkat tinggi. : Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan
ketiga materi dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematika tingkat tinggi.
Keputusan yang diambil apabila nilai signifikansi yang
didapatkan dari tabel Tests of Within-Subjects Effects baris “ModelMateri”, nilainya lebih dari atau sama dengan 0,05, maka
diterima. Jika
ditolak, maka analisis lebih lanjut yang perlu dilakukan adalah menentukan pada materi apa interaksi itu terjadi serta model
mana yang lebih efektif pada interaksi tersebut. Jika terdapat grafik
87 berupa dua ruas garis yang berpotongan, maka hal tersebut merupakan
bentuk interaksi dari model pembelajaran dan materi. Pada ruas garis materi yang berpotongan, dapat dilihat manakah model pembelajaran
yang lebih efektif pada masing-masing materi. Analisis berikutnya yang dilakukan adalah menguji apakah model
pembelajaran yang diterapkan memiliki perbedaan pengaruh pada masing-masing materi tes. Analisis ini menggunakan uji t. Keputusan
yang diambil apabila nilai signifikansi yang didapatkan lebih dari
atau sama dengan 0,05, maka artinya model pembelajaran yang diterapkan memiliki pengaruh pada hasil tes dalam suatu materi.
88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan pengumpulan data, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian ini, peneliti berusaha untuk menjawab
perumusan masalah penelitian.
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas model pembelajaran STAD dengan pendekatan PBL dan model individu berbasis CLT
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Penelitian ini menggunakan Posttest-Only Group Design
, dengan desain faktorial 2 model pembelajaran model STAD-PBL dan individu-CLT pada 3 materi pembelajaran. Jadwal
penelitian terlampir pada lampiran 1. Pembelajaran yang dilakukan pada tiap kelas eksperimen didahului dengan
kegiatan non-eksperimen berupa pretest dan pembahasannya. Kemudian diikuti dengan kegiatan eksperimen yang meliputi 4 fase, yaitu: fase pengenalan, fase
akuisisi acquisition phase, tes kemampuan pemecahan masalah tingkat rendah dan kemampuan pemecahan masalah tingkat tinggi.
a. Pretest dan Pembahasan
Sebelum memulai eksperimen, peneliti perlu mengetahui apakah prior- knowledge
kedua kelas eksperimen sama atau tidak. Hal ini dilakukan dengan menggunakan pretest dengan alokasi waktu 30 menit. Soal pretest berkaitan